DEAR YOU #CH. 56

785 70 15
                                    

Untuk sejenak Mila seperti kehilangan kata-kata, tapi setelah itu Mila mengambil satu langkah maju. "Okay, tapi jika nanti dia datang kemari. Tolong beritahu aku, Al" Mila menghela napas panjang, menutup mata sejenak. Percuma. Dikejar sampai keujung dunia sekalipun, Kevin belum tentu mau berbicara saat ini.

Alona tersenyum lembut "Pertengkaran hal yang biasa. Mungkin Kevin hanya butuh waktu untuk sendiri. Kau bahkan paham, jika sepupuku itu bukan tipe orang yang pandai mengekpresikan kemarahannya."

"Itu yang aku cemaskan, Al", bisik Mila sembari meremas jarinya keras. 

Sejak kepergiannya tadi, Kevin belum sama sekali mau menerima panggilan Mila. Mengabaikan setiap pesannya. Seperti karma. Jika mendapati keadaan sekarang.

"Sepertinya dia sangat marah," Adam berpendapat. Pria itu baru saja turun, mengenakan setelan santai kaos neck V dan celana pendek hitam. Ikut bergabung duduk disamping istrinya– Alona. "Aku harap bukan karena – ulah Galang."

Alona menatapnya penuh ancaman. Sementara Mila hanya bisa mendesah pelan. Duduk pada single sofa menghadap Adam dan Alona. 

"Aku sudah menduganya," kekeh Adam geli. Sebuah cubitan telak didapatnya sebagai isyarat Alona. Tapi tidak diperdulikan. "Ingatkan kakak angkatmu untuk segera – move on, jika tidak ingin rumah tangga kalian jadi bulan-bulannya." Lagi. Mila mendengus. Ada beberapa saat di mana Mila ingin mengubur segala hal tentang masa laluny bersama Galang, tapi selalu ada saat dia diingatkan akan moment yang membuatnya kesal – susah untuk dilepas – terutama hidupnya yang harus dipertemukan dengan seorang Galang terlebih dahulu.

"Untungnya Galang tidak pernah meninggalkanku." Sanggahan Mila kali ini membuat Adam mengehentikan kekehannya. Membuang wajah kearah lain.

"Dan semua sudah berlalu." Potong Alona menghela suasana canggung sekian detik disana.

Berdiri beranjak, Mila berpamitan. Keputusannya datang ke kediaman Alona mencari Kevin tidak juga membuahkan hasil. Bodohnya – sejak kapan juga Kevin menjadikan rumah Alona sebagai pelarian? Sementara hingga sekarang saja ia tidak begitu akbrab dekat dengan Adam. Meski semua sudah dalam keadaan – baik-baik saja, urusan hati siapa tahu?

"Setidaknya beristirahatlah sejenak, Kevin tidak akan pergi berhari-hari tanpa meninggalkan kabar", nasehat Alona ketika Mila akan masuk kedalam taxi yang dipesannya melalui online.

Hanya anggukan singkat. Tidak lama.

Saat jarak pandangnya semakin menjauh karena mobil yang mulai bergerak meninggalkan halaman rumah Alona. Sudut bibirnya membentuk seulas senyum, ketika menangkap sosok Adam yang mengusap perut buncit Alona seraya menggiringnya untuk masuk kedalam rumah.

Usia kandungan Alona sudah memasuki bulan ke Sembilan. Tinggal menunggu hari mereka akan –kembali mendapatkan anggota baru.

Sementara Mila masih harus menunggu waktu yang tidak ditentukan. Tangannya bergerak mengusap perut. Sebulir cairan bening mengalir disudut mata kirinya.

"Kapan Tuhan mempercayakannya kembali?"

🌿🌿🌿

Langit sudah menampakkan gelapnya ketika Mila melangkahkan kaki memasuki rumah besar itu. Sunyi. Hanya suara derap langkah yang terdengar.

Rasa haus yang menyerang kerongkongan, mengalihkan langkah wanita itu menuju dapur untuk mengobati dahaga.

"Ingin saya siapkan makan malam, Tuan?" Bu Lastri baru menyelesaikan tugas dapurnya ketika Mila disana. Tapi pertanyaan wanita paruh baya itu menarik perhatian Mila. Mengernyitkan kening, Mila membalik tubuh, lalu menemukan Kevin yang tengah bersandar pada bingkai pintu dengan santai.

DEAR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang