Pagi-pagi sekali Nuraini sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk Revan. Setelah selesai Ia membersihkan segala penjuru ruangan. Nuraini menaiki lantai dua, tempat dimana kamar Revan berada, tempat yang sama sekali tidak pernah Ia kunjungi."Mas Revan! Saya mau mebersihkan kamar Mas Revan" kata Nuraini meminta izin setelah mengetuk pintu.
"Masuk saja Ai, saya lagi shampoan" sahut Revan dari dalam, dengan ragu-ragu Nuraini membuka knop pintu kamar Revan.
Ia periksa sekitar kamar Revan dan tak melihat sosok tampan Revan di dalam kamar, Ia mendengar ada gemercik air mengalir dari dalam kamar mandi menandakan kalau Revan tengah mandi. Penampilan Revan yang klimis tak menjamin kerapihan kamarnya. Buku-buku berserakan, kemeja dan celana kotor bergelantungan di pintu almari, sepatu yang tidak pada tempatnya dan tempat tidur yang jauh dari kata rapi bahkan bedcover pun sampai menjuntai ke lantai.
"Mas Revan jangan keluar sebelum saya suruh keluar ya!" Pinta Nuraini
"Ya!" sahut Revan dari dalam.
Nuraini dengan sigap membereskan dan mebersihkan kamar Revan. Menyapu dan merapihkan tempat tidur, mengumpulkan pakaian-pakaian kotor.Perhtian Nuraini tak lepas dari isi lemari Revan. Ada banyak sekali pakaian yang di dominasi oleh kemeja dan jas. Nuraini memilah milih kemeja Revan, lalu pilihannya jatuh pada warna biru muda, jas hitam dan dasi berwarna biru tua. Ia taruh hasil pilihannya diatas kasur, lalu meninggalkannya begitu saja.
Revan keluar kamar mandi tepat setelah Nuraini menuntup pintu. Ia nampak senang dengan hasil pekerjaan Nuraini yang cepat, bersih dan rapih.
"Bersih. Rapih dan cepat, aku tidak percaya kalau Ai baru pertama kali kerja di Jakarta dan menjadi asisten Rumah tangga" ucap Revan sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil, Revan membuka lemarinya mencari pakaian kantornya. Pilihannya jatuh pada kemeja putih, matanya tercengang ketika melihat setumpuk setelan jas tersusun rapih diatas kasur terlihat dari cermin.
"Apa Ai yang memilihkannya untukku." Ucap Revan sembari mengangkat kemeja dan jasnya.
"Aku merasa seperti sudah punya isteri"
Revan melepas kembali kemeja putih pilihannya yang belum sempat Ia kenakan, meletakan kembali ditempat asalnya lalu mengenakan kemeja pilihan Nuraini.Sekitar lima belas menit Revan keluar kamar, dari tengah anak tangga Ia melihat Nuraini tengah sibuk menata sarapan untuknya.
"Kenapa kalau sedang sibuk seperti itu Dia selalu terlihat cantik..." gumam Revan terus menatap Nuraini.
Tiba-tiba potongan kejadian saat Ia membuka baju Nuraini berkelebat dalam benaknya, Ia menggelengkan kepala berusaha mengusir dan melupakan bayangan yang seharusnya Ia lupakan.
"Mas Revan baru saja mau dijemput, sarapannya sudah siap" ucap Nuraini dari bawah anak tangga. Revan terkejut mendengar Nuraini tiba-tiba menegurnya.
Revan terlihat sangat gugup "Owh Iya, terimakasih saya turun sekarang."
Keduanya beriringan berjalan menuju meja makan. Revan duduk ditempat biasanya Ia duduk, Nuraini menyodorkan koran terbitan hari ini dan menyuguhkannya kopi. Hampir 15 menit Revan bergelut dengan berita-berita yang sebenarnya sudah tak asing lagi, bahkan berita kopi sianida pun masih saja menjadi headline. Revan menutup korannya, menyesap kopinya lalu beralih ke menu sarapannya.
Dia biasa sarapan roti namun sekarang dia disuguhkan dengan makanan yang banyak mengandung kabohidrat. Tapi entah kenapa setiap kali Ia melihat masakan Nuraini lidahnya seperti berontak ingin mencicipinya. Revan makan dengan begitu lahapnya, Nuraini yang tengah sibuk mencuci wajan tersenyum melihat Revan yang sepertinya menyukai masakannya.
Revan mengakhiri sarapannya dan bergegas pergi.
![](https://img.wattpad.com/cover/80168031-288-k767046.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)
RandomCerita ini akan di hapus beberapa Part setelah lebaran. Pertemuan Revan dan Nuraini, pertemuan Cinta dari dunia yang sangat jauh berbeda, namun bahasa cinta mereka menyatukan setiap perbedaan antara Revan dan Nuraini... lika-liku cinta yang tak per...