Netra gadis itu masih menatap lurus pada tangan lemas yang berada didalam genggamannya. Pulse Oxtimer yang berada ditelunjuk Kevin sama sekali tidak menggangu Mila sedikit pun. Selama ia masih menikmati sentuhan yang ia rindukan.Seakan mentertawakan dirinya sendiri, Mila hanya merunduk dengan sudut bibir melengkung keatas, "Aku pikir kau sudah bosan dalam diammu, tapi sepertinya mimpimu sesaat tadi terlalu Indah untuk ditinggalkan... " Mila bermonolog.
Sampai suara derat pintu membuat pandangannya teralihkan pada seseorang yang berada diujung ruangan. Pria bertubuh tegap dengan balutan setelan kerja yang lengkap disertai paperbag dikedua tangannya. Dan Mila yakin, jika sepagi ini Galang sudah berada disini mungkin ia sudah melewatkan beberapa jam waktu tidur sempurnanya demi bagun lebih pagi.
"Jangan memandangku seakan aku ini hantu, Mila" ucap Galang berjalan mendekat kearah Mila meletakkan paperbag bawaannya diatas nakas.
"Mama menitipkan sarapan itu untukmu, rasanya lucu sekali kalau harus melihat dirimu juga ikut dirawat karena merawat orang sakit, kan? " Galang terkekeh, kemudian mendaratkan bibirnya dikening Mila. "Dan jangan sampai membuat tugasku bertambah karena itu"
Mila tertawa dengan sangat menyedihkan, yang pasti ketika reaksi itu terjadi ia bisa merasakan kepalanya yang berdenyut nyeri. Entahlah mungkin karena efek kurangnya tidur selama beberapa hari ini.
"Kau tidak akan cemburu tentang perhatian mama terhadapku, bukan? Jika iya, salahkan saja kenapa mama bisa sangat menyayangiku?" cibir Mila dengan sedikit godaan.
Sementara galang hanya menggedikan bahunya acuh, mengeluarkan beberapa lunch box stainless dari salah satu paperbag yang dibawanya. "Pria dan wanita tidak akan sama Mila, dan lagi tidak ada alasan bagi mama untuk mengkhawatirkanku. Bukan seperti dirimu yang lemah dan hanya bisa menangis"
Setelah mengatakan itu, tanpa persetujuan Mila. Langsung saja sebelah tangannya yang telah memegang sendok makan, bergerak kearah mulut Mila agar wanita itu membukanya dan menerima suapan itu.
Iris cokelat milik Mila memicing tajam kearah Galang, lalu turun ke arah sendok yang berisikan nasi putih dengan potongan daging dan sayur diantaranya.
"Berapa jumlah kalori yang terkandung dari satu sendok makananmu? Aku harap menghabiskannya tidak akan membuat timbanganku naik..." ucap Mila lebih kepada gerutuan kecil. Menanggapinya dengan tertawa, Galang tak berniat untuk menjauhkan sendok itu dari depan mulut Mila.
"Jangan membuang banyak waktukku hanya untuk menyuapi anak manja sepertimu. Aku bukan Kevin, Mila..." ujar Galang dengan nada yang dibuat jengkel.
Mendengar Galang mengatakan itu membuat Mila ingin mengeluarkan candaan kalau ia tersinggung akan ucapan Galang. Tapi sebelum candaan itu lolos dari mulutnya suara lirih lain menyita perhatian keduanya hingga suasana ruangan menjadi hening.
"Angel..."
Saling melempar pandang, Galang dan Mila mendapati kepastian yang ditangkap pendengaran mereka sebelum ini. Harapan Mila hanya satu, semoga Kevin tidak kembali melanjutkan tidur panjangnya,lagi.
"Ya Tuhan, syukurlah akhirnya lo sadar Vin? " rasa syukur dan pertanyaan aneh yang jelas terpampang jawabannya. Dengan gerakannya yang masih lemah Kevin tersenyum kecil dibalik masker oksigen yang menutup sebagian wajahnya.
"As you can see... " balas Kevin. Tak disangka akhirnya kerinduan Mila terobati dengan cara sesederhana ini. Abaikan hal yang lain, karena sekian detik yang ia rasakan sudah bagaikan jutaan waktu yang telah didapatnya hanya dengan memandang wajah sendu Kevin saat ini, tanpa mata terpejam.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
Fiksi PenggemarCinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan? -Louisa Mila Calysta - Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...