Dear You #Ch. 01

11.3K 342 23
                                    

Sambutan hari yang tak bersahabat, hujan yang turun pagi ini seolah tangisan dari sang nirwana yang tengah ikut merasakan kepediahan yang selalu menyiksa batinnya. Wanita itu terpaku,melihat gambar dirinya di depan cermin.

Nafasnya terasa berat berhembus tatapan kosong itu menyiratkan kepedihan yang ternyata sudah 5 tahun lamanya ia memendam rasa itu. Rasa yang telah membuatnya jatuh kedalam kepedihan yang amat sangat menyakitkan.

Jemari yang saling bertautan tak pelak meremas sendiri dimana dijari manis itu masih tersemat sebuah cincin berlian yang memberi makna mendalam bagi sang empunya.

"Sampai kapan....?"

Buliran kristal bening itu pun tak bisa menolak untuk keluar dari peraduannya.

"Mila, papa sudah menunggumu dibawah. Apa sudah siap?" panggilan keras namun tetap terdengar lembut membuat wanita itu terkesiap dari lamunannya.

Tangannya bergerak cepat menghapus air matanya lalu bergegas membuka pintu kamar dimana dibalik pintu itu seorang wanita paruh baya kini memandangnya menyambutnya dengan senyum tipis.

"Maaf aku tadi sedang dikamar mandi, Ma" ucapnya berdalih. "Aku akan segera turun", lanjutnya lagi dan diterima dengan anggukan kecil oleh wanita paruh baya tersebut yg kemudian meninggalkan kamar Mila.

"Lakukan dengan semangat Mila, sebab harimu akan terasa begitu panjang"

**********

Aroma basah yang kuat masih terasa menyeruak di indra pemciuman. Dingin pun begitu mengusik sendi. Jika sudah begini menikmati kehangatan dibalik selimut mungkin lebih baik.

Pandangannya tak lepas pada sisi kaca jendela mobil. Menyaksikan ribuan rintik hujan yang beramai - ramai membasahi bumi. Seperti tengah merasakan kebahagiaan ditengah keramaian.

"Entah sudah berapa lama, namun pergantian musim tak juga kunjung mengubah cintaku padamu, dear... "

Hingga akhirnya sebuah suara bariton menarik Mila dalam lamunan panjangnya.

"Mila, kamu ingat ini hari apa kan?"

"Ouh, iya pa.. Aku ingat", entah apa yang ia bicarakan tapi Mila begitu saja melontarkan jawaban demikian.

"Papa percaya padamu, Mila. Kau akan tetap menjaga kesetiaanmu pada Adam" ucap pria itu mengusap sayang puncak kepala Mila lalu tersenyum seraya beranjak keluar dari mobilnya.

Mila, ia masih terdiam diposisinya. Terlalu jengah mungkin, tapi memang tak bisa dipungkiri memang sosok pria bernama Adam itu masih menempati ruang terdalam dihatinya. Meski hingga kini hanya sebuah penantian yang ia terima.

Menit berikutnya, Mila menoleh kesisi kananya. Ia tersadar jika Chandra, sang papa mertua sudah meninggalkannya melenggang masuk ke gedung putih tersebut. Tempat dimana ia selalu menghabiskan waktunya setiap hari, bertemu dengan para pasien yang menanti kedatangannya bahkan tak jarang jerit senang anak - anak kecil disana yang menyambut kedatangannya dengan penuh suka cita.

"Apa dokter tahu? Aku pikir aku akan mati saja jika sampai dokter tidak datang hari ini", cicit menggemaskan seorang gadis kecil dengan bibir mungilnya yang mengerucut sempurna.

Mila meraih tubuh anak tersebut dan mendudukannya diatas pangkuannya.

"Lalu membuat semua orang menangis?" ucap Mila hingga gadis kecil itu terdiam dan menunuduk bersalah.

DEAR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang