Chapter 3

9.6K 313 9
                                    


Revan masih menunggu Nuraini behenti menangis, Ia masih diam menunggu jawaban gadis itu. Hampir lima belas menit Ia menatap sembari mengantukan jemarinya diatas meja menunggu Nuraini menyelesaikan tangisannya.

"Sudah cukup menangisnya, boleh aku bertanya padamu" Tanya Revan setelah Nuraini benar-benar menghentikan tangisannya. Nuraini mengangguk pelan.

"Namamu..." Revan mulai mengintrogasi Nuraini.

"Nama saya Nuraini pak" jawab Nuraini singkat.

"Alamatmu"

"Saya dari kp. Mekarsari Rt satu Rw tiga Desa Mekarsari Kecamatan Jatiungu Kabupaten Pandeglang"

"Maksud saya alamat kamu di jakarta..." Revan menegaskan pertanyaannya.

"Tidak punya"

"Tidak punya, memang kamu tinggal dijakarta sudah berapa lama"

"Baru kemarin Pak"

"Kemarin!" Revan mengeriyitkan dahinya bingung, sementara Nuraini merasa kalau dirinya seperti diruang tahanan karena sejak tadi laki-laki dihadapannya menghujaninya dengan pertanyaan.

"Sekarang ceritakan kenapa kamu bisa berada di bagasi mobilku"

"Maafkan saya Pak! saya tidak punya pilihan lain selain bersembunyi dimobil bapak karena saya sedang dikejar-kejar orang"

"Dikejar-kejar orang bagaimana? Aku tidak mengerti"

"Iya pak, karena saya memukul kepala bapak-bapak dengan botol sampai berdarah, saya tidak tahu dia masih hidup atau meninggal saat saya tinggalkan dia tak bergerak" ucap Nuraini dengan wajah antara takut dan menyesal. Kejadian tadi malam perlahan membuatnya berigdik ngeri, dia seperti merasakan tangan-tangan itu seolah berada disetiap kulitnya.

"Kenapa, kenapa kamu memukul kepala bapak-bapak itu dengan botol" tanya Revan penasaran.

"Dia... karena dia mau memperkosa saya" ucap Nuraini, setetes cairan bening jatuh begitu saja dari matanya dan mengalir menelusuri pipinya yang ranum dan berhenti dibawah rahangnya yang tirus.

Revan kini mulai mengerti duduk permasalahan yang dihadapi gadis bernama Nuraini. Gadis yang baru pertama kali menginjakan kaki di kota kejam bernama Jakarta tapi sudah dihadapkan dengan kejadian yang hampir merenggut kesuciannya.

"Kalau kamu baru pertama kali ke Jakarta lantas kenapa kamu bisa bersama laki-laki itu dengan penampilan yang Maaf seperti pel*cur"

"Saya dijebak oleh orang yang mengaku sebagai agen penyalur pembantu rumah tangga, kemarin lusa saya berangkat dari kampung. Awalnya saya percaya kalau Dia adalah agen penyalur pembantu rumah tangga karena ada beberapa teman saya juga yang ikut tapi ketika sampai pada sebuah rumah saya mulai curiga karena banyak sekali mbak-mbak yang memakai baju kurang bahan dan minuman yang baunya seperti bau got dibelakang rumah saya, terus saya diajak kesebuah kamar dan setelah itu saya tidak ingat apa-apa, sadar sadar ada bapak yang menindih saya dan kaget dengan pakaian yang saya pakai, karena alasan itulah saya memukul kepalaya dengan botol, apa saya salah mempertahankan kehormatan saya pak?" Terang Nuraini dengan nada bergetar.

"Tidak, kamu tidak salah harusnya kamu tusuk Dia pakai pisau atau colok matanya pakai garpu" ucap Revan diikuti senyuman untuk sedikit meregangkan suasana yang sempat tegang dan canggung.

"Bapak mengajarkan aku membunuh, ya!"

"Bukan mengajari membunuh tapi bagaimana caranya bertahan hidup dikota keras ini..."

Nuraini mengangguk mengerti.

"Dengan siapa kamu tinggal?" Lanjut Revan

"Dengan adik dan Ibu"

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang