Meminangmu
Chapter 41Revan memandangi wajahnya dicermin, wajah yang terlihat lelah dan pucat. Bagaimana tidak dua hari ini Ia tidak tidur membantu persiapan pernikahan Nuraini. Benar kata Hayate, dia mulai terbiasa dengan rasa sakit itu walaupun masih saja terasa sangat nyeri.
Ia perhatikan kotak merah berisi cincin berlian, cincin yang seharusnya menjadi milik Nuraini. Cincin yang dulu Ia persiapkan saat Ia siap menyatakan perasaannya. Tapi semua sia-sia, seperti air yang menguap dan seperti Debu yang tertiup angin hingga harapnya tak tersisa sedikitpun.
"Kak, Ayo... Akad Nuraini jam sembilan pagi, kita harus bergegas kalau tidak mau terkena macet" Rico mengingatkan Revan tiba-tiba. Revan memalingkan pandangannya Kesamping, tidak pada Rico tidak juga pada cermin Ia menunduk menata hatinya.
"Menangislah kak, kalau itu membuat kakak jauh lebih baik, aku tidak keberatan menolak kelemahan kakak. Menangis saja. Keluarkan rasa sakit kakak yang dari kemarin kakak tanggung sendiri..." Ucap Rico sembari meremas pundak Revan pelan.
Perlahan-lahan Revan mulai terisak, dari kecil semakin besar, semakin kencang dan akhirnya tak tertahan.
Terakhir pertemuannya dengan Nuraini sudah menyesakan dadanya, pengakuan cinta serta rasa cinta yang ada didalam hatinya amat sangat menyiksanya."Kuat kak, aku tahu ini berat untuk kakak, tapi kakak harus bisa lewati ini, aku percaya kalau kakak akan mendapatkan jodoh seperti Nuraini. Insyaallah"
Rico terus memberi semangat pada Revan yang kini menangis dalam pelukannya."Aku tidak bisa pura-pura kuat lagi, aku sangat mencintainya, hatiku masih tidak rela melepaskan Dia untuk laki-laki manapun... Tapi aku tidak mampu menggenggam tangannya... Aku..."
"Kuat lah, kakak laki-laki... Bismillah.. serahkan semuanya pada Allah... Ayo, keburu ke jebak macet..."
"Kakak cuci muka dulu..." Ucap Revan sembari berjalan tanpa semangat kearqh wastafel, mencuci wajahnya yang terlihat sangat lelah, lelah jiwa dan raga.
"Ayo berangkat..." Ucap Revan dengan senyum getir, Rico hanya mengangguk lalu nengekori langkah kaki Revan.
"Loh Fel, kamu bawa Risa juga..." Ucap Rico saat mereka menuju mobil. Nama Risa adalah nama sementara yang mereka berikan untuk gadis malang ini, karena sampai saat ini mereka belum tahu juga siapa persisnya perempuan yang kini dilanda depresi berat ini.
"Iyah, maaf aku bawa, aku'kan sudah pindah ke Apartemen, disana gak ada yang jaga ka Risa, mau di bawa kerumah juga tidak mungkin soalnya Papa Mamaku lagi ke Garut"
"Oh ya sudah..." Ucap Rico singkat.
"Risa, bagaimana kabarmu hari ini" ucap Revan sedikit membungkukan tubuhnya menayap wajah Risa yang sendu. Seperti biasa Risa, hanya diam diatas kursi rodanya. Revan melirik Felisa yang memberikan isyarat gelengan kepala tanda belum ada perkembangan berarti pada Risa."Ya sudah ayo berangkat..." Ajak Revan mendahului mereka masuk kedalam mobil.
Sementara ditempat lain. "Neng jangan nangis lagi atuh, ini make upnya ke hapus lagi, kehapus lagi..." Ucap perias pengantin.
"Nur..." Ucap Mufthi sembari mengelus pundak Nuraini penuh dengan rasa sayang dan Iba. Nurani hanya meneteskan air mata tanpa bisa berkata-kata. Matanya kembali menoleh boneka Jepang pemberian Revan, dengan tanpa dipaksa, fikirannya kembali ke kemarin lusa saat Dia dan Revan di pinggir pantai.
"Aku akan datang ke pernikahanmu" kata-kata itu terus mendayu di kepalanya. Dan kembali pada saat yang seharusnya menjadi kesempatan untuknya mengutarakan perasaannya pada seseorang.
"Kalau kamu ingin mengejarnya, kejarlah..." Ucap Seseorang dari samping Nuraini. Nuraini menegakan kepalanya lalu menoleh kesamping kirinya. Matanya membulat besar melihat sosok disampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)
RandomCerita ini akan di hapus beberapa Part setelah lebaran. Pertemuan Revan dan Nuraini, pertemuan Cinta dari dunia yang sangat jauh berbeda, namun bahasa cinta mereka menyatukan setiap perbedaan antara Revan dan Nuraini... lika-liku cinta yang tak per...