Mila bisa merasakan wajahnya membeku setelah Kevin menyudahi aktivitasnya. Menggelikan jika harus mengingat seperti apa selama ini hubungan mereka yang jarang sekali dikatakan romantis.
Well, jangan salah paham untuk yang satu ini. Kalaupun harus masuk kategori, Kevin - adalah pria yang lebih dari kata romantis. Ingat saja dulu, setiap hari ruang kerja Mila selalu dipenuhi dengan bucket bunga mawar putih kesukaan Mila.Jangan lupakan juga, kalau lelaki itu juga pernah menjelma bagai pujangga dengan rangakaian kalimat indahnya yang sudah pasti membuat Mila selalu saja bersemu.
"Tadi aku tidak sempat mengabari jika Mama Lita datang ke klinik pagi - pagi sekali...." Mila memberikan alasannya tanpa menunggu pertanyaan Kevin lagi.
Rasa bersalah dalam dirinya menguap begitu besar manakala ingatannya tertuju pada apa yang terjadi sebelum ini. Karena kau masih menempati ruang terbesar dalam hatiku, Louisa Mila Calysta.Setiap kali ia bertemu dengan Adam, maka sesering itu juga Mila merasa sudah sangat menyakiti Kevin. Meski alasan yang diberikannya sudah sangat cukup menjelaskan - bahwa memang Lita lah yang membuatnya harus berada di kediaman Chandra.
"Apa sekarang aku terlihat sangat marah padamu, Angel?" Kevin mengulurkan tangannya, mengusap pipi mulus Mila dengan ujung jari telunjuknya.
Mila menggeleng, bergerak mundur sembari menundukkan kepalanya, menjauhkan wajahnya dari jemari Kevin yang terasa begitu panas diwajahnya yang dingin. Untuk sejenak ia terlihat salah tingkah dan berusaha menyembunyikannya dengan menghindari tatapan Kevin.
"Kau terlihat sangat cantik jika sedang bersemu seperti ini" kata Kevin, seraya menyelipkan juntaian rambut Mila yang keluar dari ikatan rambutnya kebelakang telinga.
"Aku hanya tidak ingin jika yang lain harus melihat keberadaanmu disini, apalagi jika itu adalah - "
Mila terasa berat untuk melanjutkan ucapanya yang sebenarnya Kevin
sudah tahu siapa yang Mila maksud?
Kevin menyeringai tipis dan menatap Mila lekat "Aku keisni bukan untuk mencari ribut atau membuat kekacauan... Tapi aku kesini untuk menjemputmu : calon istriku. Apa itu salah?" penekanan tengah kalimat Kevin tak ayal membuat darah Mila berdesir kencang.Sedang telunjuk kiri lelaki itu tak henti memilin ujung rambut Mila yang dibiarkan menyampir dipundaknya.
"Sangat salah!"
Kevin mengangkat sebelah alisnya, ia tersenyum namun tidak benar - benar tersenyum. Sedang ucapan yang baru saja diperdengarkan oleh seseorang yang sejak tadi menjadi pemerhati setia mereka dari kejauhan sudah mulai berani dengan terang - terangan berada diantara Kevin dan Mila.
"Salah?" Kevin mempertegas pernyataan Adam sarkatik. Namun masih dengan nada rendah dan pandangan normal terhdapnya.
Disisi lain, tak ada yang tahu jika Mila hampir saja kehilangan oksigennya karena kehadiran Adam. Jujur, kondisi seperti ini membuat dirinya kehilangan kewarasan dalam porsi besar. Apa tidak bisa Adam membiarkannya bernafas lega?
"Ketuk palu perceraian kami belum disahkan oleh hakim, tapi kau sudah dengan mudahnya mengatakan jika Mila - calon istrimu?"
Santai tanpa penekanan sama sekali, namun Mila cukup sadar jika nada yang terkandung dari kalimat yang disampaikan Adam tak lebih untuk memprovokasi perasaan Kevin saja.
Akhirnya ketakutanku terjadi. Mila membantin resah dengan tatapan yang terkunci pada sosok Adam dihadapannya. Di menit selanjutnya, wanita itu memperhatikan bagaimana Kevin menarik napas dalam, mencoba untuk mengatur emosinya saat mendengar pertanyaan yang keluar dari bibir Adam secara langusung.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
Hayran KurguCinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan? -Louisa Mila Calysta - Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...