Malam gelap tertutup tirai gerimis tipis, harum dari daun-daun basah membuat pandangnya jauh menerawang. Mengingat waktu saat pertama kali Ia bertemu dengan Nuraini, mengingat hari-harinya yang penuh kejutan setelah Nuraini datang dalam kehidupannya. Perlahan tapi pasti cara hidupnya sudah mulai berubah, dia belum bisa melakuan lima waktu tapi setidaknya kini dia bksa lebih baik meski hanya mendirikan satu waktu shalat, entah itu maghrib atau pun isya,tapi Ia yakin dengan yang namanya proses, dan itu tidaklah mudah, hari ini Ia hanya bisa satu waktu tapi esok mana tahu, yang paling penting adalah usaha, usaha untuk jadi lebih baik. Revan semakin meneggelamkan fikirnya, mengadahkan pandangnya semakin jauh.
"Mas Revan!" ucap seseorang dari luar pintu kamarnya. Revan tak menjawab, Ia hanya berlari kecil menuju daun pintu, dengan senyum yang tak henti-hentinya Ia kulum.
"Mas Revan!" suara itu kembali terdengar, kali ini sedikit dimainkan nada panggilannya diikuti oleh suara ketukan pintu.
"Iya! Ada apa" sahut Revan setelah membuka pintu dengan senyuman termanisnya.
"Hmm... I-tu! Mak-an malam sudah siap" ucap Nuraini terbata matanya memandangi wajah Revan yang terlihat berbeda dari sebelumnya, Revan mengangkat satu alisnya melihat ekspresi aneh Nuraini.
"Kenapa kamu gugup dan melihatku begitu, ada yang aneh dengan mukaku" tanya Revan sambil meraba-raba wajahnya.
"I-ya" jawab Nuraini makin gagap karena melihat wajah Revan semakin dekat dengannya.
"Apa, dimana!" Revan semakin menelusuri setiap inci wajahnya.
"Ai, dimana" tanya Revan lagi yang melihat Nuraini hanya diam mematung.
"Bukan, disitu, tapi wajah Mas Revan terlihat lebih ganteng dari biasanya!"
Revan tersenyum lebar mendengar pengakuan Nuraini, baru kali ini Nuraini memujinya secara terang-terangan tanpa malu-malu lagi.
"Hah! Aku ngomong apa sih" ucap Nuraini sembari buru-buru pergi dari hadapan Revan, dan tidak mau melewatkan moment ekspresi wajah malu-malu Nuraini, Revan mengejar Nuraini dengan langkah besar.
"Ai! Koko pilihan kamu memang bagus, Mas suka. Sederhana tapi pas, menurut kamu bagaimana penampilan Mas" ucap Revan membuntuti langkah Nuraini yang berjalan menunduk.
"Ai! Jawab pertanyaan Mas"
Nuraini masih diam menunduk, dia malu mengangkat wajahnya karena ucapannya tadi.
"A-i" panggil Revan, namun Nuraini tak terkejar karena semakin mempercepat langkahnya. "Duk" karena terlalu memperhatikan pakaiannya Revan tidak sadar kalau Dia menabrak pintu kamat Nuraini.
"Aww...!" ucap Revan sembari mengusap-usap cepat keningnya yang membentur pintu.
"Hah...! Kalau aku tidak punya urat malu, kalau aku tidak melihat aku perempuan, sudah aku bilang, mas Revan aku cinta mas Revan, tapi ya, begini cuma bisa menunggu. Tidak tahu apa yang aku tunggu akan sampai apa tidak, hilangkan saja perasaan ini ya Allah..." keluh Nuraini sambil mengelus dadanya, merasakan debaran jantungnya yang kencang. Telinga Nuraini menegak mendengar seseorang meringis dibalik pintu kamarnya, Ia cepat-cepat membuka pintunya.
"Mas Revan, mas sedang apa jongkok disitu?" tanya Nuraini yang melihat Revan berjongkok sembari memgangi kepalanya.
"Lagi bertapa! Kelihatannya sedang apa" ucap Revan kini Ia mengusap kepalanya lebih pelan.
"Terus itu kening kenapa?" tanya Nuraini dengan begitu polosnya
"Kejedot pintu!"
"Kejedot pintu, kok bisa"
KAMU SEDANG MEMBACA
MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)
AcakCerita ini akan di hapus beberapa Part setelah lebaran. Pertemuan Revan dan Nuraini, pertemuan Cinta dari dunia yang sangat jauh berbeda, namun bahasa cinta mereka menyatukan setiap perbedaan antara Revan dan Nuraini... lika-liku cinta yang tak per...