_____
"Kurang ajar! Berani - beraninya dia menginjakkan kaki dirumah ini" nada geram yang kentara cukup membuktikan seperti apa marahnya Chandra saat ini. "Dan peringatanku selama ini sama sekali tidak didengarkannya" ucap Chandra dengan emosi yang semakin memenuhi kepalanya.
Ia sendiri sudah sejak lama berdiri dibalik jendela melihat jelas seperti pertengkaran yang terjadi antara Adam dan Kevin. Shittt! Untuk semua itu juga ia harus menyaksikan kebodohan putranya yang tak becus dalam mengahadapi seorang Kevin saja.
Hells... harus diakui Kevin memang lelaki yang tak kenal menyerah. Setelah apa yang dilakukannya pada Kevin pun - Chandra masih harus menerima kekalahan telak meski dari pandangan orang - orang ia tak pernah terkalahkan.
"Berbahagialah disisa hidupmu, Nak..." cengkraman tangan Chandra pada terali dihadapannya semakin erat yang mengisyaratkan jika penekanan pada kalimatnya adalah sebuah peringatan keras.
Chandra tersenyum masam sebelum akhirnya, lelaki ini membalik tubuhnya dan merasakan keterkejutan luar biasa saat melihat Lita sedang berdiri tepat dihadapannya.
"Apa kau tidak bisa masuk dengan mengetuk pintu dulu?" tutur Chandra dengan nada tinggi yang membuat Lita memberikan Chandra tatapan menghunusnya saat ini.
"Kesibukkan apa yang kau lakukan sampai harus semarah ini aku memasuki ruang kerjamu, pah?"
"Karena kau selalu ingin tahu urusanku. Dan aku tidak menyukai itu!!!" Chandra berucap penuh penekanan dan mencondongkan tubuhnya dengan tangan terkepal dikedua sisi tubuhnya.
Sangat Marah! Itulah yang dilihatnya. Entah kesalahan apa yang Lita perbuat hingga suaminya begitu sangat ingin menghabisinya saat ini juga jika dirinya menentang kalimatnya tersebut. Padahal tujuan awal ia masuk keruang kerja Chandra hanya untuk mengajaknya makan siang bersama.
Tapi ini...
Lita sangat yakin jika apa ini merupakan pelampiasan dari kemarahan yang dirasakan Chandra tanpa bisa ia tuangkan pada tempat semestinya. Bukan hal aneh, karena Lita sudah sangat mengenal - suaminya.
Apa dia melihat kedatangan Kevin? Batin Lita bertanya - tanya, yang sebenarnya jawaban dari pertanyaan itu sudah bisa ia dapatkan sendiri. Kesalahannya memang, ketika tanpa sengaja harus melibatkan Mila dalam kesibukan rumah tangganya. Sedangkan dirumah ini sendiri kehadiran Mila bisa menimbulkan dilema antara kesenangan atau justru sebaliknya.
Yah, Alona. Lita sendiri seolah melupakan kehadiran wanita itu ketika rasa bahagianya bersama Mila. Sementara dari kerelaan Alona membiarkan dirinya untuk pergi bersama Mila, ia tahu wanita itu tengah menyimpan kegelisahan dalam hatinya.
Lita memberi jarak antara dirinya dan Chandra, lalu beralih meninggalkan ruangan tersebut "Jarang sekali kita bisa makan siang bersama, kami menunggumu dibawah", ujar Lita setelah akhirnya benar - benar pergi.
"Opa belum turun juga,Oma? Elly sudah lapar..." cicitan kesal Emelly sudah saja terdengar ketika ia baru saja berada pada undakan kedua dari lantai atas membuat wanita tua itu terkekeh pelan.
"Mungkin Opa masih ada kerjaan sayang, kita tunggu sebentar ya", ucap Alona memberikan pengertian dengan lembut sedang senyuman manis itu tak lepas dari wajah cantiknya.
"Biarkan saja dia makan duluan, Al. Kasihan Elly mungkin sudah sangat lapar" ujar Lita kemudian. Adam yang juga sejak tadi sudah duduk diposisinya menoleh, dan memberi tatapan penasaran pada Lita. Bersamaan dengan itu Chandra pun turun menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
FanfictionCinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan? -Louisa Mila Calysta - Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...