Mila berlari menyusuri lorong rumah sakit bahkan ia tidak perduli pada beberapa orang yang sempat mengumpat padanya. Jantungnya berdetak lebih cepat mengiringi nafasnya yang berderu kencang.
Tangannya masih gemetar bahkan ketika ia telah selesai mengucapkan sederetan kalimat pertanyaan yang begitu banyak didalam otaknya kepada seorang lelaki asing yang tak dikenalnya melakukan panggilan telepon padanya.
Air matanya bercucuran tak ada habisnya, "Apa yang terjadi padanya?" tanya Mila setengah berteriak pada Galang yang berdiri didepan ruang operasi, pria itu mengenakan pakaian rumah sakit dan memandang ngeri tangan Galang yang berlumur darah kering.
Pundak galang yang membungkuk lesu berubah tegak memperhatikan wajah Mila yang pucat pasi. Nafas Mila yang tercekat menunjukkan wanita itu berlari dari luar dengan kecepatan penuh.
"Pengemudi itu dalam keadaan mabuk berat, menabrak mobil Kevin dari arah berlawanan dan... "
Tak memperdulikan penjelasan Galang, wanita itu menimpali ucapan Galang cepat, "Bagaimana kondisinya sekarang?" tanya Mila tertahan, takut mendengar jawaban Galang.
Menyiratkan putus asa, Galang menggeleng pelan "Dokter masih berada didalam. Tapi dari kerasnya benturan yang ia alami, aku rasa kondisinya parah, Mil. Dan kemungkinan terbesar dia akan koma"
Jantung Mila jatuh kedasar kakinya mendengar jawaban Galang. Jika sesuatu terjadi terhadap Kevin maka orang pertama yang paling bertanggung jawab adalah dirinya. Tidak seharusnya ia memikirkan egonya sendiri, bahkan disaat ketakutan yang sering dirasakan Kevin terhadap dirinya. Kini justru berbalik menimpa Kevin? Dan itu karena keegoisan dirinya semata?
Apa yang sudah kau lakukan, Mila?
"Pihak kepolisian menemukan ini disekitar kejadian. Dan dipastikan ini adalah milik Kevin karena sebelum ia dibawa kerumah sakit, kotak ini sempat berada di genggaman tangannya"
Tubuh Mila langsung luruh jatuh kelantai, kakinya tak sanggup lagi untuk menopang berat badannya sendiri. Tangisnya pecah ditengah kelamnya suasana malam yang mencekam. Tangannya meremas kuat kotak kecil yang berada didalam genggamannya bersamaan dengan rasa sakit yang menyengat dadanya.
Galang yang melihat keadaan Mila luar biasa berantakannya itu, langsung memeluknya. Mencoba menenangannya. Setelah apa yang dilaluinya, Galang yakin Mila akan sangat terpukul. Apalagi kini ia baru saja menerima sebuah kenyataan yang begitu menyakitkan. Walaupun masih akan ada harapan, tapi tetap saja Mila sangat terpukul melihat orang yang disayanginya terbaring dengan kondisi berlumuran darah disekujur tubuhnya.
"Baiklah, jangan menangis jika saja nanti saat kau terbangun tidak mendapati diriku yang menyapa hangat pagi harimu. Good nite.. "
Rasa sesak itu semakin menghantam keras dada Mila, ketika bayangan kalimat Kevin seakan menjadi mimpi terburuk dalam hidupnya.
"Aku bukanlah senja yang sempurna tanpa Fajar yang menyapa,Dear..."
Galang semakin tidak tega melihat kondisi Mila saat ini. Pria itu berpikir jika wajah Mila berubah semakin pucat lagi, Mila mungkin akan pingsan sekarang juga. Darah wanita itu akan berhenti mengalir ke kepalanya.
Mila bersandar lemas pada dinding rumah sakit, menyadari kesalahan terbesar yang sudah dilakukannya sebelum ini, sementara Galang duduk berjongkok dihadapannya dengan tatapan sedih. "Kevin akan baik-baik saja, kau tahu bukan jika dia tidak pernah mengingkari janjinya?"
Kepala Mila yang semula menunduk kini mendongak dengan pandangan nanar dan air mata yang menganak sungai, "Tidak untuk yang terakhir kali saat ia mengatakan mengucapkan selamat malam kepadaku" alih - alih menjawab Mila justru bergumam.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
Fiksi PenggemarCinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan? -Louisa Mila Calysta - Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...