Chapter 59

4.5K 191 22
                                    

Maaf Lama Ya...!!!
-----------------------------------

Bau harum embun masih begitu lekat pada daun, tetes demi tetesnya mencoba mneyejukan bumi ini, Revan dan Nuraini bertafakur, sesekali Nuraini memandangi punggung Revan yang lebar dengn begitu dalam.

"mungkin apa yang aku lakukan ini bodoh, tapi hatiku yang meronta untuk pergi. Kamu terlalu sempurna untukku Mas, ternyata pernikahan se "kuffu" itu memang perlu, kamu terlalu baik untukku, terlalu jauh untuk kujangkau, andai saja A Farr.. Astagfirullah... Ya Allah maafkan aku.." Nuraini bergegas mengenyahkan fikiran tentang Farriq, tentng masalalu yang seharusnya tidak Ia simpan sampai sekarang.

"Yang..." ucap Revan sembari melambaikan tangannya dihadapan wajah Nuraini.

"Yang... " ulang Revan. "eh iya mas, ada apa.." ucap Nuraini gugup karena Revan membuyarkan lamunnya.

"kenapa ngelamun.?"

"tidak apa-apa, mas ngagetin aja"
"hmmmm...." Revan menyodorkan tangannya kearah Nuraini.

"Mas kenapa tangannya..?" tanya Nuraini bingung.

"hhmmm..." Revan kembali mengulurkan kembali tangannya, kali ini Dia sedikit menggoyangkannya.

"owhh masyallah..  Maaf" ucap Nuraini tersenyum malu, Ia langsung bergegas mencium tangan Revan penuh takdzim.

"ya sudah.. Mas olah raga dulu di depan ya" ucap Revan sembari melipat Sajadahnya. Nuraini hanya menangguk.

"mas mau dibikinin apa?" tanya Nuraini, Revan terlihat berfikir sejenak.

"mas pengen asinan.." Jawab Revan pasti, Nuraini menautkan alisnya bingung.

"asinan.. Pagi-pagi begini...?"

"iya.. Emang kenapa, salah ya"

"ya nggak sih, hanya aneh saja"

"gak usah aneh Yang, kamu bisa nggak?"

"bisa lah... Nanti aku buatkan asinan paling enak"

"makasih sayang, Mas pergi dulu ya, jangan tanya jogging itu apa?" goda Revan, Nuraini terlihat gemas lalu mencubit pinggang Revan manja.
Nuraini membereskan mukenanya. Air matanya entah tiba-tiba jatuh tak tertahan.

"apa akan semenyakitkan ini?." ucapnya pelan. Ponselnya yang berada diatas nakas penyimpanan Al-Qur'an yang tak jauh dari tempatnya begetar keras tanda ada panggian masuk.

"Mufti..." ia langsunge menyambungkan sambungan teleponnya setelah tahu siapa yang menelpon pagi-pagi buta.

"asalamualikum... Iya Muft, bagaimana?" buru Nuraini tanpa hasa basi.

".............."

"alhamdulillah.... Makasih ya Muf, insyallah besok aku berangkat. Ibuku langsung diajak kesana saja"

"......"

"sekli lagi terimakasih..." ucap Nuraini lalu menutup telepon dari Mufthi dengan sebait salm.

"semoga ini yang terbaik untuk kita Mas, untukmu, dan juga mamamu" gumam Nuraini. Nuraini kembali bergegas membereskan mushola rumahnya, sebelum menyelesaikan pekerjaanya, ia merasa ada sesuatu yang memeras isi perutnya hingga terasa diaduk-aduk.

Nuraini langsung berlari kekamar mandi, dan memuntahkan semua isi perutnya, tapi tak ada yang keluar dari mulutnya, yang ada hanya terlihat cairan bening entah apa.

"kenapa tiba-tiba aku mual..." ucap Nuraini setelah mencuci bersih mulutnya dari cairan yang terasa pahit.

"uekkk...." kembali ia memuntahkan isi perutnya yang belum diisi makanan apapun. Setelah beberapa menit kemudian Nuraini keluar dengan wajah yang terlihat pucat pasi.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang