chapter 48

5.2K 171 6
                                    

Pukul dua malam Nuraini terjaga dari mimpinya yang melelahkan, air matanya seakan habis tak bersisa,  Ia rentangkan kedua tangannya seolah menjauhkan pegal dan ngantuk yang bersamaan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul dua malam Nuraini terjaga dari mimpinya yang melelahkan, air matanya seakan habis tak bersisa, Ia rentangkan kedua tangannya seolah menjauhkan pegal dan ngantuk yang bersamaan. Ia termenung sejenak memikirkan apa dan bagaimana Ia harus bersikap pada Revan nanti, jujur saja hatinya masih sakit, merasa dibohongi dan merasa dikhianati padahal Ia telah berusaha menjadi isteri yang baik, Isteri yang jujur tapi kenapa hal itu Ia tidak dapatkan dari Revan. Bukan tentang siapa perempuan diphoto itu, tapi tentang seorang Revan yang harusnya jujur kepadanya.

"sudahlah sebaiknya aku sholat tahadjud dulu. Semoga saja aku bisa lebih tenang dan dadaku lebih lega." bathinnya lalu turun dari kamar dan bergegas menuju dapur untuk mengambil air wudhu.

Sembari terus berjuang mengusir rasa kantuknya Nuraini melangkah dengan sangat Hatu-hati, begitu pintu terbuka betapa terkejutnya Ia melihat Revan yang tidur dibawah pintu kamarnya dengan posisi yang jelas tidak enak dilihat mata, Nuraini diam memperhatikan wajah Revan yang terlihat lelah. Dia duduk disamping Revan memandangi Revan yang bergeliat kesana kemari seolah mencari kenyamanan dalam tidurnya.

"aku tajadjud dulu mas, semoga besok fikiranku sudah jernih dan siap mendengarkan penjelasan dari Mas Revan, tapi satu hal yang perlu mas Revan tahu...." bisik Nuraini dengan wajah amat sangat dekat dengan Revan.

"aku sangat mencintai mas Revan" ucapnya dengan sangat pelan nyaris tak terdengar baru saja Ia akan beranjak sebuah tangan mencekal pergelangan tangannya erat lalu menariknya hingga jatuh didada bidang Revan.

"jangan pergi... Jangan marah, aku tidak bisa kalau kamu pergi dan marah, jangan lakukan itu Yang..."
Nuraini menegakan kepalanya melihat Revan yang masih menutup matanya, sepertinya dia mengigau.
"mas lepaskan aku... Aku mohon" ucap Nuraini dengan wajah ketakutan.

"Ma.... S, lepaskan a... ku" ketakutan Nuraini makin menjadi dengan isakan, tapi seolah Revan tidur begitu lelapnya hingga tak mendengar tangis Nuraini yang berada diatas dadanya.

"Mas aku mohon.. " Ronta Nuraini, Revan sama sekali tak menggubris Ketakutannya hanya dengkuran halus dari nafas Revan yang menandakan kelelahan.

Akhirnya Nuraini pasrah, kepalanya terasa berat dan akhirnya jatuh pingsan tepat diatas dada Revan yang bidang. Revan membuka matanya perlahan setelah tidak merasakan rontaan Nuraini lagi, hatinya sakit melihat isteri yang teramat sangat dicintainya menangis, Iya. Semua kesedihan itu berasal darinya, sampai saat ini pun dia yang membuatnya menangis padahal yang diberikan Nuraini kepadanya adalah seluruhnya cinta, bahkan saat marah pun Nuraini masih berbisik bahwa Ia sanagt mencintainya. Revan menunduk sedikit melihat kepala isterinya ada berada tepat diatas dadanya. ia pandangi langit -langit rumah dengan hening.

"maafkan aku yang... Maafkan segala kesalahanku.. Maafkan aku yang beum bisa menjadi suami yang sempurna untukmu. Bukan belum, mungkin tidak pernah menjadi yang suami yang sempurna untukmu. Maafkan aku lagi dan lagi meyakiti hatimu, tapi aku ingin kamu tahu Yang, aku tidak bisa tanpamu, aku tidak bisa. Entah kenapa ini tidak adil rasanya kesedihanku adalah kesedihanmu tapi kesedihanmu tidak pernah bisa menjadi kesedihanku karena kamu tidak pernah menceritakan apapun tentang hatimu... Kenapa, kenapa kamu mencitaiku begitu dalamnya... maafkan aku, beri aku kesempatanu untuk mencitaimu melebihi kamu mencintaiku. I love you Yang.. Dari Dunia sampai Jannah insyallah..." Ucap Revan dengan mengecup pucuk kepala Nuraini dan merekatkan pelukannya pada Nuraini yang pingsan di dadanya.

MEMINANGMU (Tersedia Dalam Bentuk Cetak)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang