"Kau masih berusaha mendapatkanya? Padahal kau tahu sendiri jika ia lebih memilih kehidupan barunya, Kevin. Bukannya kau?" rahang Galang mengetat saat mengatakannya. Membuat Adam menaruh tuduhan jika saudara lelakinya masih belum bisa melupakan perasaannya dimasa lalu. Bisa saja kan?"Kau pikir aku akan menyerah begitu saja ketika Mila berkata dia mencintai Kevin?" Adam tergelak. "Berpikirlah Lang, mana mungkin aku menyerah? Sedang aku tahu bagaimana besarnya cinta yang Mila punya untukku. Lain hal ketika ia sudah bisa membalas cintanya kepadamu, maka aku akan dengan sukarela melepaskannya..."
Galang menutup matanya.
Sialan! Kali ini Galang benar - benar mendidih. Pasalnya dalam perkataan yang Adam ucapkan, tidak ada sama sekali kemungkinan jika dirinya akan bersama Mila. What the shit! Sejak keputusan Mila lebih memilih adiknya terdahulu, Galang pun sudah siap dengan kenyataan terpahitnya saat itu. Hingga sekarang ia sudah melupakan segalanya dengan menjalani cerita baru bersama Anelise, mengapa Adam kembali menguak cerita yang disadari lebih untuk memprovokasi keadaan saja?
Lelaki ini bahkan tidak menutupi kenyataan jika saat ini ia tengah berjuang kembali merebut Mila. Apa mencintai istrinya saja tidak cukup?
Galang bangkit dari duduknya. Lelaki bermata legam itu memasukkan kedua tangannya kedalam saku, sebelum mengucapkan kata - kata yang Adam pikir adalah sebuah penghinaan terang - terangan yang diberikan Galang untuknya.
"Aku bukan dirimu, yang tak puas hanya mencintai satu wanita saja" jedah Galang dengan tawa merendahkan. "Apalagi untuk terlihat bodoh memperjuangkan cinta wanita yang jelas tak mencintaiku, dengan menyakitinya terdahulu? Itu sama sekali bukan aku..." Ejek Galang lagi yang membuat rahang Adam mengetat. Mata hitam Adam menatap Galang dengan kilatan emosi yang kentara.
"Apa kau sedang berusaha mengintimidasiku dengan perbuatanku dimasa lalu?", sentak Adam dengan tangan terkepal. Sontak membuat Galang semakin memandang remeh adiknya ini, tanpa disadari saja sebenarnya ia sudah dihukum oleh kesalahanya sendiri. It's Truth!
"Bagaimana menurutmu, apa sebaiknya aku juga membawa Alona dalam perbincangan menarik kita?" Galang malah menjawab pertanyaan Adam dengan pertanyaan juga. Adam benar - benar emosi sekarang.
Bughh!!
"Hei, calm down bro... Memangnya kau memiliki dasar untuk mengahadiahku sebuah tinjuan?" Galang menyeka darah yang muncul disudut bibirnya dengan santai. Sepertinya tinjuan Adam yang membuatnya terdorong kebelakang tidak membuatnya jera sama sekali.
Bugh!! Bugh!!!
Dua kali tinju lagi berhasil Adam layangkan ke wajah Galang. Galang hanya cengengesan. Yang benar saja! Harusnya yang pantas mendapatkan tinjuan itu Adam, mengingat sebesar apa kesalahan yang ia perbuat selama ini.
Hingga ketika Adam akan melayangkan tinjunya lagi...
"ADAM!!"
Alona sudah berdiri diatas tangga. Dan istrinya tersebut sedang menatap Adam dengan campuran antara marah dan kecewa. Itu membuat Adam mengepalkan tangannya dan menariknya kebawah, sementara Alona telah berlari cepat ditangga dan langsung menghampiri kakak iparnya dengan pandangan khawatir.
"Wajahmu lebam, kak..." nada suara Alona bergetar saat mengatakannya. Galang tersenyum meringis didetik selanjutnya dikarenakan ujung bibir robek. Melihat itu emosi yang sedari tadi Alona tahan keluar juga.
"Apa yang kau pikirkan, Adam? Kenapa kau membuat kakakmu sendiri babak belur?" pekik Alona ketika wanita itu telah berbalik menatap Adam. Adam bisa melihat mata Alona berkaca - kaca, dan itu membuat Adam sangat marah.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
FanfictionCinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan? -Louisa Mila Calysta - Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...