14-Only Me - 1

23.9K 503 8
                                    

Gundukan tanah yang ada dihadapan ku lengkap dengan nama yang terpampang di batu nisannya, sungguh menyesakkan dada, aku berlutut sambil memandanginya,

Giordano Frank Clinton.
Maret 23 2014

Makamnya bersih dan terawat, jelas sekali, Mereka keluarga terhormat pasti diperlakukan dengan sangat baik, walaupun sudah tiada.
Edmund berada disampingku, dia juga ikut menabur bunga, membaca beberapa doa dengan harapan Tuhan dapat mengirim arwahnya ke surga.

"Gracia.." ucapnya pelan, aku tak menanggapinya, aku tau pasti akan ada hal lain yang akan disampaikannya

"Papa sayang kamu, Dia selalu minta aku untuk cari kamu, Papa ingin minta maaf langsung ke kamu tapi itu semua tidak terwujud."

Aku tidak terlalu terkejut mendengarnya, saat aku menoleh kearahnya ternyata dia sedang mengamati ku.

"Aku tau..". Gumamku "Papa sayang aku, dan aku juga sayang papa, kamu gak usah khawatir.."

Dia mengangguk, tanda mengerti apa maksud perkataan ku...

Kami masih saling menatap satu sama lain,
"Dia pasti bahagia dengan adanya Revanno" kataku "jujur saja aku memang tidak mau mengungkit masa lalu karena terlalu menyakitkan, tapi kini aku sadar keputusan yang kita ambil 3 tahun yang lalu.." aku menghela nafas sejenak, lalu melanjutkan "adalah keputusan yang paling Tepat"

Barulah saat itu kulihat wajah Edmund berubah menjadi kaku dan dingin
"Dia memang senang dengan adanya Revanno" ujarnya, dia memberi jeda beberapa detik baru kemudian melanjutkan "tapi ada hal yang tidak bisa kuterima di masa lalu, orang orang yang paling ku percayai bersiasat di belakangku"

Hembusan nafas kasar lagi lagi keluar dari bibir Edmund.
"Tapi Ed.." kataku "ada hal yang masih tidak kumengerti.." aku Menggantung kan ucapanku

Edmund mengerutkan keningnya, menatapku dengan penuh tanya.
"Apa.?" Tanyanya

Aku tertawa kecil..
"Aku tetap di tinggalkan, walaupun kamu sudah tau siasat mereka" lanjutku "aku hilang arah setelahnya, Ed. Aku kembali hidup seorang diri, tanpa keluarga, tanpa cinta, tanpa apapun juga, umurku waktu itu baru 20 tahun tapi kesedihan yang kalian berikan lebih buruk dari 1 abad lamanya"

Seketika itu kusadari Wajahnya berubah pucat pasi, bahkan Edmund terpaku, aku berdiri lalu pergi meninggalkannya yang masih mematung di depan makam Papa.

Ada sesak yang teramat besar dalam diriku, ada luka yang ditorehkan begitu dalam di hatiku. Kau tidak pernah tau itu.

Aku pernah berharap kau akan memperjuangkan aku, aku pernah berpikir kau pasti memilihku daripada mereka, tapi akhirnya kau buat aku sadar, bahwa darah akan selalu lebih kental dari air.

°°°

"Kejutan!!!!"

Wajah terkejut David membuat aku ingin tertawa, dia bangkit dari kursinya dan keluar dari belenggu meja kerjanya. Tanganya direntangkan kearahku, senyuman mengembang menyambutku.

Aku berlari kecil kearahnya, kami berpelukan untuk beberapa saat
"Kejutan yang menyenangkan" bisiknya

"Boleh aku duduk?"

"Tentu, Grace"

David ikut duduk disampingku, dia memperhatikan paper bag yang kubawa
"Ah-iya... Aku beli bubuk teh hijau untukmu" aku mengeluarkan isi paper bag, berupa sebungkus bubuk teh yang kubeli sebelum ke kantor David

David memperhatikan bubuk teh yang kubawa, dahinya berkerut "Jadi.." katanya "gaya hidup sehat banget nih" tawa riangnya memenuhi ruangan

"Dave..!" Aku mendelik kesal "jangan berisik"

I Know I Luv YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang