"Apa mama terlalu merepotkanmu sayang?" tanya Lita pada wanita yang sedang berdiri membelakanginya.
Ah, sejak kapan hal seringan ini dianggap merepotkan bagi Mila. Bahkan tanpa Lita memintanya pun ia akan melakukannya dengan senang hati. Sedangkan seulas senyum tipis menjawab pertanyaan Lita tanpa perlu harus dimengerti.
Satu jam yang lalu Lita datang mengunjungi Mila dikliniknya. Wanita berusia lanjut itu rupanya tengah merindukan Mila yang entah sudah berapa waktu ia lewatkan tanpa Mila -nya.
Sekarang, mereka tengah berada disebuah pusat perbelanjaan. Dimana Mila sedang memilih beragam buah segar untuk dijadikan salad fruit sebagai pelengkap acara arisan dirumah Lita nanti siang.
"Kapan mama merepotkanku, lagipula sudah lama kita tidak pergi bersama..." jawab Mila dengan senyumnya. Menghentikan aktivitasnya sejenak lalu menatap lembut Lita. Dalam hati Lita selalu berdoa kepada Tuhan, meminta agar senyum itu tak pernah direnggut dari wajah menantu kesayangannya tersebut.
Yah... hingga detik ini pun Mila masih menjadi menantu kesayangannya. Walau sebuah kenyataan seakan ia kesampingkan, namun disisi itu juga Lita tidak akan seterusnya bisa berharap pada apa yang dirasakan hatinya. Karena Alona - Ibu dari cucunya juga berhak mendapatkan tempat terbaik dalam keluarga Chandra. Atau lebih kepada ingin merasa dianggap sepenuhnya? Entahlah... yang jelas, Alona tidak pernah buruk dimata Lita sejauh ini.
"Kau ini... memang tidak berubah!" tukas Lita yang selalu memandang kagum pada wanita cantik dihadapannya ini. Kedua tangannya menangkup lembut wajah Mila.
Sejengkal rindu yang seolah telah dirasakannya puluhan hari lenyap hanya dengan senyum ketulusan dari wajah menenangkan tersebut. Nalarnya jika seorang wanita saja sulit terperanjat dari rasa rindu itu, bagaiamana seorang pria?
Kiranya pun Adam - sang putra yang ia sayangi masih bisa ditemuinya sebuah rasa yang tertinggal dalam hati sejak pertemuan terjadi.
"Mama tidak memaksa tapi jika boleh pikirkan kembali tentang keputusanmu itu sayang!" tanya Lita terkesan acuh namun dengan rasa memohon yang kentara.
Mila, perempuan itu terlihat gusar atas pertanyaan yang diajukan. Sedang kedua tangannya sendiri meremas kuat kantung belanjaan yang memenuhi genggamannya. Bola mata yang bergerak gelisah dan hembusan nafas berat terdengar begitu sulit dilakukan ditengah penantian kabar baik atas pertanyaan untuknya.
"Sayangku tak lagi sebesar dulu, Ma!" Matanya terpejam, menjedah kalimat yang sudah akan keluar selanjutnya.
"Izinkan aku menata kembali kehidupanku yang sekarang. Bukan dengan siapa aku menjalaninya, tapi tentang bagaimana aku mendapatkan kebahagiaan atas keputusanku saat ini" jawab Mila sambil menghembuskan nafas perlahan. Dan Lita berusaha tersenyum.
"Fakta yang aku dapat sudah tidak lagi bisa mengubah keputusanku. Dan itu wajar... mengingat berapa lama aku sudah memberikan waktuku secara percuma untuk seseorang yang dulu sangat aku cintai"
Lita tak lagi bisa berkata hanya untuk sekadar menanggapi ucapan Mila. Perempuan dihadapannya ini berkata benar. Lantas mengapa sekarang dirinya seakan termakan keegoisan, yang sudah sangat tahu seperti apa perjuangan sia - sia menantunya?
Ralat! Mantan menantu, kebenaran itulah yang terjadi. Setelah hakim mengesahkan perceraian Adam dan Mila.
Rasanya, udara menjadi lebih dingin setelah Mila selesai mengucapkan isi hatinya. Suasana kebersamaan keduanya seperti ditelan sepi, ketika hanya suara mesin mobil yang menyala sepanjang perjalanan menuju rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
ФанфикCinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan? -Louisa Mila Calysta - Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...