Beberapa bulan setelah pertemuannya dengan Mila, kini Kevin kembali menyibukkan dirinya dengan beragam kegiatan. Meski tak meninggalkan profesinya sebagai photografer ternama, tapi apa yang dijalaninya kali ini sungguh berbanding terbalik dengan yang menjadi kebiasaannya.
Jangan lupakan, nama Andreas yang bertengger dibelakang namanya sebenarnya sangat berpengaruh besar dalam hidupnya. Terutama jika hanya sekedar untuk bisa mencari kenikmatan apa yang ia butuh pasti akan banyak tangan kepercayaan yang bisa membantunya.
Kevin Andreas's come back!
Beberapa majalah ternama menjadikan potret dirinya sebagai sampul halaman depan, tentu dengan Hot News mengenai dirinya.
"Apresiasi yang cukup baik", wanita itu meletakkan majalah ditangganya dengan sembarang. "tidak ingin mentraktirku untuk kesuksesanmu?" lanjutnya lagi sembari menghampiri sosok pria tampan yang kini tengah melihat pemandangan diluar jendela dari ketinggian tempatnya berada saat ini.
"Sepuas yang kamu mau, Lise. Bukankah selama ini apa yang kamu inginkan selalu menjadi prioritasku?" saat itu juga Anelise melingkarkan kedua tangannya dipinggang Kevin dengan sangat erat dan mencium aroma masculin dari tubuh pria itu lama. Nyaman, itulah yang selalu ia dapatkan.
Kevin tersenyum tipis lalu mengusap jemari Anelise yang bertatut melingkar diperutnya. Dasar anak manja.
"Jika benar aku prioritasmu, mengapa aku selalu jadi nomor dua dibandingkan Dokter cantik itu?" rajuk Anelise, ia melepaskan tangannya segera lalu menghempaskan tubuhnya kasar disofa. Tak cepat merespon, Kevin justru menyikapi sikap Anelise dengan santai. Yah, Anelise memang akan selalu begitu dan merasa terabaikan disaat Kevin mulai memberikan perhatiannya kepada orang lain.
"Anelise, kau sudah mempunyai Galang dimana ia bisa memberikanmu perhatian lebih sebagai sosok yang memang bisa memberimu rasa nyaman" Kevin berbalik dan menatap Anelise dimana gadis itu masih menunjukkan wajah sebalnya.
"Dan seharusnya kau harus menghargai keberadaanya selama ini, yang selalu ada disaat kau membutuhkannya", Kevin mengusap lembut rambut panjang Anelise dengan sayang. Berharap gadis itu bisa lebih memahami apa maksud dari ucapannya. Selama ini ia merasa tak punya muka dihadapan Galang disaat Anelise lebih mementingkan dirinya dibanding Galang yang jelas berstatus sebagai tunangannya.
"Tapi Kev..."
"Anelise...", potong Kevin cepat tentu dengan tatapan yang tak terbantahkan. Gadis itu hanya mengehela nafasnya panjang dan menatap tajam Kevin. Ingin sekali rasanya ia membantah setiap perkataan Kevin, tapi daripada ia harus menanggung kemarahan pria itu dan membuatnya menjauh dari Kevin lebih baik mengindahkan saja nasehat petuah membosankannya itu.
"Baiklah! Kali ini kau menang. Tapi kau juga harus mengikuti ucapanku" ucapnya mengalah hingga didetik kemudian ekspresi langsung berubah serius.
"Hmm, katakan saja..."
"Aku minta kau tidak usah lagi memikirkan Dokter itu. Dan berusahalah membuka hati untuk yang lain, karena aku tak bisa melihatmu terus - terusan mencintai seseorang yang salah..."
Orang yang salah?
Kevin mengetatkan rahangnya saat mendengar permintaan Anelise yang dianggapnya terlalu berlebihan. Masalah hati? Siapa yang tahu, sekalipun Anelise orang yang begitu memahami dirinya tapi ia tak akan pernah tahu apa yang sebenarnya menjadi sumber kebahagiaan Kevin.
"Jangan pernah libatkan dirimu dalam masalah lagi dan aku harap kau mengerti akan maksudku.." bukan lagi sebuah peringatan tapi itu sebuah permintaan yang diinginkan seorang adik kepada kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
FanficCinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan? -Louisa Mila Calysta - Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...