VOTE
VOTE
COMENT
COMENT
Selalu Budayakan,
Salam
Sapa.WAJIB!!!
Okey! Enjoy!
Gracia Point of view
Sudah hampir satu Minggu aku diperlakukan seperti anak kecil di rumah, dimandikan, disisiri, disuapi, dan selalu di temani tapi tetap saja aku merasa seperti ada yang kurang. Mami menginap di apartemenku selama satu Minggu dan sekarang waktunya dia pulang, aku masih enggan ditinggalkan berdua saja bersama David, dia sudah seperti orang asing bagiku aku membencinya walau cinta dalam hatiku masih membara, aku ingin mencabut semua rasaku padanya.
Aku sudah berhenti menangis saat hari pertama mengetahui aku keguguran, aku sudah teramat hancur sampai tak tau lagi harus bagaimana, akhir-akhir ini aku hanya sibuk menyendiri, rasa sakit ini Abadi, membuat aku membenci semua orang yang ku kenal. David mungkin tidak akan pernah mengetahui rasanya hancur sampai separah ini.
"Grace, kamu jaga diri baik-baik jangan sampai telat makan,minum yang banyak. Okey" aku mengangguk pelan lalu memberi pelukan perpisahan
Tadinya David yang mau mengantar Mami pulang, tapi Mami menolaknya dia memilih untuk di jemput supir. Sebelum itu Mami dan David juga sempat mengobrol berdua, entah apa yang mereka bicarakan. Aku Tidak perduli!
Aku langsung masuk ke kamar begitu acara pelepasan Mami selesai, kembali bergulung di bawah selimut sampai aku merasakan ada sesuatu yang merangkak ikut naik keranjang,
"Grace..." Pemilik suara itu mulai mengusap punggungku
"Aku gak tau ini berpengaruh terhadap kehidupan kita setelahnya atau enggak, tapi aku berharap kamu mau pertimbangkan kembali keputusanmu"
Apa aku sudah cerita?
Ya, aku memang bermaksud untuk bercerai dari David, keputusan itu sudah aku bicarakan juga dengan-nya setelah semuanya selesai aku akan pergi dari kehidupan mereka semua, menyepi sendiri dengan kenangan manis yang tidak akan pernah bisa ku dapatkan lagi.Aku membuka selimut yang menutupi wajahku, mengambil posisi duduk bersiap untuk mendengarkan semua ocehan darinya,
"Apa!?" Tantangku "aku gak mau dengar pembelaan terhadap perbuatan menjijikkan kamu sama wanita jalang itu!"
"Grace, Tifanny bukan orang seperti itu!" Nada suara David perlahan tinggi. Bisa bisanya dia membela wanita itu di dihadapan ku.
"Seperti apa lalu? Seperti aku!" Aku menunjuk diriku sendiri "sampai kamu mau melakukan sex sama dia!"
"Grace..."
"Aku tetap ingin Cerai!"
"Enggak!"
Amarah ku serasa di puncak kepala,
"CERAI!"David beringsut mendekat kearahku, aku berusaha mundur namun yang ku dapatkan adalah ujung ranjang, aku terjebak
"Grace bagaimanapun keadaannya aku tetap ingin kita bersama"
Bullshit!
"Dengar ini baik-baik!" Aku merapikan rambutku ke sela-sela telinga, "jika Aku ingin tetap bersamamu itu hanya untuk menghancurkan mu, menyakitimu, dan membuatmu terpuruk, kamu mau?"
David terdiam, bibirnya agak terbuka karena terkejut. Aku tidak pernah bermain main dengan ucapanku barusan, jika kami bersama, maka aku yang akan menghancurkannya.
"Jadi, Dave lebih baik kamu lepasin aku. Kita Cerai, daripada kamu terluka"
"Aku mau sama Kamu selamanya, gak peduli seberapa besar kebencian kamu terhadap ku"
Dasar keras kepala.
"Kalau aku selingkuh dengan orang lain, kamu masih mau ?" David tersenyum kecil
"Aku mau kita tetap bersama, memperbaiki semuanya dari awal".
"Okey, tapi jangan pernah salahkan aku jika suatu saat kamu terluka"
David tersenyum semakin lebar, di raihnya kedua tanganku aku berusaha melepasnya tapi tangannya tetap menggenggam erat tanganku,
"Aku gak akan pernah terluka saat bersamamu, Grace"Percaya dirinya sangat tinggi, kita lihat saja sebaik apa dia mampu bertahan denganku.
---------------
Aku merasakan sesuatu yang lembab, lembut dan hangat menjelajahi seluruh wajahku, saat membuka mata ternyata ada manusia menyebalkan itu,
"Ngapain?"
David tersenyum manis,
"Makan malam yuk"
Aku kembali membenamkan wajahku ke bantal, "gak Nafsu!" Aku benar-benar tidak berselera makan, biarkan saja tubuh ini kering, kurus dan tidak Sexy lagi, aku tidak perduli.
"Grace, Ada Soup iga domba loh..."
Sialan!
Tahan Grace, tahan!"Mau gak?" Tawarnya dengan nada menggoda
"Mmm mmm" aku bersikeras untuk menolak, walau jujur aku ingin sekali.
Terdengar hembusan nafas kasar keluar dari bibirnya,
"Kamu hari ini cuma sarapan doang, Grace. Please makan malam ya..."Biarkan saja.
"Grace..."
"-"
"Grace..."
"-"
"Bilang kamu mau apa? Pasti aku beliin"
Barulah aku membuka Mulut, "David tolong keluar, Gracia mau tidur" ucapku lantang
Mulai sekarang aku harus membiasakan diri memanggil David dengan nama aslinya, bukan lagi dengan nama panggilan kesayangan ku.
"Dave. aku suka kamu panggil dengan sebutan itu"
"Dave untuk David, dan Grace Love untuk Gracia, gimana?" Saranku
David tertawa, "aku sayang kamu"
Aku tersipu malu pipiku terasa hangat, "kok gak di bales sih?" Tanyanya
"Aku sayang ka-mmpphh" belum sempat kalimat itu rampung David sudah membungkam mulutku dengan bibirnya.
"Aku tau" bisiknya pelan sambil menggigit cuping telinga ku.
Ya Tuhan aku rindu saat-saat itu...
Lupakan Grace! Lupakan"Ini kamar kita berdua, aku gak akan kemana-mana!" Sudah ku duga dia akan berkata seperti itu
Aku bangkit dan beranjak dari ranjang, "sekarang ini jadi kamar kamu! Biar aku tidur di luar"
"Grace!"
Biarkan saja, kali ini kami pisah ranjang dan mungkin seminggu lagi akan pisah rumah, baru setelahnya kami resmi berpisah, aku tidak mau sampai benar-benar menyakitinya jadi biarkan saja berjalan seperti ini.
Aku kasian banget sama David, kalian bully terus. . .
Jangan dong.... 😂😂😂😂

KAMU SEDANG MEMBACA
I Know I Luv You
RomantikPERHATIAN!!! KONTEN 18++ Ketika yang putih berhasil kau rubah menjadi kelabu, aku hanya ingin kesediaan mu untuk memperbaikinya. Tapi kau tidak begitu... Aku menyerah. Pergi dan mencari Cinta yang lain.