Chapter 34

5.6K 199 25
                                    

Semangat Revan-Nuraini... Sudah rank 90... Alhamdulillah.

"Sedang apa kamu disini" ucap Seseorang dengan nada suara kering dan datar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sedang apa kamu disini" ucap Seseorang dengan nada suara kering dan datar. Perlahan Nuraini membalikan tubuhnya yang mati rasa dan kaku.

"Mas... Re..van" ucap Nuraini menatap wajah Revan yang menatapnya dengan pandangan yang sulit sekali diartikan. Ada sorot sakit, kehilangan dan kekecewaan disana.

"Aku tanya sedang apa kamu disini" ucap Revan dengan tatapan mata nyalang, Nuraini mundur beberapa langkah.

"M...maaf" ucap Nuraini keluar, lidahnya seperti sangat sulit untuk digerakan.

"Apa ini" ucap Revan sembari melangkah menuju meja makan.

"Itu? itu aku masakan buat Mas Revan yang lagi sakit" ucap Nuraini masih dengan tergagap.

"Sakit! Heh..." Decih Revan menatap tajam Nuraini.

"Tahu apa kamu tentang rasa sakit, tahu apa kamu tentang apa yang aku rasakan, sekarang pergilah. Aku tidak mau melihatmu lagi, dan aku akan pergi dari kehidupanmu seperti apa yang kamu katakan" ucap Revan dengan tangan bergetar.

Nuraini hanya bisa menangis, sekarang Ia sangat mengerti bagaimana perasaan Revan ketika Ia memintanya untuk pergi dari kehidupannya. Sakit, sesak tidak bisa Ia jabarkan dengan kata-kata.

"Mas! Maafkan Ai" hanya itu yang keluar dari bibirnya yang terisak.

"Pergilah Nur, sebelum aku benar-benar tidak akan mebiarkanmu pergi..." Ucap Revan sembari membuang pandangannya kearah wastafel.

Hati Nuraini sakit, lebih sakit dari sebelumnya, Revan benar-benar marah padanya, bahkan cara Revan memanggilnya pun sudah berbeda.

"Mas, maafkan aku menyakiti hatimu, maafkan aku, aku tahu aku salah tapi harus kamu tahu aku mencintaimu lebih dari apa pun, lebih dari yang kamu tahu, lebih dari diriku sendiri, tapi pernikahanku dengan Farriq tidak mungkin aku batalkan, dia sudah melamarku secara pribadi jauh sebelum kamu masuk kedalam kehidupanku, kedalam hatiku, aku tidak akan memohon maaf lagi padamu mas, jika kemarahan mampu membahagiakanmu, maka marahlah sebesar yang kamu bisa, kutuk dan sumpah serapah aku sampai kemarahan dan rasa sakitmu hilang. kamu tahu apa yang ada dalam sholatku, disetiap doa-doaku. Aku berharap kita berjodoh, aku berharap kamulah yang meminangku, kamulah yang duduk bersamaku mendengar Doa pengantin, tapi waktu tidak memihak pada kita, aku berharap takdir kelak yang akan menyatakukan kita, mungkin tidak di Dunia ini, tapi kelak di akhirat nanti" ucap Nuraini sembari melangkah pergi, Revan masih mengacuhkannya dan itu sukses membuatnya semakin terluka.

Revan merasakan kalau Nuraini sudah tak disekitarnya lagi. Ia memejamkan matanya menahan kesedihan yang amat sangat mengguncang jiwanya, Ia hela nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya dengan berat. Mencoba untuk tidak menangis, mencoba untuk tidak cengeng. Tapi tetap saja pertahanannya runtuh, air matanya lolos begitu saja dari matanya.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang