Hari ini Mila seakan mendapatkan kehidupannya kembali. Setelah sekian lama dirinya berada dalam satu rotase kepahitan dunia akhirnya segala yg terbelenggu bisa terbebas tanpa beban.
Senyum yang ditampakkannya pun tulus dari hati hingga siapapun yang melihatnya tak akan ragu jika memang saat ini ia tengah dalam masa bahagianya.
Yah, saat matamu yang bebicara semua terasa meyakinkan..
Sudah lama sekali ia merindukan saat - saat seperti ini. Hari dimana ia bisa melakukan apapun tanpa perlu mendapat larangan dari seseorang.
"Pasien terkahir dan lebih sedikit dari hari sebelumnya" lapor Agatha sesaat setelah Mila selesai dengan tugasnya pada seorang wanita rentah yg baru saja keluar dari ruang prakteknya.
Mila, wanita itu menatap Agatha dengan tatapan menilainya sembari melepaskan stethoscope yang menggantung dilehernya.
"Hmm, nampakknya itu menjadi kabar baik untukmu", kekeh Mila pelan hingga membentuk rona merah diwajah Agatha.
"Dokter tidak usah menggodaku seperti itu, setidaknya kita dalam posisi yang sama. Dan lagi mana mungkin aku membiarkan Damar terus menerus menyimpan kekesalan karena kencan kami yang entah sudah berapa kali aku batalkan", desah Agatha frustasi sembari menerawang kejadian beberapa minggu terakhir.
Mila mengangguk saja mendengar curcol-an asistennya itu, tak bisa dipungkiri setelah peresmian klinik barunya mereka sangat disibukkan dengan ragam kegiatan terlebih Mila merupakan Dokter spesialis yang banyak dicari oleh pasiennya. Dari kali pertama buka pasiennya selalu ramai dan baru hari ini mereka bisa sedikit lebih bersantai.
"Pergilah! Tapi ingat jangan pulang terlalu malam dan istirahatlah yang cukup. Sebab aku tidak ingin jika sampai kau lalai dalam tugasmu hanya karena kondisi kesehatanmu yang menurun", ucap Mila memperingatkan dan Agatha memutar malas bola matanya.
Walau terkadang Agatha akan selalu menerima ceramahan Mila sebelum pergi, tapi wanita itu tak merasa keberatan karena baginya itu menunjukkan jika Mila memang selalu perduli padanya.
Jangan lupakan juga, sebagai seseorang yang tak mempunyai keluarga dikota besar seperti ini. Sosok Mila sangat berperan penting baginya, bahkan dalam segala peran baik itu orang tua, saudara atau bahkan teman sekalipun.
"Honey, bisa kita pergi sekarang?", sebuah suara berat menginterupsi perbincangan keduanya. Belum ada beberapa detik Mila mengalihkan padangannya, tapi Agatha sudah berpindah posisi bahkan sisi agresifnya seketika membuat Mila membelalak kaget.
Astaga...Anak ini!
"Damar, aku sudah berpesan padanya tadi untuk tidak pulang terlalu larut. Jika tidak maka jangan harap kalian akan punya waktu berdua" seloroh Mila hingga menerbitkan cebikan kesal diwajah agatha.
Damar terkekeh pelan sembari menggemas agatha dalam pelukannya. Baginya sudah biasa mendengarkan ultimatum seperti itu dari Mila dan bukan hal aneh jika ia akan melihat ekspersi menggemaskan agatha seperti itu.
"Yah, jika sampai itu terjadi maka dokter juga harus bersiap untuk meriang akut yg siap menyerang dokter kapan saja" sahut agatha sarkas lalu kemudian menarik Damar meninggalkan klinik. Maksudnya apa coba?
"Dan sejauh yang aku tahu tak ada dokter yang bisa mengobati dirinya sendiri sekalipun ia dokter hebat!" Mila sampai tak habis pikir jika ternyata agatha akan kembali lagi hanya untuk memberikan ejekan menyebalkannya itu. What the?
Mila lalu melirik jam ditangannya dengan rasa jengkel yang masih terpatri diwajahnya, baru pukul dua siang dan masih terlalu cepat juga untuk pulang. Mungkin menghabiskan waktu untuk berbelanja bahan dapur lebih baik karena ia juga sudah lama tidak memasak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
Fiksi PenggemarCinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan? -Louisa Mila Calysta - Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...