Chapter 64

3.8K 190 91
                                    

Asalamualaikum...
Mohon maaf semuanya. Ini sedikit terlambat. Tapi ini tulus saya minta maaf karena terlalu lama menunggu. Maaf dan terimakasih sudah mengapresiasi karya saya yang sederhana ini.
Semoga selalu sehat ya.
........................................................................

"aku harus bagaimana?" ucap Nuraini sembari berfikir keras untuk pergi, sementara dia tidak mempunyai uang sepeser pun. Ia melihat jari manisnya. Seolah ada terbesit cara untuk mendapatkan uang.

"haruskah aku..." gumamnya sembari memandangi jari manisnya lekat-lekat meskipun ada sorot ketidak relaan dimatanya.

"tidak... Tidak, aku tidak mau menjual cincin ini apapun alasannya. Ini adalah tanda cinta Mas Revan padaku walaupun semuanya palsu, aku tidak mau melupakan segala apapun tentang mas Revan, Aku mencintainya dengan tau tanpa dia mencintaiku" Nuraini terduduk didaun pintu, perlahan-lahan tubuhnya meluruh dengan diikuti isak tangis yang memikulkan.

"kenapa Mas, kenapa hatiku masih tertuju padamu. Kenapa aku tidak bisa melupakan semua tentangmu. Apa sekarang kamu terluka sepertiku. Atau kamu bahagia karena tidak harus berpura-pura lagi mencintaiku. Aku rindu kamu Mas. Aku ingin pulang padamu tapi aku takut, aku takut nemar-benat tidak bisa melepaskanmu"

"aku tidak boleh cengeng lagi. Tidak bisa, aku harus pergi dari sini. Aku belum sanggup bertemu dengan Mas Revan? "

Ia keluar kamar, menghilangkan jejak-jejak air matanya, pipinya masih terasa perih kareba tamparan keras preman semalam.

"bi Maaf, kamar Mbak Felish dimana ya?" tanya Nuraini yang tidak sengaja bertemu dengan asisten rumah tangganya.

"disebalah sini Mbak, Mbakyu ada perlu apa... Biar saya bantu tadi Non Felisha nitip buat jagain mbak"

"saya tidak perlu apa-apa, saya mau ambil baju tadi sudah minta izin ganti baju mbak Felish karena semua baju saya semuanya basah karena kehujanan" kilah Nuraini.

"Owhh.. Ya sudah Mbak ambil sendiri ya."

"Akhh..  Iya makasih ya Mbak" ucap Nuraini lalu pamit memasuki kamar pribadi Felisha.

"maafkan kakak ya Fel.. Kakak mohon maaf, kakak terpaksa ngelakuin ini."
Nuraini mulai mencari disergap laci Mudah-mudahan ada uang yang terselip untuk dia ongkos pulang.

Tak membutuhkan waktu lama baginya mencari ada beberapa gepok uang dalam jumlah yang banyak dengan masih disegel salah satu nama Bank swasta.

Tangan Nuraini bergetar, hatinya bimbang antara melakukan atau tidak.
"Maafkan aku Ya Allah...." satu ikat uang senilai lima juta ia ambil dengan air mata berlinang, dia mungkin akan menyesal. Iya, menyesal seumur hidup karena ini pertama kalinya Ia mencuri uang. Ia menghapus air matnya, bergegas memasukan umg kedalam sakunya, saking terburu-burunya, dia menjatuhkan sesuatu entah apa.

"apa ini... " ucapnya bingung sembari membolak-balikan benda yang sedang dipegangnya.

"Mbak... Sedang apa?" tanya seseorang mengejutkan Nuraini hingga Ia terlonjak kaget. yng ternyata ART yang mau membersihkan ruangan Felisha.

"Hmmm... Ini, anu... Ini apa ya Mbak?" ucap Nuraini gugup mencari alasan.

"coba Mbak lihat.."
Nuraini memberikan benda ditangannya.

"Owhh ini namanya Tespack." Terang Mbknya sambil tersenyum.

"gunanya untuk apa.... "

"Kalau Mbak ingin tahu gunanya nanti saya kasih tahu, Mbak Nur suka pusing mendadak?" mendengar pertanyaan seperti itu Nuraini hanya mengangguk.

"suka mual dan muntah?" Lagi Nuraini mengangguk.

"suka pengen yang asem-asem? " sekali lagi Nuruiani mengangguk pasti.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang