Seandainya aku bisa

15.6K 537 57
                                    

VOTE

VOTE

COMENT



"itu anakku"

Apa lagi sekarang? Rasanya air mata pun tak mampu melukiskan rasa sakit yang menohok batinnya, sekalipun dikeluarkan bertumpah ruah.

Grace masih terdiam dengan terus menatap wajah David, batinnya masih terus mencari jawaban atas segala pertanyaan yang muncul di pikirannya

"Aku minta maaf, Grace" David mengambil tangannya, namun segera di hentakan oleh Grace

"It's over,"

"Grace.."

"Why Dave?" Grace mendelik tajam

"I'm so so sorry"

Grace tertawa histeris, Jika saja dengan Kata 'Maaf' bisa mengubah kenyataan bahwa anak itu bukan anaknya mungkin masih bisa dia maafkan. Tapi kini...

"Apa kesalahan aku sebesar itu? Aku cuma minta kamu nunggu sampai aku siap untuk punya anak,  tapi kamu malah cari wanita lain untuk kamu hamilli. Kenapa dulu kamu nikahin aku, kenapa gak langsung bunuh aku aja,"

"Grace..."

"Berapa kali orgasme yang kamu dapat dari dia sampai bisa jadi janin begitu, hmm?" Pertanyaan Tabu itu terlontar karena amarah yang memuncak

Wajah David memucat, sementara Grace menjadi seperti orang gila,
"Aku gak begitu..."

"Ternyata cinta aja gak cukup buat kamu bertahan, kamu masih butuh tubuh wanita lain."

"No, i'm not" bantah David

Grace tidak menggubris bantahan David,
"Kamu cumbu istrimu tapi kamu cumbu wanita lain juga. Menjijikkan!"

Grace makin terpuruk, kakinya lemas tubuhnya jatuh kelantai, baru sekejap dia merasakan kehangatan dan kini dingin kembali melanda hidupnya

David mengikuti pergerakan Grace, dia ikut terduduk di lantai, Grace memperatur nafasnya mencoba untuk tenang

"Anak itu punya nyawa, Dave. Mereka itu titipan Tuhan kalau aku misahin hubungan antara ayah dan anak maka Tuhan yang akan murka sama aku, tapi aku manusia aku seorang istri aku gak mau ada wanita lain di hidup kamu, kamu gak bisa lepas tanggung jawab atas anak itu"

David terdiam, membenarkan ucapan Grace dalam hati, sementara Grace melanjutkan ucapannya

"Tapi kamu bisa lepas tanggung jawab atas anak kita" Grace mengusap lembut perutnya, dia tidak menyesali anak yang ada di rahimnya tapi ini terlalu sulit untuknya. David bukanlah barang yang bisa dia bagi atau di gilir pada orang lain, David suaminya, ayah dari Bayinya.

David membatu, tubuhnya tegang seketika, wajahnya makin pias
"Anak kita..." David mengamit dagu Grace, mencoba mencari kejelasan dari perkataan Grace, "kamu hamil?"

Grace mengangguk pelan, sementara David mulai gusar dia mengusap wajahnya dengan kasar, menjambak rambutnya sendiri

Grace bangun, dia berdiri lalu berjalan pergi, suaminya itu masih shock dengan kejadian tadi, batinnya serasa di sayat bagaimana bisa dia berbuat bodoh dengan menyakiti istrinya yang kini sedang hamil, demi menyenangkan hati sahabatnya dia melukai perasaan istrinya.

David mengumpulkan kembali kekuatannya, dia bangkit untuk menemui Grace, di ketuknya pintu kamar mandi

"Grace! Buka pintunya, aku mau bicara satu hal" 

Tidak ada jawaban, hanya terdengar isakan menyedihkan dari dalam sana yang semakin memperdalam rasa bersalahnya, David masih terus mengetuk pintunya

"Honey, Please!"

"-"

"Grace, I Love you! Tolong buka pintunya !!"

"Grace!"

"Grace" ketukan pintunya semakin keras

Hati David menciut seketika,
Jantungnya terpompa Semakin cepat, meskipun samar namun dia masih bisa mendengar suara ringisan dari dalam kamar mandi.

"Grace, Please! Atau aku dobrak sekarang!"

"Ah...awww" suara ringisan itu semakin kencang

"GRACIA!"
David sudah tidak sabar lagi, pikiran dan hatinya di penuhi rasa ketakutan

BRUKKKK

Dengan sekali tubrukan badan, pintu kamar mandi berhasil di dobrak oleh David,

"Grace..." Nafas David tercekat, dunianya seolah diputar balik dengan paksa ketika melihat warna merah mendominasi lantai keramik putih kamar mandinya,.

Di raihnya tubuh yang sudah tergeletak lemah kedalam dekapannya,
"Tetap sadar, sayang. Tolong jangan tutup mata kamu, kita kerumah sakit sekarang" David mengendong tubuh Grace keluar dari kamar mandi

David menggendong tubuh itu menuju tempat parkir Mobilnya
"I Love you, Grace. Kamu boleh pukul aku sesuka kamu tapi tolong stay here, I need you"

Malam seolah menjadi saksi ketakutannya, lorong apartemen yang sepi  ditinggalkan jejak dengan tetesan darah yang dilewatinya dengan terburu-buru. Baru kali ini David membenci tinggal di apartemen.

Ketika sudah ada dalam lift Grace membuka matanya,

"Aku ta-kut..." Rintihnya, tubuhnya sudah di lumuri keringat dingin, bibirnya memucat, matanya semakin sayu

"Ada aku, sayang" David mengecup kening Grace "ada aku..."

David langsung menghamburkan tubuhnya keluar ketika lift sudah sampai di basment, dengan susah payah dia membuka pintu mobil sambil tetap menggendong tubuh Grace. David meletakkan tubuh yang sudah bersimbah darah dan keringat itu di kursi penumpang dengan sangat hati-hati, memakaikan seatbelt, dia juga menurunkan Sandara bangkunya agar Grace merasa lebih nyaman.

David memutari mobil dan duduk dibalik kemudinya, menyalakan mobil dengan gusar. Dipandangnya sosok yang ada di sampingnya, tanganya mengusap kening Grace yang di penuhi keringat dingin

"Grace, Please... Jangan tutup mata kamu, okey..." Suara David menghilang, bibirnya terasa kelu. Satu persatu air matanya menetes. Dia menangis merutuk dirinya sendiri.

"Devhhh.." mata indah itu semakin sayu

"Grace...."

"Maaf, Devhh...."

"Grace!"

"Grace!"

Terlambat. Grace sudah hanyut dalam dunia hitamnya





Udah yaa..  next part secepatnya kalau bisa,  sekalian kalau ada typo beritahu aku yaa....

Btw kayaknya part selanjutnya butuh waktu yang cukup lama deh, coz aku gak kuat Nerima kenyataan dari kehidupan Grace sama David yang sudah diambang kehancuran ini...

KITA SALING MEMBERI SUPPORT PADA SESAMA. OKEYY😎

VOTE COMENT, Now!!!

I Know I Luv YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang