YEAAAH!!! UPDATE LAGI!!!
LAGI RAJIINNN!!! :D
Masih ada yang nungguin???
Ini beberapa part menuju ending ya. Dari awal emang gak mau dibuat terlalu panjang ceritanya, ya meskipun gk akan masalah. Tapi takut kebosenan juga, hehee....
Apalagi sebelum ini, drama si penulis dengan hiatus hampir 2 tahun #ngakak
But And i hope u like it, guys!!!
♠♠♠
Mila merasakan kepalanya berdenyut nyeri. Bahkan langkah kakinya melemah ketika berada ditengah tangga. Mila memijit kepalanya dengan satu tangan sedang tangan yang lain ia gunakan sebagai tumpuan untuk menahan tubuhnya yang mulai melemah di pegangan tangga.
"Ya tuhan, mengapa begitu pusing" Mila bermonolog dengan tangan yang terus memijat kepalanya. Sejauh ini Mila masih berusaha untuk melewati setiap undakan tangga. Hingga sampai di undakan tangga teratas Mila tidak bisa lagi menyesuaikan penglihatannya. Semua menggelap. Hanya suara teriakan seseorang yang terdengar memanggil namanya hingga kesadaran hilang sepenuhnya.
♠♠♠
Sunyi. Tak ada aktivitas yang bearti kecuali detak jam yang mendominasi. Sudah tiga jam berlalu dan Mila masih setia dengan mata terpejamnya karena efek obat yang diberikan. Punggung tangan Mila sudah terpasang selang infus dengan masker oksigen yang menutup sebagian wajah cantiknya.
Sementara ini yang setia menemani juga masih dengan setia – nya untuk tetap terjaga. Mata legam pria itu tak lepas dari wajah pucat Mila. "Sebenarnya aku sangat ingin marah" bernada sebal. Kevin bermonolog. Mengabaikan rasa nyeri yang mendera hatinya bersamaan.
"Entah seperti apa aku harus menghadapimu, Angel?" kepalanya menggeleng frustasi. "Kamu itu. Terlalu keras kepala tanpa memikirkan orang sekitar yang mengkhawatirkanmu" ia berbicara seolah yang diajak bicara mendengarkannya.Tanpa melepaskan genggamannya pada tangan Mila yang terbebas dari selang infus.
Untuk sepersekian menit Kevin menundukkan wajahnya. Memejamkan mata. Bayangan dengan sadar bagaimana Mila akhirnya bisa terbaring di Rumah Sakit. Kecepatan langkahnya tak membuahkan hasil untuk menangkap tubuh mungil istrinya – yang sudah lebih dulu jatuh hingga ke ujung tangga terakhir. Kepanikan Kevin pun semakin menjadi, mendapati pelipis Mila mengeluarkan darah segar.
Kevin mendongak. Sepersekian detika ia menahan nafas, mengahalau rasa sesak didadanya yang entah mengapa penjelasan dokter beberapa saat lalu setelah selesai menangani Mila malah membuat ia tak bisa berpikir jernih dan – lebih dari itu. Kevin merasakan hancur dan kekecewaan didalam waktu yang bersamaan.
"Saya pamit, Tuan". Suara Bu Lastri – asisten rumah tangga dirumahnya. Menginterupsi keterdiaman Kevin, yang tiba – tiba masuk. "Nanti saya akan kembali lagi dan membawakan pakaian ganti untuk Tuan Kevin" tidak memerlukan jawaban. Wanita itu mundur teratur, setelah mendapat anggukan kecil dari Kevin.
Berpapasan dengan Bu Lastri yang belum sempat menutup pintu ruang rawat Mila. Lita datang diikuti oleh Alona dan Galang dibelakangnya. "Sebenarnya ada apa, Kevin?" tidak ingin berbasa – basi. Lita langsung saja berdiri disamping ranjang Mila, mengusap puncak kepala anak perempuan kesayangannya dengan rasa cemas yang kentara. "Apa kalian bertengkar?" pertanyaan selanjutnya lolos begitu saja, menatap Kevin menuntut penjelasan.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEAR YOU
FanfictionCinta yang besar membuatnya bertahan pada sebuah kata "Kesetiaan", namun bagaimana saat (terpaksa) kesetiaan itulah dipertanyakan? -Louisa Mila Calysta - Kesetiaan hanya akan membawamu pada kesengsaraan, sedang mencintai adalah anugerah. Tapi cin...