#14 : Hadi & Anhar

210 13 5
                                    

____________________________________
"Suka sama Dilla?" Tanya  Hadi lagi.
Anhar terdiam dan malah menatap Hadi.
"Iya itu jelas. Lo juga suka sama Dilla?" Tanya Anhar balik.
____________________________________

Sejak kemarin malam Anhar terus saja memikirkan Dilla. Seandainya saja kemarin Dilla mengikuti perkataan Anhar untuk mengantarnya pulang. Padahal Anhar ingin selalu berada di dekat Dilla di saat seperti ini.
Anhar terus saja menyesal karena tidak bersama dengan Dilla. Selain menyalahkan dirinya, ia pun penasaran mengenai lelaki yang mengangkat telepon Dilla.
Ia mengambil mobilnya dan langsung menghidupkan mobilnya untuk pergi ke rumahsakit. Tapi baru saja setengah perjalanan ia berhenti untuk membeli bunga dan buah-buahan untuk Dilla.
Namun saat ia kembali melanjutkan perjalanan, ia malah terjebak macet. Muka Anhar terlihat sebal dengan menatap lurus kedepan. Ia menatap jam tangannya dan ternyata ia telah 1 jam terjebak di jalan.
Ia menatap bunga itu untuk Dilla. Ini pertama kali setelah beberapa tahun Anhar memberi bunga kepada Dilla.
Ia keluar dari mobil saat telah sampai di depan rumahsakit sambil membawa bunga dan buah-buahan untuk Dilla. Saat ia sudah sampai di ruangan Dilla, ternyata ada Ibu dan Ayahnya Dilla.
Ia pun menyalami mereka berdua dan sedikit berbincang-bincang dengan Ayah dan Ibu Dilla karena sebelumnya Anhar memang akrab dengan keduanya.

"Eh Anhar! Kemana saja?" Tanya Ayah Dilla.

Anhar hanya tersenyum dan tak menjawab pertanyaan Ayah Dilla. Ia merasa untuk saat ini ia tak perlu menjelaskannya kepada Ayah Dilla.
Penjelasannya pada Dilla pun di beri respon kurang baik, apalagi jika ia menjelaskannya pada Ayah Dila. Tapi Anhar berpikir Ayah Dilla sepertinya bukan tipe orang yang ingin mengetahui masalah pribadi anaknya.

"Dilla gimana om?" Tanya Anhar pada Ayah Dilla.

"Udah mendingan. Biasa penyakit Dilla kalo udah kambuh."

Anhar hanya tersenyum sambil menatap Ayah Dilla. Tapi pandangan Anhar beralih kepada tempat tidur Dilla yang kosong.

"Dilla kemana om?"

"Lagi keluar sama suster ke taman. Jenuh katanya."

"Kalo gitu, Anhar nyusul aja kesana."

Ayah Dilla mengangguk mengerti. Tapi sebelum Anhar menemui Dilla ia memberikan buah-buahan kepada Ayahnya Dilla.

Anhar memperhatikan Dilla dari kejauhan. Dilla sedang duduk melamun di bangku dengan wajah yang nampak pucat walaupun dari kejauhan.
Anhar menutup matanya dari belakang hingga membuat Dilla sempat kaget.

"Siapa?" Ucapnya dengan suara yang pelan.

"Ayo tebak."

Dilla sempat tersenyum saat mendengar suara Anhar. Ia benar-benar tahu bahwa itu Anhar.

"Anhar?"

Anhar tersenyum. Ia merasa senang jika Dilla berhasil menebak suaranya.

"Hapal banget ya sama aku." Ucap Anhar sambil menyingkirkan tangannya yang menutupi mata Dilla.

"Dari suara juga udah kenal kali." Ucapnya.

"Hahaha. Iya deh."

Anhar duduk di sebelah Dilla lalu memberikan bunga kepada Dilla.

"Get well soon." Ucapnya sambil tersenyum dengan manis.

"Thank's." Ucapnya sambil membalas senyuman Anhar dengan senyumannya.

Anhar sempat terdiam saat Dilla tersenyum. Bahkan di saat seperti ini Anhar tetap saja mengakui kecantikan Dilla.
Dilla sadar jika Anhar terus saja memperhatikannya sejak tadi.

Be My Future [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang