Chapter 35

5.4K 191 7
                                    

Mobil Revan terus melesat melaju menuju Stasiun Parung Panjang, usai  shalat Maghrib Ia melanjutkan perjalanannya. Bukan Dia yang mengemudi Mobilnya melainkan pak Didin karena hatinya tak henti merasa cemas, Ia memjamkan matanya mencoba menghilangkan rasa takut akan kemungkinan demi kemungkinan yang akan terjadi pada Nuraini, Ia mencoba untuk mengenyahkan fikiran-fikiran yang menggila didalam benaknya, tapi entah kenapa saat Ia mencoba untuk berprasangka yang baik-baik wajah Nuraini semakin jelas terlihat seolah sudah terjadi sesuatu padanya.

"Istighfar Tuan. Tenangkan hati Tuan" ucap Pak Joko yang mengetahui keresahan hati Revan.

Revan membuka matanya lalu menghembuskan nafasnya pelan sembari mengucapkan istigfar dengan lirih. Mobil mereka sudah memasuki pusat keramaian tempat kejadian, terlihat sepanjang kerumunan yang sesak sudah dipasang garis polisi, nampak polisi dan beberapa beberapa tentara sedang bersusah payah mengevakuasi korban, tak jauh dari tempat Revan berdiri petugas Damkar sedang berusaha keras memadamkan api di bagian kabin masinis.

Keadaan begitu riuh oleh tangisan, tangisan berasal dari anggota keluarga korban baik yang hanya terluka maupun meninggal di dalam kereta, tangisan dari korban warga yang rumahnya dihantam kereta, istri yang menjadi janda, suami yang menjadi duda, anak yang menjadi yatim semua berkecamuk seolah menjadi lagu paling memilukan, hati Revan seperti mencelos mendengar tangis mereka, bagaimana kalau Nuraini salah satu puluhan korban kereta api.

Gerimis tipis mulai turun perlahan menjadi lebat , Revan hanyut dalam jerit tangis disekitarnya hingga tak disadari Ia sudah berada di depan garis Polisi.

"Maaf jangan melewati garis polisi" ucap salah satu tentara yang melihat Revan hendak melewati garis pembatas.

"Tapi disana ada isteri saya pak" ucap Revan tegas dengan nada bergetar ketika menyebut nama isteri.

"Maaf, kami disini bertugas untuk menyelamatkan korban, bukan menambah korban, biarkan aparat yang mengerjakan tugas ini, jadi saya harap bapak mundur" ucap polisi lebih tegas, walau Revan tahu dalam sorot dan getar suara yang keluar dari mulutnya adalah rasa iba.

"Tolonglah pak, izinkan saya mencari Istri saya, jangan membuat saya tidak bisa memaafkan diri saya sendiri seumur hidup, sebelum dia pergi kami dalam keadaan bertengkar... Saya! Saya menyuruhnya untuk pergi, jadi saya mohon izinkan saya masuk untuk mencarinya"

"Tidak bisa pak! Proses evakuasi masih berjalan, banyak bagian kereta yang terbakar, itu berbahaya. Saya tahu perasaan bapak tapi sebaiknya kita berdoa supaya isteri bapak tidak apa-apa, dan Damkar bisa secepatnya memadamkan tapi"
Revan diam memperhatikan sekitar mencari celah agar bisa masuk kedalam kereta yang kini terguling.

Setelah perhatian polisi tadi sedikit terpecahkan oleh warga yang mendesak untuk masuk, Ia langsung masuk garis pembatas.

"Tolong tahan dia" polisi tadi akhirnya menyadari Revan yang diam-diam masuk.

"Tolong lepaskan saya, saya ingin masuk, saya ingin mencari isteri saya" ucap Revan berontak ketika dua polisi mengapit kedua tangannya.

"Maaf pak, anda harus keluar dari area ini, area ini dilarang bukan selain petugas" ucap salah satu petugas yang masih yang menarik paksa tangan kanan Revan.

"Saya mohon pak izinkan saya mencari isteri saya" Revan masjh terus meronta.

Mata Revan tertuju pada sesuatu yang membuat suaranya naik satu oktaf.

"Lepaskan! Saya bilang lepaskan" ucap Revan keras dengan pandangan mata nanar.
Revan melangkah menuju dua petugas yang sedang membawa tandu korban.

"Tunggu!" ucapnya, dengan langkah berat, sebenarnya Ia tidak mengerti kenapa kakinya melangkah menuju kedua petugas itu.

"Apa ini korban keluarga bapak" tanya salah satu petugas itu setelah mereka menurunkan tubuh didalam kantung mayat.
Revan diam mematung memandangi tubuh yang terbujur kaku itu, ada darah yang masih segar dan bau anyir menyeruak dibaliknya. Perlahan-lahan tangannya terulur ingin membuka kain itu.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang