#37 : Pelukan?

94 8 2
                                    

____________________________________
From : Anhar
"Kalo kamu beruntung ga kalo punya aku? Ya selain bisa jadi good doctor, aku bisa juga jadi romantic doctor buat kamu."
____________________________________

Pagi yang cerah membuat Dilla menjadi semangat. Ia langsung membuka jendela di samping kamar tidurnya untuk melihat pemandangan.
Ia terdiam sambil menikmati pemandangan di depannya. Sebenarnya saat ia terbangun dari tidurnya, kepalanya sedikit sakit. Tapi ia membiarkannya.
Hari ini rencananya Hadi akan mengajak Dilla pergi ke toko roti itu karena Ayahnya akan ada disana untuk hari ini. Hari ini juga Hadi akan memberi penjelasannya saat ia meninggalkan tugasnya di Banyuwangi.
Dilla harus benar-benar menyiapkan mentalnya untuk memberi pengertian kepada Ayah Hadi. Ini kali pertamanya Dilla bertemu dengan Ayahnya Hadi. Ia juga berharap jika Ayahnya adalah pria yang pengertian.
Ia pun bersiap-siap untuk pergi sarapan. Kali ini, Dilla meminta kepada pihak hotel agar tak mengirimkan sarapan karena ia sendiri akan pergi ke resto hotel tersebut.
Karena sejak tadi perutnya lapar minta diisi, ia pergi sendirian dan tak memberitahu Hadi.

Setelah ia memasukkan beberapa suapan ke mulutnya, tak lama kemudian seseorang menelponnya. Ia mengambil ponselnya di saku celananya dan saat ia membuka ponselnya, ternyata itu Clara.

"Hallo ra. Ada apa?"

"Lo kok gak bilang gue sih kalo kaki lo di gips?"

"Sorry. Hp gue rusak habis kejadian itu. Lo tahu dari siapa?"

"Gue tau dari Reza tadi. Tapi sekarang lo gak apa-apa kan?"

"Gue gak apa-apa kok."

"Kapan balik?"

"Selasa kayaknya. Lo masih di Yogya?"

"Hari ini terakhir. Besok gue harus balik."

"Oke. Nanti gue cerita."

"Sip. Awas ya kalo lo gak cerita. Ada Hadi kan di samping lo sekarang?"

"Enggak. Gue sarapan sendiri di resto."

"Wah kampret tu anak. Masa lo di biarin sendiri sih!"

"Haha gue gak apa-apa. Lagian gue udah biasa jalan sendiri. Lo gak perlu khawatir."

"Gak bisa gitu dong. Oke kalo gitu bye."

"Bye."

Clara menutup telponnya dan Dilla pun melanjutkan sarapannya yang sempat terhenti tadi.
Setelah sarapannya beres, Hadi muncul di balik pintu resto hotel dengan terburu-buru. Ia langsung melihat kepada Dilla lalu ia menghampirinya dan duduk di sebelahnya.

"Kenapa gak nyuruh aku temenin sih?" Tanyanya.

"Tadi laper banget. Jadi sendiri aja kesini."

"Aku di omelin Clara gara-gara gak nemenin kamu sarapan." Ucapnya sambil membawa sesuatu dari saku celananya yang tak lain adalah ponselnya.

Ia menunjukkan pesan yang di kirim Clara kepada Dilla.

From : Clara
"Tega lo! Biarin Dilla sarapan sendiri di resto padahal kakinya di gips. Parah lo!"

Dilla tertawa melihat pesan yang di kirim Clara untuk Hadi.

"Lebay banget dia."

Setelah tertawa karena pesan itu, Dilla menatap Hadi yang masih mengatur nafasnya karena ia berlari.
Ia pun tersenyum manis pada Hadi sebagai balasan pengorbanan Hadi.

Be My Future [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang