4-Mendekat dan menjauh

48.9K 836 8
                                    


Gracia

Akhirnya aku mendengar lagi ada seseorang yang memanggil nama asliku.

Revanno dan lelaki itu datang menghampiriku, bahkan berhadapan saling menatap.
Aku berharap aku tak mengenal lelaki yang menggendong revanno ini, tapi nyatanya aku mengenalnya.

Lelaki itu menatapku tajam, rasanya seperti ditelanjangi habis habisan oleh sorotan matanya.

"Hallo Revan" sapaku dengan maksud berusaha menghilangkan rasa canggung dalam situasi ini

"Daddy tadi Grace traktir Vano makan loh" ucap Revan sambil memainkan dasi yang melingkar di leher lelaki yang dia sebut Daddy-nya

Lelaki itu tersenyum ke padaku, seolah ingin memastikan kebenaran dari yang Revan katakan.

Aku hanya mengangguk sambil terus menyunggingkan senyuman

"Grace ini Daddyku!" Ucapa Revan "lihatlah tampan kan " Revan menatap kearahku memberikan seringai jahil

Aku salah tingkah, dan juga speechless.
Andai Revano tau, Daddy-nya itu bukan hanya tampan tapi juga sangat mempesona.

Edmund Clinton
Dia seorang Dokter, Aku mengenalnya sejak pengobatan yang aku lakukan 3 tahun lalu, sekarang aku tidak yakin kalau dia masih menjadi Dokter karna pakaian dan Gayanya seperti seorang businessman. Semakin Tampan

"Gracia?" Aku terkejut saat dia menyebut namaku lagi, saat kulihat dia menyodorkan tangannya padaku. Bersalaman

"Dokter Edmund Clinton" ucapku sambil membalas uluran tangannya

Dia tersenyum

"Vanno Daddy sudah selesai bekerja, sekarang terserah padamu kita akan kemana?" Edmund mengelus rambut Revan dengan penuh kasih sayang

"Ajak Grace ya Daddy" aku terkejut saat mendengar Revan mengatakan hal itu "ayo c'mon Daddy ajak Grace!" Rengek Revan manja

"Gracia jika kau mau...." Terpaksa aku menghentikan ucapan Edmund dengan isyarat tanganku saat ponselku berbunyi

David love calling
"Grace?"
Eh ini aneh kenapa suaranya wanita, aku menjauhkan ponselku dan melihat lagi nomor yang menghubungi ku. "David Love" ini memang nomor David

"Iya maaf ini siapa?" Tanyaku
"Grace ini Tante Debby"

Astaga ternyata Tante Debby
"Iya Tante ada apa?"
"Kamu dimana? Tante khawatir sama David "
"Aku di. . . "Aku melirik sekilas kearah Edmund dan Revan ternyata mereka sedang asik duduk dan mengobrol
"Aku di taman rumah sakit, David kenapa?" Ucapku berbohong

"Tadi Dokter bilang keadaan Mami kembali kritis, David keliatan terpukul banget Grace, dia langsung pergi gitu aja dan ninggalin Ponselnya disini" ucap Tante Debby dengan suara parau

Astaga !! Tubuhku lemas seketika. Aku merasa bodoh sekali, David sedang tertekan dan aku malah menambah bebannya dengan bertengkar.
Aku langsung menghentikan sambungan ponselku dengan Tante Debby

Aku merasakan tubuhku goyah namun ada yang menopangnya dengan lengan kekar, Edmund?

Tanpa banyak bicara Edmund mendudukkan ku di tempat duduk.
"Apa ada masalah?" Tanyanya

"Iya" jawabku seadanya

"Seberapa parah?" Dia bertanya lagi.

"Entahlah, kadar masalah orang itu berbeda-beda kan"
"Oke baiklah, Revanno sayang, Edmund" aku bangkit dan berdiri dihadapan mereka "aku harus pergi sampai bertemu lagi" aku pun langsung pergi meninggalkan mereka.

-

Astaga dimana kau Dave? Batinku
Aku berlari mencari David di taman RS namun dia tak ada disana, akhirnya aku putuskan untuk menemui Tante Debby

"Grace" Tante Debby langsung memelukku begitu aku tiba, dia terisak pelan

"Tante duduk dulu biar kita tenang" aku membawa Tante Debby duduk di kursi tunggu

"Grace kamu cari David Tante khawatir dia kenapa kenapa" ucap Tante Debby yang kini mulai tenang
"Iya Grace, biar Mami Tante sama Om yang nungguin disini" Om Vino menimpali

"Yaudah Tante biar Grace cari David" aku berdiri dan menyalami Tante dan Om, Tante Debby menitipkan ponsel David padaku

Aku Pergi meninggalkan mereka.

Aku menunggu taksi di halte rumah sakit, baru lima menit namun rasanya seperti sudah berjam-jam.

Ya Tuhan jagalah David. Aku terus merapal doa

Sebuah klakson mobil mengejutkan ku,
Wajah Edmund muncul di balik kaca mobil

"Masuklah! Aku akan mengantarmu" ucap Edmund dari dalam mobil

Tanpa pikir panjang' aku langsung masuk ke mobilnya tak ada basa basi menolak atau apapun.

Ed meminta ku duduk di depan bersamanya, karna di kursi penumpang ada Revan yang sedang tertidur

"Kuantar kemana?" Tanyanya
"Perumahan beautifull place nomor 10"

"Oh!" Dia kembali diam "kau sudah pindah?" Dia kembali bertanya

"Itu rumah ibu mertuaku" tiba-tiba dia langsung menatap intens ke arahku
"Kenapa? Apa ada masalah" tanyaku heran
"Tidak ada" ucapnya dingin

Kamipun saling tidak bersuara

Begitu sampai aku terkejut karena rumah Mami begitu sepi tidak seperti biasa seperti tidak berpenghuni.
Kemana semua keponakan David?

"Gracia ini benar rumahnya kan?" Suara Edmund membuyarkan lamunan ku

"Ah iya ini memang rumahnya" aku kembali terdiam menatap ke luar jendela
"Kau ingin ku antar ke tempat lain?"
Tawarnya, Aku menoleh kearahnya mendapatinya sedang menatapku

"Dokter akuuu..." kurasakan sesuatu yang lembut menubruk bibirku dan menghentikan ucapanku.
Edmund melumat bibirku gusar. Aku tidak membalasnya ataupun menghentikan nya

Tanpa sadar air mata berjatuhan dipipiku aku terisak pelan, Edmund langsung berhenti mencium bibir ku, dia menatapku lembut lalu menghapus air mataku dengan tangannya

"Aku minta maaf'" ucapnya dengan rasa bersalah "kumohon jangan menangis Gracia" Edmund menangkup wajahku dan membenamkannya di dadanya.

Rasanya persis seperti 3 tahun yang lalu.

"Antar aku ke apartemen" ucapku

"Baiklah" ucapnya sambil mencium puncak kepalaku

Mobilnya pun segera melaju menuju apartemenku.

OMG sorry for typos guyas!!!!
Oiya sorry juga kalo kependekan.
Jangan lupa komen, dan vote ya kawan.

Tertanda

Captain B

I Know I Luv YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang