Revan beberapa kali menarik nafas panjang, karena sampai sore hari ini Nuraini belum juga keluar kamar, Revan mendekatkan telinganya kedaun pintu mencoba memastikan kalau didalam ada tanda-tanda kehidupan.
"Kenapa di dalam tidak ada suara? Tidak mungkin'kan dia bunuh diri..." ucap Revan nyaris berbisik.
"Revan! Revan berfikir, berfikir..." katanya dengan wajah frustasi, baru kali ini ada hal yang membuatnya pusing setengah mati.
"Hah... terserahlah... aku pusing..."
Revan kembali menggerutu lalu bergegas pergi menuju kamarnya. sesampainya dia dikamarnya, Revan menghempaskan tubuhnya kasar diatas kasur, matanya enggan terpejam. Pikirannya mengembara entah kemana, kejadian malam tadi kembali terbayang dalam benaknya. Setiap inchi tubuh Nuraini terpampang jelas disudut fikirannya.
"Hah...!" Revan menghembuskan nafasnya untuk kesekian kali, hanya itu yang keluar dari mulutnya sedari Nuraini pergi dengan ekspresi marah padanya. Revan kini berdiri lagi di depan pintu kamar Nuraini, rasa bersalahnya terus saja mengusik hatinya untuk minta maaf pada gadis itu.
"Ai, apa kamu di dalam" ucap Revan ragu-ragu sembari mengetuk pintu pelan.
"Ai... maafkan saya, saya kalau saya lancang, tapi saya lakukan karena terpaksa, sungguh saya hanya takut kamu mati kedinginan, itu saja" Revan masih berusaha menjelaskan alasannya. Masih tak terdengar sahutan dan dari dalam, hening seperti tak berpenghuni. Revan kembali menempelkan telinganya di daun pintu. Namun Revan mati kutu ketika tiba-tiba Nuraini membuka pintu kamar sehingga terbuka lebar.
"Mas Revan sedang apa?" Tanya Nuraini
"Eh.. itu, anu.. aku sedang... sedang apa ya.." Revan mencari alasan, Nuraini menatapnya dengan ekspresi menunggu.
"Sedang... sedang-sedang saja, iya. Sedang-sedang saja" Revan semakin tidak jelas memberikan jawaban.
"Sudahlah, mas Revan ada perlu apa? Mau makan apa" tanya Nuraini.
"Ehh.... boleh, tapi kita delivery saja ya untuk sekarang, soalnya kamu masih sakit, kamu temani saya makan ya" Ucap Revan canggung. Nuraini mengangguk mengerti, kepalanya memang masih terasa sangat pening dan berat ditambah perutnya mulai perih karena sama sekali belum terisi oleh makanan apa pun.
"Delivery itu apa Mas? Saya baru mendengar nama makanan itu" ucap Nuraini polos. Revan yang mendengar tidak bisa menyembunyikan senyumnya yang semakin lama semakin lebar.
" Delivery tu artinya kita pesan saja makanananya" terang Revan masih dengan senyum lebarnya, ada rasa lega dalam hati Revan ketika melihat ekspresi Nuraini yang sama sekali tidak menunjukan kemarahan sedikit pun.
"Owh! Kenapa harus di ganti namanya, saya'kan tidak mengerti mas"
"Iya! Maaf, ayo kita tunggu di meja makan..." ajak Revan, Nuraini mengangguk mengikuti ajakan Revan. Revan sejak tadi memandangi kepala Nuraini yang tanpa hijab, rambut panjang hitam legam nampak begitu anggun menutupi punggungnya.
"Hmm... Ai, Maafkan saya, saya tidak bermaksud lancang apalgi kurang ajar, tapi saya terpaksa membuka baju kamu karena kamu kedinginan hebat, tapi jujur saya mengganti pakaian kamu dengan mata tertutup koq" ucap Revan ketika mereka telah sampai kemeja makan dan memesan makanannya.
"Mas Revan sedang membicarakan apa ya, Ai gak ngerti dan lupa" ucap Nuraini dingin.
"Tapi..."
"Sudah Mas Revan! Kita lupakan saja kejadian semalam, anggap saja Mas Revan tidak melakukan apa-apa pada saya" tegas Nuraini lebih dingin.
Sekarang yang Revan lihat bukan binar mata kejujuran atau kesedihan tapi binar yang penuh kekecewaan. Jika tadi pagi Ia sangat mengagumi kecantikan mata Nuraini sekarang dia sedikit merasa ketakutan melihat binar mata Nuraini. Revan dan Nuraini diam dicekam kebisuan. Nuraini enggan bicara Revan canggung untuk membuka suara. Hanya suara deringan ponsel Revan yang memecah kebisuan mereka.
![](https://img.wattpad.com/cover/80168031-288-k767046.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)
RandomCerita ini akan di hapus beberapa Part setelah lebaran. Pertemuan Revan dan Nuraini, pertemuan Cinta dari dunia yang sangat jauh berbeda, namun bahasa cinta mereka menyatukan setiap perbedaan antara Revan dan Nuraini... lika-liku cinta yang tak per...