Musim dingin (2)

15.3K 572 28
                                    

JANGAN ADA SIDER DIANTARA KITA!!!!

Budayakan :

SALAM : VOTE
SAPA.    : KOMEN


David berdiri membatu di ujung jalan "bisakah aku mendapatkan pelukan?" Seruku kencang

Aku merentangkan kedua tanganku
Dia memandangi ku dengan bingung

"Hug me, Please!" David bergeming
"Dave, Please!" Rengek ku manja

David berjalan dengan perlahan menghampiriku, aku yang terlalu rindu jadi tidak sabar segera ku hampiri dia, tubuhnya langsung ku dekap erat

"I miss you, My Grace" bisiknya

Aroma tubuhnya. Ya Tuhan betapa sempurnanya harum ini, harumnya lebih sempurna jika di hirup dari tubuhnya daripada aku mencium langsung dari botol minyak wangi David.

"Badanmu kurus" komentar ku

David terkekeh pelan
"Benarkah?"

"Baru satu Minggu Dave" kataku, sambil melepaskan pelukanku "tapi lihatlah!" Tanganku menjelajahi kekurangan kekurangan David "Rahangmu tidak terukur rapi, matamu berkantung, dan tubuhmu jadi kurus begini"

"Aku butuh kamu, Grace"

"Me too" dia mengecup keningku lama, memberi kehangatan yang selama ini ku dambakan "aku minta maaf Grace ak..."

Aku membungkam mulutnya dengan jari telunjuk "ssssttt... jangan bicara lagi, aku mencin..." David menyingkirkan tangan ku dari bibirnya

"Grace dengar dulu," aku mendongak, mengamati wajah David yang kini sedang tersenyum kecil

"Kenapa?"

"Aku mau kita Cerai!"

--------

Perlahan Mataku mulai terbuka  mencoba menyesuaikan cahaya Yang masuk, aku menyadari bahwa kini aku sedang berbaring di ranjang sebuah rumah sakit. Infus sudah melekat sempurna di pergelangan tanganku, bajuku juga sudah di ganti dengan pakaian rumah sakit.

Badanku kaku, perutku masih terasa sakit, dan kini dadaku terasa sesak, Aku memijit Batang hidungku sendiri untuk menghilangkan rasa pusing.

Mataku menyisir setiap sisi ruangan, dan terpaku pada suatu objek. Edmund, dia ada di sini sedang tertidur di Sofa wajahnya terlihat lelah, pakaian sudah diganti.

Aku bangkit perlahan dari ranjang, berjalan menghampiri Edmund yang terlelap sambil membawa infusan dengan hati-hati, aku berlutut mensejajarkan tubuhku dengannya, ku amati wajahnya, wajahnya yang tampan dan mempesona, harusnya aku bersyukur setidaknya aku masih memiliki dia.

Mimpi tadi terlalu nyata, aku takut jika memikirkan hal itu,perceraian bukanlah hal yang aku harapkan, tapi aku bisa apa jika hal itu David yang memintanya sendiri, dia pantas bahagia bersama keluarga kecilnya,

Mungkin Tuhan mengirimku padanya agar dia bisa banyak belajar mengenai pernikahan supaya dia tidak melakukan kesalahan seperti waktu bersamaku, dengan jodoh yang sesungguhnya

Haruskah aku kembali ke masa lalu bersama Edmund?

Perpisahan aku dan Edmund dulu adalah sebuah peristiwa yang paling menyakitkan dalam hidupku, aku mengagumi sosoknya, sosok Kaka sekaligus Dokter pribadiku, sosok yang mengenalkan aku bagaimana rasanya mempunyai seorang ayah dan sanak saudara, entah sejak kapan rasa cinta itu mulai tumbuh di hatiku, yang jelas aku selalu cemburu saat ada wanita lain yang mencoba mendekatinya.

Edmund. Nama itu selalu ku lukis dihalaman belakang buku bukuku sewaktu kuliah dulu, badannya berisi tapi tidak gemuk, matanya biru cerah, kadang dia suka memelihara bulu bulu yang tumbuh di rahangnya, nafasnya segar seperti daun mint, dia sangat jarang bicara malah sering aku memaksanya menceritakan kegiatannya padaku, rasanya seperti mendengar dongeng sebelum tidur...

"Kaka..." ku kecup kening Edmund singkat, tubuhnya menggeliat matanya samar-samar mulai terbuka

Dia tersenyum, "Gracia..."

"Aku akan pulang..."

Edmund mengerejap dan langsung bangkit terduduk, "kemana?"

"Kerumah suamiku" wajah Edmund merubah kesal "ada yang harus aku bicarakan dengan dia"

"Kamu bisa maafin dia?

Aku menggeleng, "dia gak salah, aku yang egois, aku tidak memberi apa yang dia mau, mungkin itu sebabnya"

"Sebelum kamu ketemu dia, biar aku bicara dulu sama Suami kamu"

"Tapi Ed-"

"Jangan membantah,"

Aku mengangguk setuju, Edmund mengecup keningku lalu mengajakku kembali ke tempat tidur.

----

Edmund POV

Gracia terus merintih kesakitan, darahnya keluar semakin banyak, sebagai mantan dokter aku tau betul apa yang terjadi padanya. Rasanya pasti sangat menyakitkan.

Dia ditangani oleh dokter ahli teman baikku, melihatnya hancur seperti ini rasanya ingin ku habisi nyawa laki-laki yang dia sebut sebagai suaminya itu.

Gracia di tangani oleh dokter kurang lebih 1 jam, namun pengaruh obat bius dan fase pemulihannya lumayan memakan waktu lama, untuk itu aku putuskan pulang terlebih dahulu untuk berganti pakaian sekaligus menengok keadaan Revanno di rumah. Aku baru kembali lagi kerumah sakit pukul 9 malam, dia masih tertidur pulas, ku kecup keningnya sebentar sebelum ikut terlelap di sofa.

Sesuatu yang hangat dan lembap menempel di keningku, begitu membuka mata kutemukan dia sedang memandangi wajah ku, jika melihatnya seperti ini tidak akan ada yang menyangka bahwa dia baru saja dalam masa kritis, senyumnya mengembang sempurna wajahnya memang masih terlihat pucat.

Dia bilang akan pulang kerumah suaminya, jelas aku menolak. Bisa bisanya dia memaafkan David si brengsek itu, Jika Gracia sampai tau apa yang sebenarnya terjadi padanya aku yakin dia pasti akan membunuh sendiri laki-laki itu.

Aku tidak ingin menyakiti perasaannya, karena itu aku menuruti kemauan dia dengan syarat aku akan  berbicara terlebih dahulu dengan suaminya.

Kita lihat saja nanti...
Apakah laki-laki itu punya nyali untuk menatap wajah Gracia lagi..

No COMENT no NEXT

Please jangan jadi Sider kawan-kawan, aku kan juga ingin tau apa yang ada dipikiran kalian #kepo. Walaupun komennya cuma "next" doang tetap aku hargain++ tapi alangkah baik dan indahnya kalau komen kalian itu lebih berbobot wkwkw 😀😀😀

Yaudah ditunggu aja Kelanjutannya...😘😘😘

Buat yang kangen sama David,  next part yakkk

I Know I Luv YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang