SEJAK hari itu, semua dilakukan hanya demi pengalihan emosi. Walau tidak kembali menekuni aktivitasnya di rumah sakit, namun belakangan Mila lebih menyibukkan diri di balik dapur dengan mencoba menu-menu baru dan kemudian di berikannya kepada tetangga sekitar rumah. Baik sekali bukan?
"Apa yang kamu buat hari ini, Angel?" Kevin melingkarkan tanganya di pinggang ramping Mila, memeluk erat istrinya dari belakang. Mencoba peruntungan, setelah semalam Mila marah besar karena pesan Anelise yang memintanya untuk Video Call.
Walau permintaan itu di abaikan tapi tetap saja. Hukuman tetap berjalan! Rigth?
"Soal semalam... Aku berani bersumpah, Angel. Anelise yang memulainya."
Masih diam. Haruskah Kevin cemburu dengan tepung dan teman-temanya itu. Pasalnya, adonan itu nampaknya sudah mencuri perhatian Mila penuh yang keberadaan Kevin tak lebih berati sama sekali. Dasar adonan sialan!
"Baik. Aku tidak akan menganggu kegiatanmu," ungkap Kevin putus asa. Merenggangkan pelukannya, ia bergerak meninggalkan tubuh Mila. Tapi tidak berlangsung sempurna, karena di detik terakhir Kevin akan melakukannya Mila sudah lebih dulu menahan lengan Kevin dengan tangannya yang berlumuran tepung.
"Cuma segitu usaha kamu, heum?" Masih memunggungi Kevin, Mila mengulum senyum diantara kalimatnya. Sebelah tangannya mengusap pipi Kevin dengan lembut, saat pria itu menyandarkan dagunya dibahu Mila.
Nafas Mila berhembus pelan. "Aku hanya tidak suka di saat berada dirumah Anelise masih saja menggangu waktumu. Sudah banyak waktu yang kalian habiskan saat berada di kantor, apa tidak cukup untuknya?" lirih Mila sembari mengalihkan pandangan, meski saat ini Kevin tidak bisa melihat wajah cemburunya pada Kevin.
Hening beberapa saat. Tidak ada tanda-tanda Kevin akan menjawab. Namun nalurinya berkata lain, ia membalik tubuhnya hingga menghadap Kevin. Berjinjit, dikecupnya dagu Kevin. Lama, menghangatkan benak Kevin. Kemudian beralih memeluk pinggang Kevin dan menyandarkan kepalanya di dada kevin merasakan detak jantung pria itu yang berdegub kencang.
"Apa ini artinya aku di maafkan?" tanya Kevin sembari tersenyum menggoda.
Mila mendongak, mengulurkan jemari, membelai alis Kevin, turun ke hidungnya. "Kalau aku berkata iya, apa kamu akan mengulanginya kembali?"
"Tidak. Sangat bodoh jika aku memilih untuk di musuhi olehmu, Angel." Kevin reflex menutup mata, menikmati tiap sentuhan Mila.
"Hm... pasti semalam tidurmu tidak nyenyak."
"Bagaimana aku bisa tidur sementara kenyamananku hanya sama kamu."gumam Kevin sembari membuka mata.
Mila tersenyum. Terus mengelus wajah suaminya, menatapnya dengan nadi berdenyut melihat cara Kevin–menatapnya lembut dan penuh cinta. Mila mengarahkan jemarinya ke kening Kevin yang berkerut, menyentuhnya lembut, berusaha menghilangkan kerutan itu. Entah kenapa, dada Mila terasa sakit ketika Kevin menyurukkan pipinya ke telapak tangannya. Dia tampak lelah, apa ini karena dia kurang tidur?
"Dear... maaf karena selalu membuatmu tersiksa," ucap Mila bersalah. Kevin makin menatpnya lekat. "Kantung mata ini, melihatnya membuatku merasa bersalah."
Tiba-tiba saja, tangan Kevin yang bebas menangkappergelangan tangan Mila, kemudian menempelkannya ke dada. "Di sini," ucap Kevin serak. "Aku rela tidak tidur selamanya, tapi di jauhimu, hal itu mungkin bisa membunuhku."
Untuk sekejap, Mila tidak bisa berkata-kata. Sedalam ini ... Cintanya selalu bisa membuat Kevin memaafkan Mila. Bahkan egonya mampu dikalahkan rasa...

KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
Fiksi PenggemarCinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan? -Louisa Mila Calysta - Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...