Kevin Revanno Andreas sudah lama menyukai Louisa Mila Calysta. Ralat, mencintainya. Karena itu jangan heran dengan segala bentuk perhatian yang diberikannya pada Mila. Lagipula, terdapat satu kepercayaan bodoh yang Kevin yakini akan rasa cintanya pada Mila.Seperti kata orang kebanyakan, mencintai seseorang akan membuatmu balik dicintai. Tak perlu menjelaskan bagaimana perjuanganmu, karena mata akan dengan sendirinya menilai perjuangan itu. Ada yang setuju?
"Selamat sore Dokter cantik", ucap Kevin begitu ia membuka pintu ruang praktek Mila. Dan tidak menunggu lama untuk gadis bermata coklat itu menatap Kevin dengan senyum yang menawan.
"Hy....", terlihat jelas binar bahagia dimata indah Mila. Tapi sebagai wanita yg cenderung kurang ekspesif siapa pun yang melihatnya akan terkesan biasa saja.
Namun peduli apa bagi Kevin? Baginya jawaban dari ribuan pesan yang ia kirimkan pada Mila selama beberapa minggu belakangan sudah lebih dari keberuntungan mendapat undian lotre milyaran rupiah. Sekarang, jawaban itu sudah membawa ia bisa kembali menatap wajah bidadari cantiknya. Can't stop the feeling, white angel.
"Harusnya kau tidak perlu ju-"
" -- kebetulan sekali aku juga baru menyelesaikan meeting disalah satu cafe yang berdekatan dengan klinikmu. Jadi aku rasa tidak masalah"
Kata - kata Mila disambung cepat oleh pria itu. Yah,hanya untuk mecairkan suasana yang sedikit tegang saja. Bukan tidak mungkin juga, Mila pasti menyimpan kecanggungan mengingat sudah cukup lama mereka tidak bertemu.
Kevin mengurut pelipisnya asal dengan senyum kikuk diwajahnya. Gezzz, tidak seharusnya juga ia jadi salah tingkah seperti ini. Disadari atau pun tidak seharusnya ia juga bisa sedikit mengatur jarak waktu dari saat Mila mengirimkan pesan padanya. Hanya berselang lima menit saja dan Kevin sudah berada ditempat kerja Mila sekarang?
Alasan yang masuk akal jika rupanya kegiatan yang Kevin jalani saat ini memang berada disekitran klinik Mila. Actually, tanpa sepengetahuan Mila selama ini Kevin selalu saja berkunjung ke kliniknya meski tak pernah menampakkan wajahnya.
Begitulah cinta, Bung! Karena arogansi hanya akan membuatmu menderita.
Mila mengulum senyumnya dengan sesekali memalingkan wajah untuk menyembunyikan rasa gelinya saat ini. Rindu sudah pasti. Apalagi pria tampan yang belakangan sudah menguasai pikirannya ini sudah nampak jelas dihadapannya dan itu bukan lagi hanya sebatas khayalan saja.
Disela - sela itu, Mila lantas membereskan beberapa peralatan prakteknya yang terlihat masih berantakan diatas meja. Terang saja, sesaat sebelum Kevin masuk ia baru saja menyudahi pemeriksaan pasien terakhirnya.
"Syukur saja jika memang begitu, aku hanya tak ingin nantinya justru mengganggu waktu kerjamu, Vin" ucap Mila sekilas melirik Kevin yang kini sudah mengambil posisi duduk disalah satu kursi dihadapannya.
"Aku tahu itu. Lagipula mana mungkin aku mengabaikan pekerjaan yang sudah jelas tidak kau sukai", Kevin menjatuhkan bahunya. "Lelaki pekerja keras masuk dalam ktiteriamu kan?", nada bicara Kevin berubah antusias saat mengatakan itu. Dan jelas membuat Mila mengerutkan dahinya bertanya.
Itu benar. Yang jadi pertanyaan apa sebelum ini Kevin sedang melakukan penyelidikan akan riwayat hidupnya? Semacam CurIculim Vitae mungkin? Atau lebih dari itu...
Kevin tersenyum lebar "Jangan menatapku seperti itu, Angel. Salahkan saja Galang yang tanpa aku minta, justru dengan sukarela menjadi informan bagiku", selanjutnya Kevin terkekeh pelan.
Mila menutup wajah dengan kedua telapak tangan untuk menyembunyikan rona wajahnya yang pasti sudah terlihat. Dengan benak yang terus berkata pasti Kevin mentertawakkan ekspresinya konyolnya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
أدب الهواةCinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan? -Louisa Mila Calysta - Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...