Mila bergerak gelisah sembari meremas keras tangannya yang sejak tadi mengeluarkan keringat dingin. Raut kecemasan dengan mata yang memanas sudah dirasakannya sejak tadi.
Otaknya tak bisa lagi berpikir jernih, yang dia inginkan sekarang adalah melihat bidadari kecilnya. Tidak yang lain.
"Apa saja yang dilakukan dokter didalam sana? Menangani pasien satu saja tidak bisa" desah Mila semakin kalap.
Tidak bisa dikatakan tenang sedang kepastian bagaimana kondisi Emely belum ia dapatkan. Mila duduk disalah satu kursi besi yang kosong bersisian dengan Lita. Ia menutup seluruh bagian wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Tentu dengan air mata yang saat ini sudah lolos membanjiri wajah cantiknya.
"Tenang sayang, ely sedang ditangani oleh Dokter didalam sana", ucap Lita dengan mengusap punggung Mila menenangkan.
Mila membuka wajahnya dan menatap nanar Lita "bagaimana mungkin aku bisa tenang, Ma? Sedang sampai sekarang aku tak tau tentang kepastian kondisi Ely. Jika mereka tak mampu melakukannya biar aku yang memeriksa Ely", dengan gerakan cepat Mila berdiri dan melangkah lebar guna memasuki ruangan yang didalamnya diyakini Emely tengah dalam keadaan sekarat.
"Apa kau pikir dengan keadaan kacau seperti ini kau bisa menyelamatkan Ely? Tidak sayang"
Interupsi Lita yang juga dibenarkan oleh perintah otak Mila membuatnya menghentikan langkah setelah sedikit lagi tangannya mencapai handle pintu ruang rawat Ely.
Itu pun telak membuat Mila semakin menyalahkan dirinya. Andai tadi pagi ia tak membiarkan Emely bermain sendirian diluar komplek mungkin kejadian seperti ini tidak akan terjadi.
Ely tertabrak mobil, meski luka yang dideritanya tidak terlalu parah. Namun shock berat yang dialaminya sudah sangat membuat jantungnya kembali bermasalah."Ini semua karena keteledoranku, dan sekarang dengan egoisnya aku memaksa untuk menangani Ely? Bahkan aku bisa saja membuatnya lebih parah atau bahkan..."
Mila tak bisa membayangkannya jika sampai terjadi sesuatu dengan Ely, si bidadari penyemangatnya.
Tubuhnya terasa lemas dengan kaki bergetar hebat yang tak bisa lagi menahan tubuhnya sendiri, kepalanya pun terasa sangat berat karena hampir beberapa jam ini ia terus menangis tanpa henti."Mila, mama mohon tenanglah. Ely akan baik - baik saja, demi kamu son orang tua terbaik yang ia miliki. Percaya itu"
Mila menatap sendu wajah Lita yang kini mengukir senyum ketenangan dimata Mila. Sampai akhirnya semua menggelap hingga tubuh mungilnya terhuyung jatuh kelantai.
****
PRAANGGG
Sebuah bingkai yang menghiasi sudut ruang itu tak sengaja dijatuhkan oleh sang emupunya ruangan.
Kevin. Pria tampan itu meringis pelan saat jarinya tak sengaja menyentuh pecahan kaca dari sebuah bingkai yang baru saja ia jatuhkan.
"Mr. Andreas are you okay?"
Diwaktu yang bersamaan seorang wanita dengan setelah kantornya masuk sambil membawa beberapa tumpukan berkas yang ia tumpukan ditangan sebelah kirinya.
"Aku baik - baik saja, Grace" Meski entah mengapa aku sangat tidak tenang. pria itu tersenyum dalam ringisan dengan sebelumnya ia beranjak dan meletakkan bingkai yang sudah tak utuh lagi keatas mejanya.
"Akan aku panggilkan office boy untuk membereskannya, Pak. Dan sebaiknya luka anda segera diobati jika dibiarkan akan takutnya infeksi"

KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
أدب الهواةCinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan? -Louisa Mila Calysta - Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...