"gimana?" aku memutar tubuh memperlihatkan gaun merah panjang yang membalut sempurna tubuhkuDia menimang nimang sejenak, sebelum akhirnya berkomentar
"bagian bahumu," dia mulai meraba bahuku "terlalu terbuka" komentarnya "aku tidak tahan jika ada yang menatap tubuhmu dengan tatapan nakal rasanya aku ingin menghajar siapapun orang itu"Aku mendengus kesal dan beralih menatap Juna,
"Gimana sayang?" tanyakuJuna menatap kearah David dan David membalasnya dengan gelengan. Ada konspirasi disini
"Jun?" panggilku
Anak itu tersenyum,
"terlalu terbuka, aku tidak suka"Ahh, sudah kuduga. Ayah dan anak ini memang sangat kompak, terlebih saat mematahkan pendapat ataupun hal hal yang bertentangan dengan mereka.
"tapi aku sangat suka gaun ini, Dave" rayuku, "aku merasa sangat cantik"
David tersenyum lalu mengamit daguku, "kamu boleh memakainya" bibirnya hendak menyeruak ke leherku namun cepat cepat aku menghentikannya
"cepatlah bersiap, Dave. Jangan menggangguku terus"
Dia tersenyum jahil, mengecup keningku sekilas lalu berlari pergi membawa Juna
Hari ini hari yang sangat penting untukku, di hari ini aku akan melihat lelaki yang kusayangi bertunangan dengan seorang wanita yang ku harap bisa menjadi wanita terakhirnya.
"sudah siap?" David datang dengan penampilan yang luar biasa menawan.
"sangat siap"
Sebelah alisnya terangkat,
"ada apa?" kutanya"Putriku yang Cantik" katanya
Aku memilih mengabaikan gombalannya,dan langsung menariknya keluar
***
Harris, Giorga dan Revan sudah lebih dulu tiba di ballroom, sudah banyak tamu juga yang berdatangan tapi Edmund masih belum terlihat disana.
Acara pertunangan Edmund di gelar di sebuah Hotel bintang 4.Harris terlihat begitu sibuk mengurusi para tamu yang hadir, ku dekati dia dengan perlahan
"Dimana Edmund, Harr?""masih di kamarnya, susulah dia Gracia" pinta Harris
Aku beralih menatap David,
"aku ke kamar Edmund sebentar"David menarik tanganku dengan cepat,
"boleh kutemani?" tawarnya"tidak usah, biar aku saja"
David tak berkomentar lagi, dia melepaskan genggamannya dari tanganku akupun langsung pergi menuju kamar Edmund.
Awalnya aku Ragu ragu membuka pintunya, saat ku pikir pintu itu terkunci tapi ternyata tidak di kunci.
Aku mengedarkan pandangan ke sekeliling kamar, namun Edmund tidak ada disana.Antusias, itulah yang aku rasakan sekarang. Aku tak sabar melihat lelaki yang ku sayangi hidup bahagia dengan takdirnya sendiri.
"Ed!"
"aku disini sayang" serunya
Suaranya berasal dari balkon, dengan cepat aku menghampirinya, dan benar dia ada disana berdiri memandangi pemandangan sambil mengisap rokok dengan penampilan yang sudah sempurna.
Aku merampas rokok itu dari tangannya, membuangnya sembarang
"jangan merokok nanti bajumu bau, Edmund"Edmund malah tertawa dengan suara yang dibuat buat, membuatku takut.
Dia memperhatikan ku, melihatku dan mengamati wajahku lekat lekat Dengan tiba tiba saja tanganya mencengkram bahuku
"Jangan kembali padanya, Gracia. Kumohon!" aku terkesiap,
"Edmund"
"Cintai aku Gracia, lupakan laki laki bastrad itu" nada suaranya meninggi
"Edmund dengar aku!" kuraih wajahnya, "kamu akan bertunangan hari ini, Ed" dia malah tersenyum miring, "dia... Wanitamu dan tamu tamu sudah ada di aula, aku kita kesana" tuturku
Edmund merengkuh tubuhku kedalam dekapannya dengan erat,
"Aku masih sangat mencintaimu, Gracia"Astaga, ada apa ini.
"Edmund..."
Setelahnya dia membungkam bibirku dengan ciumannya yang sangat lembut dan penuh perasaan. Aku menangkup pipinya merasakan ada air mata yang jatuh di pipi mulusnya.
Kumohon jangan begini, Ed
"kamu bilang kamu mencintainya, Ed" kutatap matanya lekat lekat, "ini tidak benar cinta itu tidak pernah menyakiti, bersiaplah Ed! Sambut masa depanmu yang indah"
Edmund mengecup tanganku lama,
"tidakkah kamu sadar kulakukan semua ini hanya karna ingin melihat seperti apa perasaanmu padaku! Aku sungguh mencintaimu, sampai kapan pun rasa ini tidak akan pernah berubah!"Dan lagi,
Edmund menjamahi bibirku dengan ciumannya, kali ini lebih intens dan sedikit tergesa."GRACE!"
Brukkkk
Entah bagaimana caranya, David sudah ada disini memukuli Edmund dengan membabi buta.
Edmund tersungkur, kulihat bibirnya terluka ada luka sobekan disana."berani beraninya kau, brengsek!"
"Berhenti, Dave!" kudekap tubuh Edmund yang tak berdaya menghindari pukalan bertubi tubi dari David.
David Gusar, dia menarik tanganku agar menjauh dari Edmund.
"Grace! Menjaulah darinya" bentak David, Edmund sedikit limbung tapi kesadarannya masih pulih betul. Dia mencoba bangkit
"laki laki itu akan segara bertunangan, tapi masih saja berani merayumu!" teriak Edmund sambil menunjuk Edmund yang sudah tak berdaya
"tutup mulutmu, Bangsat!" Edmund membalasnya ketus. David sudah akan kembali memukulnya namun panggilan dari seseorang menghentikan aksinya
"Daddy!"
Itu suara anakku,
Disaat begini Juna datang sambil berlari lari, wajah anak itu langsung memucat melihat wajah Edmund yang tak berdaya
"Dad..."lirihnya, "mommy, Daddy sakit!" Juna menangis .
Harris dan yang lainnya juga datang, wajah Harris tak kalah kaget dengan Wajah Revan dan Juna. Tapi dengan sigap Harris langsung membawa anak anak keluar dari kamar Edmund.
"Harusnya bukan seperti ini!"
***
Author Pov
"kenapa harus begini caranya?" tanya Grace bingung. Edmund menjelaskan semuanya dengan sangat cepat dan mengejutkan
"aku tidak tau harus bagaimana," tutur Edmund, "i am so sorry"
Ternyata jalinan kisah asmara Edmund tidaklah benar, dia hanya berpura pura melakukan semuanya.
Acara pertunangan itu juga palsu! Tamunya, dan semua orang disana adalah orang suruhan Edmund"aku hanya inginkan kamu, bukan wanita lain!" Edmund menggenggam tangan Grace erat, "jadi jangan menyuruhku untuk jatuh cinta pada wanita lain lagi, itu menyakitkan"
....
Makasi yaaaaa, aku gak tau harus bicara apa lagi. Intinya makasi buat yang setia sama ceritaku ini😘😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
I Know I Luv You
DragostePERHATIAN!!! KONTEN 18++ Ketika yang putih berhasil kau rubah menjadi kelabu, aku hanya ingin kesediaan mu untuk memperbaikinya. Tapi kau tidak begitu... Aku menyerah. Pergi dan mencari Cinta yang lain.