Happy reading, guys! I hope you like it.....
Selanjutnya adalah Mila melihat dirinya dan Kevin seperti adegan sebuah film. Jiwanya seperti ditarik keluar, menyaksikan Kevin menggendong tubuhnya menuju mobil lelaki itu. Mata bundarnya tak lepas memandangi wajah tampan Kevin dimana rahang tegas itu mulai ditumbuhi bulu-bulu halus yang - ah, telihat semakin menggoda.
Pria itu sedikit berlari mengitari separuh mobilnya setelah memposisikan Mila disamping kemudi dan kemudian masuk duduk dibalik kemudinya. Suara dentingan sabuk pengaman kembali menarik jiwa Mila masuk kedalam raganya. Dan disaat yang bersamaan wajah Kevin tepat berada didepan wajahnya, nafas mereka saling menyapu wajah masing - masing yang tentu memberikan sensasi lain pada kulit mulus Mila.
"Kau tidak sedang membayangkan Sean O'pry atau Nick Bateman yang memakaikanmu sabuk pengaman, kan?"
"Eh"
Kevin terkekeh pelan seraya menyentil ujung hidung Mila pelan dengan telunjuknya. "Tidak usah dijawab, ekspresimu barusan sudah menjelaskan kalau pesonaku memang diatas rata-sata dari mereka" Wajah lelaki itu menunjukkan seringaian menggoda dan tentu saja, itu membuat Mila menjadi merona malu.
"Dan aku suka pipimu yang merona seperti itu" kali ini Kevin berkata sembari menyalakan mesin mobilnya dan meninggalkan gudang tua itu. Sedang Mila tengah berusaha mati - matian menyembunyikan raut wajah malunya dengan mengulum senyum.
Kedua telapak tangannya sibuk menepuk pelan pipinya yang terasa panas saat ini. Mungkin untuk beberapa saat kedepan ada baiknya ia tidak melakukan kontak mata dengan Kevin. Bukannya apa - apa, hanya untuk menyelamatkan debaran jantungnya yang semakin menggila. Dan sudah pasti agar ia tidak menyerang Kevin secara tiba - tiba saat digudang tadi.
Itu memalukan sekali!
***
Langit sudah berubah gelap ketika mobil Kevin memasuki halaman rumahnya. Tersenyum ramah pada beberapa orang berseragam hitam yang menyapanya, Kevin kembali menekan power window dan beralih menatap wanita disampingnya.
Itu membuat Kevin dengan segera menarik kedua sudut bibirnya keatas. Tak berlangsung lama, karena selanjutnya senyum itu berganti dengan rasa bersalah yang secara tiba-tiba menyerang hatinya.
Sungguh, Kevin merasa sangat bodoh. Seharusnya ia tidak perlu mengikuti saran Galang untuk membuat wanitanya jadi tawanan seperti ini. Dengan kekuasaanya atas Pharmacyclics Inc, seharusnya ia lebih pintar memanfaatkan suasana agar Chandra lebih cepat menyerah dan berhenti bertingkah sebagai perusak hubungannya dan Mila. Ia tidak perlu berada disekitar Adam karena Adam sudah pasti tidak bisa menggunakan Mila sebagai alat untuk mengancamnya.
Dia tidak perlu membuat Mila jatuh kedalam permainan Galang dan Adam yang pasti itu sangat membuatnya ketakutan. Menatap wajah terlelap Mila saat ini, menggambarkan seperti apa lelah yang dirasanya beberapa hari lalu. Terlebih wanita ini sangat mudah menangis dalam kondisi apapun.
"I'm sorry, Angel" bisik Kevin yang pasti tidak akan didengar oleh Mila sama sekali, karena wanita itu sudah menikmati dunia mimpinya.
Kevin memasuki rumah dengan menggendong Mila, sebelumnya salah satu penjaga sudah membukakan pintu untuknya mengingat ia akan kesulitan saat melakukannya sendiri. Menyusuri lorong kaca menuju kamarnya yang terletak dilantai teratas rumahnya, lelaki itu melangkahkan kakinya dengan begitu hati-hati.
Ia tak ingin salah sedikit akan membangunkan Mila dari tidurnya. Hingga setelah sampai dikamar pun Kevin meletakkan tubuh Mila dengan sangat pelan seolah Mila adalah patung pasir yang jika tidak hati-hati akan hancur. Meninggalkan Mila yang tertidur Kevin lantas memutuskan untuk membersihkan dirinya dan berganti pakaian. Seharian ini ia begitu lelah dengan kegiatan dan berbagai masalah yang tentu membuat kepalanya ingin pecah. Bayangkan saja, selama itu juga ia belum memejamkan matanya sama sekali.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
Fiksi PenggemarCinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan? -Louisa Mila Calysta - Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...