AKHIRNYA BISA UPDATE
MR & MRS. ANDREAS
KEMBALI LAGI!
.
.
.
HAPPY READING GAESSS!
HOPE U LIKE IT
.
.
.
JANGAN LUPA BINTANG DI POJOK KIRI BAWAH
.
.
♠♠♠SECANGKIR cokelat panas menemani kesendirian Mila. Berdiri di ujung jendela ia bisa melihat lalu lalang kendaraan yang nampak lebih kecil dari ketinggian lantai dua puluh. Kepulan asap hangat yang menerpa wajahnya, sedikit membuat relaks.
Sudah jam sebelas, Kevin menepati ucapannya jika ia akan selesai hingga larut malam.
Mengingat itu Mila tersenyum sendiri. Betapa konyol dan keras kepalanya dia masih mau menunggu Kevin selesai dengan pekerjaannya. Mila masih ingat betul bagaimana suaminya menahan kekesalan bahkan berulang kali menarik nafas dalam, berusaha menenangkan diri sendiri ketika dengan tidak berperasaannya Mila selalu mengeluarkan ancaman mutlak. Yang berakhir pada kepasrahan Kevin pada keinginan istrinya.
Misalnya tadi siang, ia dengan mudahnya mengatakan akan tinggal dirumah Adam dan meninggalkan Kevin sendiri di rumah tanpa jatah malaman setiap hari. Yakin bisa?
Tidak. Mila tahu Kevin tidak akan mungkin menolak keinginannya. Bukan semata-mata karena pria itu tidak bisa melampiaskan hawa nafusnya. Tapi ... karena Mila pun tahu, suaminya tidak akan pernah bisa hidup jauh darinya. Sama seperti Mila, ketika Kevin adalah nafas baginya hidupnya lantas bagaimana bisa ia hidup tanpa nafas itu?
"Sudah aku katakan untuk beristirahat, tapi kenapa kamu masih berdiri disini heum?" sebuah kecupan hangat mendarat di pipi Mila. "Masih menungguku?"
Kevin menyandarkan dagunya di bahu Mila, menghirup aroma lily yang menguar dari rambut panjang Mila cukup membuat lelah sedikit berkurang. Nyaman, hanya kata itu yang bisa ia gambarkan ketika tak ada lagi tempat terbaik untuknya kembali selain hanya kepada istrinya.
"Hmmm..." Mila mengusap punggung tangan Kevin yang saling bertaut, memeluk perut rampingnya. "Pemandangan kota malam hari cukup indah jika dinikmati di atas sini. Belum lama, baru sekitar lima belas menit lalu." Kilah Mila sedikit berbohong.
Nyatanya semenjak siang ia belum juga berniat membaringkan tubuh atau memejamkan mata walau sesaat.
"Tapi ini sudah malam, Angel. Kondisi mu juga belum sepenuhnya pulih, tidak ingat bagaimana pesan dokter?"
"Aku tahu kondisi tubuhku sendiri, Dear"
"Begitu?"
"Enough... is enough! Bukankah kita sudah berjanji untuk tidak meributkan hal ini lagi. Aku bosan sejak siang kamu selalu meributkan hal-hal sepele, lagi pula aku tidak menganggu pekerjaanmu."
Terselip nada kekesalan dikalimat Mila. Perdebatan yang sama sebelum akhirnya Kevin memutuskan untuk pergi meninggalkannya di ruang istirahat kantor. Walau wanita itu ingin sekali mendebat suaminya lebih lama, tapi melihat wajah lelah Kevin segala egonya meluntur dengan sendiri.
Mila meletakkan mug di genggamannya ke atas meja. Tubuhnya sudah berbalik menghadap Kevin. "Maaf jika sikapku membuatmu tidak nyaman." Ucap Mila lagi setelah hening beberapa saat, melumat singkat bibir manis Kevin.
Tidak ada balasan, hanya tarikan nafas pelan dan tatapan lembut yang mengunci Mila dalam diam. "Kamu tahu? Aku begini... karena tidak ada hal lain yang perlu aku khawatirkan kecuali memastikan kamu baik-baik saja. Jadi bagaimana mungkin aku tidak nyaman sementara hanya saat bersamamu aku bisa mendapatkannya, heum." olehnya hati Mila berdebar lembut. Jika saja semesta bisa menggambarkan seperti apa bahagianya Mila mendengar pernyataan Kevin, mungkin luasnya samudera tak akan mampu di arungi.
![](https://img.wattpad.com/cover/84699357-288-k970067.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
FanfictionCinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan? -Louisa Mila Calysta - Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...