Chapter 25

5.9K 208 2
                                    


Revan dan Rico masih terus mencari kamar yang disebutkan oleh resepsionis tadi, mereka mempercepat langkah mereka agar segera menemukan kamar 205. Tak membutuhkan waktu lama akhirnya mereka menemukan pintu yang dimaksud.

"Sepertinya ini Kak" ucap Rico bersikap siaga. Revan hanya mengangguk mengiyakan pernyataan Rico.

Mereka menganggukan kepala tanda untuk memulai gerakan penyelamataan Nuraini.

"Brak" sebuah tendangan keras dari Revan berhasil membobol pintu kamar hotel.

"Ada apa ini.." tanya pemilik hotel nampak marah dengan mata menyala, sementara seseorang bersbunyi dibalik tubuh laki-laki masih dengan pakaian lengkap.
Revan dan Rico tak menggubris, mereka menyapu seluruh ruangan mencari keberadaan Nuraini.

"Apa yang kalian cari, keluar atau aku laporkan polisi" bentak sang penghuni kamar.

"Iya, kedua mas ini mencari siapa dan ada masalah apa dengan  suami saya" ucap perempuan tadi yang sepertinya sudah mulai tenang.

"Maafkan kami pak atas ketidaknyamanan ini, bapak boleh minta apa saja untuk membayar ketidak nyaman ini" ucap Rico merendahkan suaranya.

"Saya tidak butuh, cepat keluar atau saya laporkan kalian ke Polisi, cepat!" bentak sang pemilik dengan tatapan mata nanar penuh amarah.
Revan dan Rico keluar dengan tangan hampa dan kecewa tentu saja.

"Apa resepsionis tadi menipu kita Kak" ucap Rico yang pelan. Revan tak menjawab, entah kenapa hatinya begitu yakin kalau Nuraini ada disini, begitu dekat dengan dirinya.

"Mas Revan"

Revan menegakan tubuhnya berbalik arah, Ia mencari asal suara seseorang memanggilnya yang Ia yakini adalah Nuraini.

"Kamu dengar Co" ucap Revan, Rico menajkan indera pendengarannya, mendengarkan apa yant didengar oleh Revan.

"Tidak kak, aku tidak mendengar apa-apa"

"Itu Ai, Co, aku mendengarnya kesakitan" ucap Revan mantap.

"Tapi aku tidak dengar apa-apa kak, itu cuma hausinasi kakak saja" Rico pun yakin kalau dia tidak mendengar apaun.

"Tapi"

"Sebaiknya kita pastikan apa itu mobil yang kakak liat, kakak yakin'kan kalau plat mobil yang kakak lihat itu benar" tanya Rico, Revan mengangguk pasti.

"Kalau begitu aku akan chek" ucap Rico sembari mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi anak buahnya, menyuruh mereka untuk memeriksa kembali plat mobil tadi.
"Mas Revan...!" lagi Revan mendengar suara panggilan Nuraini dari salah satu deretan kamar hotel.

"Kak Revan mau kemana" Rico tak melanjutkan panggilan ponselnya, Ia mengikuti langakah Revan yang seperti sedang mencari arah.

"Aku mendengarnya lagi Co, aku yakin" ucap Revan, Ia mendengarkan baik-baik suara ia dengar. Revan mengusap-ngusap sebentar pintu kamar lalu menempelkan telinganya di daun.

"Kak! Tidak mungkin terdengar, kamar hotel ini kedap suara" ucap Rico, namun Revan seperti tak menggubris kata-katanya, Ia tetap menempelkan telinganya satu persatu di daun pintu. Tevan berhenti disatu daun pintu, Ia mendengarkan baik-baik, cukup lama Ia menempelkan telinganya di daun pintu, Ia memejamkan matanya untuk meyakinkan pendengarannya tidaklah salah.

Sementara disebuah kamar, Nuraini semakin tak berdaya.
"Ayolah aku sangat menginginkanmu" ucap laki-laki itu sembari mengambil gunting dilaci, Ia menarik dan tubuh Nuraini yang sudah lemas karena tamparannya keatas kasur, hanya aor mata tanda sekujur tubuhnya sangat kesakitan, jiwanya benar-benat terguncang, hatinya masih berharap kalau ada seseorang yang akan menyelamatkannya. Laki-laki itu merobek gamis Nuraini dengan gunting yang Ia pegang tadi, dengan kesenangan Ia tertawa senang melihat Nuraini hanya bisa menangis.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang