Cinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan?
-Louisa Mila Calysta -
Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...
(Playlist : Please Forgive Me - Bryan Adams) Coba deh di play yakin kalian pasti suka . . . Sedikit cerita, aku nulis part ini berulang kali dengerin lagu itu. Baper sebaper bapernya . . Happy reading ;)
"Semoga kau menikmati malam ini", Anelise perlahan mundur. Meninggalkan Mila di sebuah restoran bintang lima.
Kesal? Tentu saja! Mila sendirian disini dan Anelise - wanita itu pergi hanya dengan kalimat singkat tanpa menunggu persetujuan Mila?
Ya Tuhan! Mila ingat betul bagaimana Anelise berjanji akan menemaniya selama Kevin tidak ada. Tadinya ia sudah mulai sedikit meluluh dengan wanita itu, menghabiskan waktu bersama hingga berjam-jam selama perjalanan, sedikit banyak membuat Mila mengakui jika Anelise merupakan pribadi yang menyenangkan dan ... baik.
Entah apa jadinya jika Kevin berpesan kepadanya untuk pergi sendirian hingga sampai kesini. Ah, Mila mungkin lupa jika ia harus pulang lagi ke Indonesia menghabiskan waktu yang begitu lama dari tempat ia berada saat ini, Santorini.
Yah, wanita berwajah cantik itu nyatanya sudah berada di Santorini. Tempat dimana seharusnya ia disini dengan suaminya. Menghabiskan waktu penuh kebahagiaan di pulau mungil perairan Yunani itu, Astaga Mila bahkan sudah membayangkan ketika ia dan Kevin bisa melalui hari diantara bangunan putih yang melekat di tebing-tebing pulaunya yang bila dilihat dari kejauhan memberikan kontras alam yang luas biasa indah. Jangan lupakan laut yang membentang biru, salah satu alasan Mila mengapa begitu ingin menyambangi surga dunia itu.
Mila melangkah dengan perlahan, seraya menghilangkan rasa kesalnya yang tidak berkesudahan. Suasana temaram dan hening. Wanita itu berhenti sejenak. Tidak ada lampu menyala, hanya candle ligth yang di tata rapi membentuk sebuah lorong seperti jalan setapak. Kelopak mawar bertebaran, menguarkan aroma khas.
Bibir Mila tertarik ke atas, membentuk sebuah senyum tipis. Debaran lembut di dadanya membuat ia terbawa dalam suasana dan mengingat satu nama... Kevin. Jantungnya berdetak semakin cepat, berharap di penghujung langkahnya mampu membawanya pada sebuah realita.
Seindah apapun kejutan yang suaminya berikan tidak akan lengkap tanpa kehadiran sang pemberi kejutan, bukan?
Lagi, Mila melangkah. Ketukan heels sepatu terdengar berirama di antara heningnya suasana. Masih menyusuri candle ligth sekitar lima belas meter hingga akhirnya ia sampai pada sebuah titik pemberhentian, di sebuah taman besar yang terhubung langsung dengan pemandangan laut lepas. Spechless, Mila terperangah, bahkan terharu tangannya refleks menutup sebagian wajahnya yang sudah terpoles make up natural.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebuah layar berukuran besar menyala di tepian sudut taman, menampilkan foto Mila yang tersenyum malu tengah mencium sebuah bucket bunga besar. Ingatan Mila kembali ke masa lalu, saat dimana Kevin menjadi seorang pengagum rahasianya. Mila menggigit bibir bawah, menahan haru yang tak tehingga ketika di tengah suasana temaram, puluhan candle ligth menjadi satu-satunya sumber cahaya. Sebuah suara yang sangat ia kenal terdengar mengalun merdu.