Chapter 14

6.6K 247 3
                                    

Setelah mendirikan shalat ashar, Nuraini masih diam duduk bersebrangan dengan Revan. Atmosfer canggung terasa sekali diruangan besar itu, Revan beberapa kali menghela nafas panjang tanda resah sedang melanda hatinya.

"A-i! Kamu masih marah ya" ucap Revan memecah kebisuan diantara mereka. Nuraini hanya menggelengkan kepalanya lemah.

"Tapi kenapa kamu masih diam?"

Nuraini menarik nafas panjang lalu menghembuskannya dengan perlahan, menatap wajah Revan lemah.

"Mas Revan! A-i...." ucap Nuraini tertunduk Ia seperti ingin melanjutkan kalimatnya tapi terhalang antara malu dan takut mengatakannya. Revan menaikan sebelah alisnya bingung.

"Apa jangan-jangan Dia minta Resign! Akh... Revan ayo lakukan sesuatu sebelum Ai pergi" gumam Revan dengan wajah ketakutan.

"Tapi aku bisa apa? Kesalahan tadi memang fatal menurutku" lanjut Revan

"Mas Revan! Ai..." terdengar Nuraini melanjutkan kalimatnya.

"Ai kamu ma-u bicara apa, katakan saja" ucap Revan walaupun Ia tidak siap mendengar jawaban Nuraini kalau nantinya jawaban yang akan diterimanya adalah permintaan berhenti kerja.

"Aku ingin....!" Nuraini kembali memotong kalimatnya lalu menunduk.

"Kamu ing....in" Revan membantu menyelesaikan kaimat Nuraini yang sejak tadi terpotong.

" Ai! pe..." kalimat Nuraini terhenti karena Revan memotongnya tiba-tiba.

"Ai aku kan sudah minta maaf jadi aku mohon tetaplah disini, bersamakau. Jadi jangan pergi" ucap Revan sembari menungkup kan kedua tangannya setinggi dada dengan kepala menunduk. Nuraini yang mendengar hanya bisa bingung tak tahu maksud Revan.

"Mas Revan kenapa? Siapa yang mau pergi, aku cuma mau makan.. perutku lapar" ucap Nuraini yang sontak saja membuat Revan mati kutu.

Revan menegakan kembali wajahnya dengan pura-pura merapihkan dasinya, Nuraini hanya bisa memperhatikan gerakan Revan yang salah tingkah. Senyum Nuraini terbit, Revan yang melihat Nuraini dengan ekor matanya tersenyum Ia ikut tersenyum lalu berubah jadi tawa, karena menertawakan kebodohan mereka masing-masing karena terjebak kata-kata.

"Aku kira kamu mau pergi tapi...." ucap Revan dengan senyuman.

"Aku kira mas Revan mau melakukan tidak-tidak ternyata?"

Keduanya masih saling melempar senyum.

"Sebentar ya Mas mau menghubungi restorannya" ucap Revan sembari menaruh ponselnya di telinga kanannya. Sebelum sambungan teleponnya tersambung yang ditunggu datang.

"Delivery...." suara dari luar, Revan bangkit menuju asal suara dari luar, berdiri seorang deliver menunduk dengan tubuh bergetar ketakutan karena Ia sudah telat hampir lima belas menit.

"Ini uangnya! Untung suasana hati saya sedang bagus kalau tidak, gajimu bisa dipotong bosmu" ucap Revan. Deliver itu tak menjawab Ia hanya diam menunduk. Setelah menerima pesanannya, Revan kembali menghampiri Nuraini yang nampak tidak sabar menunggu. Revan mengeluarkan isi dari plastik bermerk itu.
Revan menata makanan diatas meja, Nuraini menatap bingung makanan yang ditata Revan.

"Mas! Ini ikannya mentah ya"

"Iya! Tapi sudah di prmentasi jadi layak makan" terang Revan, Nuraini mengangguk mengerti.

"Apa namanya?"

"Ini namanya Sushi... makanan khas Jepang! Kamu mau coba" tanya Revan sembari menyumpitkan sepotong Sushi. Nuraini menggelengkan kepalanya.

"Ayo coba, ini enak lho"
Nuraini kembali menggelengkan kepalanya cepat.

"Ini halal koq, ini ikan salmon" ucap Revan, kembali Nuraini menggelengkan kepalanya.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang