Author POV
Mengawali semuanya dengan proses yang rumit, mustahil bisa diselesaikan dengan cara yang singkat. Hidup memang tidak seputaran tentang cinta saja, Grace bisa saja pergi meninggalkan semua orang yang dia kenal lalu hidup berdua bersama Juna di tempat terpencil tapi bagaimana dengan perasaannya? Bagaimana bisa dia dan putranya hidup tanpa di kelilingi orang yang mereka cintai mengabaikan perasaan orang terkasihnya.
Entah bagaimana harus menjelaskannya, menerjemahkan setiap rasa yang hadir pada setiap orang yang ada di dekatnya.
Grace menyayangi Edmund, mencintainya itu Dulu. Kini rasa yang tersisa adalah kenyamanan yang di dapat saat dia bersama Edmund, merasa aman dan di lindungi.Edmund banyak memberinya senyuman di saat hal paling buruk dalam hidupnya datang, merangkulnya dengan kasih sayang saat orang yang dia kasihi pergi.
Edmund memberikannya cinta, tapi sayangnya tidak mampu menumbuhkan cinta di hatinya lagi.Karena sudah terlambat.
"Semuanya terasa rumit, harr" Grace mengambil jeda sejenak, "saat kupikir ceritaku akan segera berakhir, justru malah terus berputar tak terarah"
Harris. kini hanya dia yang mampu Grace ajak bicara setelah dua lelaki berharga dalam hidupnya terus saja bertengkar karenanya, Harris begitu netral, tidak menggurui apalagi sok tahu.
"pada akhirnya kamu memang harus memilih, Gracia. Manusia punya takdirnya masing masing saat kamu memilih meninggalkan yang satu untuk yang lainnya saat itu juga Tuhan merencanakan hal yang lainnya lagi"
Benarkah seperti itu?
Angin malam pada malam ini terasa lebih menusuk di banding malam malam yang terlewat sebelumnya, Grace semakin mengaetkan jaketnya.
"Edmund. Dia sahabatku, aku tau dia terluka, karena dia begitu memujamu. Saat dulu kalian berpisah dan Edmund memulai hidup baru hingga tercipta Revanno tak pernah lagi kulihat dia mencintai wanita seperti dia mencintaimu, menatap wanita lain seperti dia menatapmu"
Miris,
"entahlah harus bagaimana" grace bergumam dengan dirinya sendiri, Gumaman yang menurutnya kecil namun dapat di dengar oleh Harris,
"Gracia?"
Grace menatap fokus kembali ke Harris dengan kikuk, wanita itu nampak kelelahan Harris dapat melihat itu. Cekungan dimatanya makin kentara di tambah bibir pucatnya yang semakin memperburuk penampilannya malam ini.
"beristirahatlah, Gracia" katanya kemudian
"aku tidak bisa..." Grace kembali menunduk lesu "maksudku aku ingin namun rasanya sulit untuk memejamkan mata di saat saat begini, aku ingin bisa terlelap namun beban pikiranku terus menghantui tidurku"
"kalau begitu tidurlah disamping Juna, peluk Dia dan rasakan hangat tubuhnya. Kamu selalu membutuhkannya di saat saat seperti ini Gracia"
Harris benar, setidaknya akan selalau ada Juna yang menjadi sumber kebahagian terbesarnya, penghilang dari segala rasa takutnya, semangat hidupnya dan sosok yang dia cintai tanpa syarat.
"masuklah..." Harris mendongakan kepalanya ke arah pintu rumah sebagai isyarat agar Grace cepat masuk kedalam rumah
"baiklah," Grace bangkit dari duduknya "selamat malam Harr"
***
Grace termenung menatapi layar ponselnya, tidak ada panggilan masuk ataupun pesan singkat dari David.
Edmund juga tidak mengunjunginya dua hari belakangan ini.Grace membaca kembali pesan terakhir dari David,
Maaf sudah memintamu kembali setelah apa yang sudah aku perbuat, maafkan bedebah ini yang terus membuatmu berada di posisi sulit lagi. Aku menyesal karna belum mampu untuk membahagiakanmu dan anak kita tapi percayalah Grace sayang aku akan lakukan segalanya untukmu dan Juna agar kalian bisa bahagia.
Hatinya kembali terenyuh rasanya Perih sekali, kini rasanya jelas terlihat dan dia sudah tau apa yang diinginkannya.
Grace bangkit, menguncir rambutnya asal, memoles sedikit lip cream di bibir pucatnya dan segera bergeges mengambil kunci mobilnya yang tidak pernah dia gunakan,
Ini pertama kalinya setelah sekian lama dia tidak mengemudikan mobilnya lagi, sebelum melaju dia melihat sekilas wajahnya di kaca spion meyakinkan dirinya bahwa ini memang sudah benar, Grace sedikit miris ketika melihat visual wajahnya di cermin karena dia menyadari satu hal bahwa sudah banyak garis garis halus bersemayam diwajahnya, Ah mana mungkin ada dua pria yang begitu mencintai wanita tua sepertinya. Setelah merapal doa dia mengemudikan mobilnya membelah jalanan ibukota menuju ketempat terbenar yang seharusnya dia pertahankan 3 tahun lalu.
Sepi, itu yang terlukis dipenglihatan Grace ketika tiba di depan gerbang rumah David, tidak ada mobil terparkir disana ataupun tanda tanda rumah itu berpenghuni.
Grace memilih menghubungi David, menunggu beberapa detik hingga telepon itu tersambung rasanya seperti ribuan Jam
"Grace..." suara parau mengawali panggilannya membuat dada Grace bergemuruh
"Dave, kamu dimana?"
"Gracehhh..." tangis David pecah kepiluan itu menyeruak bersama isak tangis yang tak henti henti
"Dave, Ada apa?"
David tidak merespon pertanyaan Grace, hanya ada suara tangis di sana.
"David, jawab aku"
"Mami meninggal, Grace"
Dunianya runtuh seketika.
.....
Makasi makasii makasiiiii bangettt untuk kalian yang setia, kalian luarbiasa....
Maaf maaf maaf, di usahakan untuk tetap update.
I love u...
KAMU SEDANG MEMBACA
I Know I Luv You
Roman d'amourPERHATIAN!!! KONTEN 18++ Ketika yang putih berhasil kau rubah menjadi kelabu, aku hanya ingin kesediaan mu untuk memperbaikinya. Tapi kau tidak begitu... Aku menyerah. Pergi dan mencari Cinta yang lain.