"Mila..."
Suara itu membuat Mila menghentikan kegiatannya sejenak dan mencari arah sumber suara. Ia akhirnya melihat Lita, beridiri diantara celah pintu yang sedikit terbuka.
"Mama?"
"Tidak ada istirahat–kah?" tanya Lita sedikit menyidir "Bahkan untuk makan siang, mungkin?" Wanita itu melirik ke arah jam tangannya dan baru menyadari bahwa saat itu sudah waktunya makan siang. Tumben sekali Kevin tidak mengirimkan pesan?
"Ah, aku sepertinya terlalu asyik mengerjakan semua ini".
Lita duduk disalah satu kursi depan meja kerja Mila, menyapukan pandangannya pada kertas yang berserakan diatas sana. Dominan dibeberapa berkas Medical Record pasien yang ia tangani. Jadwalnya memang sedikit lebih padat, terlebih sejak satu bulan yang lalu ia pun memilih untuk kembali berdinas di Rumah Sakit kepemilikan Chandra. Dengan turut mengikuti jadwal sebagai Dokter jaga, jika diperlukan.
Itulah mengapa ia selalu uring–uringan dengan Kevin ketika jadwal praktek Mila menjadi penghalang untuk mereka menyelesaikan urusan – errghh, sikapnya bahkan cenderung menyebalkan ketika wanita itu berusaha untuk menentang keinginannya. Hingga sebutan workholic melekat pada dirinya?
"Dua pasien terkahir sebelum aku benar – benar menjalani cuti panjangku..." mengikuti arah pandang Lita dan kembali menatap wajah wanita dihadapannya.
"Agatha harus keluar kota mengurus pertunangannya yang akan berlangsung dua minggu lagi, itulah aku sedikit kerepotan" jelas Mila tanpa diminta. "Tapi jika harus mengalihkan pekerjaan ini pada penggantinya selama cuti. Aku sedikit bermasalah, karena melihat perawat itu baru disini –"
"Dan justru melupakan pernikahanmu sendiri?" sela Lita disaat Mila belum menyelesaikan penjelasan yang sama sekali tidak ingin Lita dengarkan. Tatapan mata pekat itu mengintimidasi Mila, namun tak sedikit membuat wanita itu berang.
Mengelurakan tawa kecilnya Mila berkata sopan, "Aku pastikan semuanya akan baik-baik saja, Ma"
Mila beranjak dari duduknya, berdiri disamping Lita dan sedikit membungkuk mensejajarkan wajahnya dibahu wanita paruh baya itu. Seulas senyum menghiasi wajah cantiknya. "Dan aku pastikan juga, mama kemari karena rengekan dari calon mantu manja mama itu" ucap Mila dengan keyakinan yang tak diragukan lagi.
Dalam sepersekian detik, Lita memang tidak menunjukkan gelagat apapun. Tapi reaksi selanjutnya cukup membuat Mila sangat–amat–yakin, tunangan mesumnya itu sedang meluncurkan aksi serangan mendadak.
"Salah satunya – iya" wanita paruh baya itu menggedikkan bahunya tinggi. "Alasan yang tepat jika sejak pagi kau justru mengabaikan telepon darinya... kebiasaan buruk–sementara Kevin terus menunggu kabar darimu? Dia mengkhawatirkanmu, sayang..."
"Pasti dia sudah mengatakan hal yang berlebihan sampai mama datang kemari" ucapan bernada manja itu justru membuat Lita terkekeh pelan. Tangannya mengenggam hangat kedua lengan Mila yang kini sudah bergelayut manja dipundaknya.
Hening beberapa saat, sampai Lita kembali mengeluarkan suara "Beruntung karena disaat dalam kesusahan pun Kevin masih memikirkan keadaanmu. Belum lagi dia bilang, kau masih marah karena insiden oatmel pagi kemarin, benar begitu?"
What the...? Oatmel? Lagi, lelaki itu memanfaatkan keadaaan untuk membuatnya benar terabaikan. Kerja pintar untuk ukuran – chat up – willing to have sex – and... ah, dimana letak katanya : masih marah seperti yang Kevin katakan pada Lita? Hitungan detik saja sudah terasa paling lama untuk wanita itu marah pada Kevin, jadi sangat mengada–ada jika sampai hari ini ia masih marah? Bahkan Mila berani bertaruh setelah acara drama laporannya itu pada Lita, lelaki itu sekarang sedang tertawa penuh kemenangan karena ia berhasil membuat Mila kalah tanpa harus berususah payah.
![](https://img.wattpad.com/cover/84699357-288-k970067.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
FanficCinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan? -Louisa Mila Calysta - Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...