Chapter 13

6.9K 265 4
                                    

Revan mengajak Nuraini masuk ke dalam kantornya, Ia sangat menikmati setiap moment bersama Nuraini. Ekspresi kagum, kaget, bingung begitu sangat menggemaskan dimatanya, Setiap perubahan ekspresi wajah Nuraini yang alami ketika Ia menceritakan gedung berlantai lima puluh dua itu.  Namun yang membuat mata Revan jatuh pada satu titik pusat perhatian, yakni mata Nuraini. Binar matanya yang jernih selalu saja mampu membuatnya terdiam untuk sepersekian detik, mata yang mampu menghanyutkannya, mata yang mampu membuatnya seolah tertarik pada dunia gadis polos itu.

Mereka berdua menuju kantor Revan dengan menggunakan lift. Para karyaman yang hendak naik langsung mengurungkan niatnya memberikan jalan terlebih dahulu untuk Revan. Nuraini masuk terlebih dahulu dengan wajah yang masih sama, menunduk memandangi lantai lift yg dingin.

"Ai...." panggil Revan, Nuraini mengangkat wajahnya menatap Revan sekilas yang juga menatapnya, tapi dengan pandangan bingung.

"Ai... kenapa kamu dari tadi menunduk?"tanya Revan. Nuraini tak menjawab, Ia hanya memintal-mintal tangannya seperti sedang gelisah.
"Kamu tidak senang Mas ajak kesini?" Tanya Revan lagi, kali ini Nuraini hanya menggelengkan kepalanya.

"Terus kenapa kamu kelihatan takut seperti itu..."

"Kenapa Mas Revan tidak menyuruh mereka untuk masuk! Jujur saja Ai gak nyaman mas, Mas Revan agak geser ke ujung...!" Pinta Nuraini. Revan tak bergerak seinchi pun, tersenyum melihat Nuraini yang semakin menunduk.

"Memang kenapa? Kamu takut aku ngapa-ngapain kamu, hm...?"

Nuraini menjawab pertanyaan Nuraini hanya dengan sebuah anggukan kepala. Ada ide jail muncul dari kepala Revan untuk menggoda Nuraini.

"Kenapa?"

"Seorang laki-laki dan perempuan yang bersama dalam satu ruangan, apalagi ruangannya sempit begini orang ketiganya ada setan." Ucap Nuraini pelan namun Revan masih bisa menangkap suara Nuraini dengan jelas.

"Ai!" Suara Revan terdengar lebih berat dari sebelumnya, sepertinya Ia sedang melancarkan idenya dengan sedikit menggeser tubuhnya lebih dekat dengan Nuraini.

"Ai!" Revan semakin bergeser lebih dekat, sementara Nuraini mulai bingung melihat sikap Revan yang Aneh, melihat Revan semakin mendekat Nuraini mundur beberapa langkah, terus dan terus hingga Ia terpojok. Revan mencondokan wajahnya tepat disamping Nuraini.

"Ai, aku...!" Kalimat Revan terhenti karena sebuah tamparan keras mendarat dipipinya, Revan tereranjat kaget namun hal yang membuatnya lebih kaget adalah Nuraini menangis histeris.

"A-i...!" Ucap Revan dengan nada kaget dan menyesal, Ia tidak menyangka niatnya menggoda Nuraini akan berefek sangat dahsyat. Tubuh Nuraini semakin meluruh kelantai lift dengan tangisan semakin menjadi sembari memeluk tubuhnya sendiri, Revan diam mematung. Ia hanya bisa menelan ludahnya yang terasa sangat pahit. Mata Revan membulat ketika fikirannya tertuju pada saat pertama kali bertemu dengan Nuraini.

"Apa Ai trauma?" Gumamnya dalam hati sembari jongkok di depan Nuraini.

"A-i! Ma-afkan aku! Tadi hanya bercanda... maafkan aku" ucap Revan hati-hati.

"Jangan! Jangan sentuh saya, jangan saya mohon!" Teriak Nuraini sembari mendorong tubuh Revan.

"A-i, tenang! Ini aku Revan"

Revan masih mencoba menenangkan Nuraini yang semakin berontak tak lama kemudian Nuraini tekulai pingsan, wajah Revan semakin pucat ketakutan. Lift berdenting tanda telah sampai di lantai yang dituju, Revan memangku tubuh Nuraini dengan tergesa. Ia berjalan setengah berlari, melihat kejadian itu sontak saja membuat Seluruh karyawannya terkejut.

"Ada apa ini...!" Riana terkejut menghampiri Revan.

"Tidak apa-apa. Tolong buka'kan ruanganku!" Pinta Revan, tanpa berkomentar Riana bergegas membuka pintu ruangan Revan, dengan sangat hati-hati Revan meletakan tubuh kecil Nuraini di sofa.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang