#16 : Bukan Masalah

153 12 4
                                    

____________________________________
"Kenapa lo harus nangis segala dill? Anhar gak perlu lo tangisin kayak gitu sampe lo demam." Ucapnya dalam hati.
____________________________________

Dilla melangkah masuk kedalam mobil Hadi. Sebenarnya ia tak tahu akan di bawa kemana oleh Hadi. Saat di mobilnya, suasana hening tanpa pembicaraan sama sekali. Hingga Dilla akhirnya mulai bertanya.

"Mau kemana?" Tanya Dilla.

"Lo maunya kemana?" Tanya Hadi balik.

"Terserah."

Dilla hanya menjawabnya dengan kata 'terserah'. Ia bingung ingin pergi kemana karena tiba-tiba saja Hadi mengajaknya pergi.

"Kalau ke danau?" Tanyanya lagi.

Dilla berpikir sejenak. Danau bagus juga, pikirnya.

"Boleh deh." Jawab Dilla.

Hadi memberikan senyum andalannya pada Dilla. Dilla sempat terdiam saat Hadi memberikan senyum itu.
Ia kembali menatap jalanan di depannya. Sedangkan Dilla malah tertidur.

"Dill bangun! Udah sampe." Ucap Hadi setelah sampai di tujuan mereka berdua.

"Udah sampe?" Tanya Dilla sambil menyipitkan mata dan melihat sekitar tempatnya.

Dilla menatap sekitarnya yang telah di kelilingi dengan nuansa danau yang sangat tenang. Dilla keluar dari mobil dibantu oleh Hadi karena masih setengah sadar.

Saat ia keluar, pemandangan yang indah benar-benar membuat matanya terkagum-kagum. Di depan matanya sudah tersedia area perairan yang sangat luas dan tenang. Angin sore yang tak terlalu kencang menambah nyaman suasana.
Ia tak sempat terpikir untuk pergi ke tempat seperti ini. Karena kuliahnya, ia tak sempat bersantai-santai di tempat seperti ini. Jika ada waktu pun, Clara dan Reza akan mengajaknya ke mall. Ia merasa sangat bersyukur karena Hadi membawanya ke tempat seperti ini.
Karena Dilla terlalu menikmati suasana ini, ia sampai tak sadar jika Hadi tak ada di sampingnya. Pandangannya terus saja mencari-cari Hadi.
Matanya kemudian mendapatkan Hadi yang sedang membawa jagung bakar.
Hadi menghampiri Dilla dengan senyum andalannya dan memberikan jagung bakar itu kepada Dilla.
Dilla menerimanya dan tak lupa mengucapkan terimakasih.

"Gue kira kemana." Ucap Dilla.

Hadi hanya tersenyum kepada Dilla. Mereka berdua pun menikmati suasana danau di sekitar mereka sambil menikmati jagung bakar yang telah di beli Hadi.

Sudah hampir 1 jam Dilla dan Hadi menikmati pemandangan di hadapan mereka. Angin di sekitar mereka pun bertambah kencang. Hadi pun memberikan jaket yang ia pakai untuk Dilla.

"Pulang yu. Kita makan." Ucapnya.

Dilla mengangguk. Hadi membawanya ke restoran korea kesukaan Dilla. Saat Dilla akan memesan makanan, tiba-tiba ia melihat Anhar sedang berpelukan dengan seorang wanita.
Dilla memperhatikan mereka berdua dengan tatapan datar. Ia merasa sesak. Dilla mencoba menormalkan rasa dalam hatinya agar tak terlihat Hadi.
Dilla mencuri-curi pandangan dengan menatap Anhar. Tapi Anhar dan wanita itu telah pergi dari restoran.
Dilla kembali menatap Hadi di depannya yang terlihat bingung.

"Ada apa?" Tanya Hadi.

"Enggak."

"Pusing?" Tanyanya.

Hadi memegang kening Dilla.

"Anget. Yaudah kalo udah selesai pulang aja yu." Ucapnya.

Dilla hanya menganggukan kepala. Sepertinya ini bukan pusing biasa. Sikap Dilla mendadak pendiam setelah melihat Anhar dan wanita itu.
Namun saat mereka keluar dari restoran, tiba-tiba hujan deras. Pada akhirnya mereka berdua menunggu hujan reda di halaman restoran.
Dilla sempat menggigil karena hujan dan angin yang kencang. Hadi akhirnya merangkul Dilla karena melihatnya menggigil.
Dilla tiba-tiba saja menitikkan air mata. Pikirannya terus saja memikirkan Anhar dan wanita itu. Ia bahkan tak mengerti dengan perasaannya. Apa ia kecewa? Apa ia masih mencintai Anhar?
Hadi menatap Dilla yang mulai menangis. Hadi sebenarnya melihat apa yang Dilla lihat. Tapi Hadi pura-pura tak melihatnya karena ingin mengetahui bagaimana sikap Dilla ketika melihat Anhar dengan wanita lain.
Sekarang Hadi mengerti perasaan Dilla kepada Anhar. Apalagi sekarang Dilla menangis.

"Ada apa? Kok nangis?" Tanya Hadi.

Dilla terdiam. Air matanya tetap saja keluar walau ia mencoba menahannya di hadapan Hadi. Ia benar-benar tak bisa menahan rasa kecewanya saat melihat Anhar dengan wanita lain.
Hadi memeluk Dilla. Ia mengelus pundak Dilla dengan pelan untuk membuatnya tenang. Dilla tak menolak perlakuan Hadi. Disaat seperti ini ia memang membutuhkan Hadi.
Ia melepaskan pelukan Hadi dan mengusap airmatanya. Dilla meminta Hadi untuk segera mengantarnya pulang.
Mereka berdua pun memilih berlari untuk menghampiri mobil karena hujan semakin deras.
Saat di perjalanan, mereka tak banyak bicara. Hadi tak ingin menganggu Dilla saat ini dengan banyak pertanyaan yang dilontarkan kepada Dilla. Hadi akan membiarkan pikiran dan hati Dilla tenang.

Mereka berdua terjebak macet. Hadi menatap Dilla yang tertidur di mobilnya. Ia mengusap rambutnya kemudian beralih memegang kening Dilla.
Suhu badannya tak normal. Dilla ternyata demam. Saat jalanan sudah tak macet lagi, Ia mencoba segera tiba di rumah Dilla.
Hadi menggendong Dilla tanpa membangunkan Dilla saat telah sampai di rumah Dilla. Sebelumnya, Hadi memeriksa suhu tubuh Dilla yang semakin panas. Ia dengan sigap masuk ke dalam rumah Dilla.
Baru saja ia masuk, Ayah dan Ibu Dilla menghampiri Hadi yang menggendong Dilla.
Mereka berdua terkejut karena Hadi menggendong Dilla dan mereka mengira jika Dilla pingsan lagi. Namun Hadi menjelaskannya jika Dilla tidak pingsan.
Hadi membaringkan Dilla di kamarnya dengan kedua orangtuanya yang turut membantu Hadi.

"Dilla ketiduran di mobil." Ucap Hadi pada kedua orangtuanya.

"Tapi Dilla demam." Sambungnya.

Ibu Dilla pun langsung membawa kompresan dan Hadi pun mengkompresnya. Tapi sebelumnya, Ayah dan Ibu Dilla memegang kening untuk mengetahui suhu tubuh Dilla.
Hadi dan kedua orangtua Dilla pun pergi ke ruang tamu untuk sekedar berbincang dengan Hadi.

"Kenapa bisa demam gitu?" Tanya Ibu Dilla pada Hadi.

"Tadi sedikit kehujanan. Maaf tante. Dilla maksa buat pulang. Jadi dia kehujanan gitu." Jelas Hadi.

Ayah dan Ibu Dilla mengerti. Mereka berdua tak menyalahkan Hadi atas peristiwa ini karena mereka menyadari kondisi tubuh Dilla yang lemah saat ini membuatnya gampang terserang penyakit.
Setelah berbincang-bincang, pada akhirnya Hadi pamit untuk pulang ke rumahnya.

Di perjalanan pulang Hadi terus saja memikirkan Dilla. Dilla menangis dihadapannya karena pria lain.

"Kenapa lo harus nangis segala dill? Anhar gak perlu lo tangisin kayak gitu sampe lo demam." Ucapnya dalam hati.

Ibu Dilla membangunkan Dilla untuk meminum obat. Dilla sempat bingung saat mengetahui dirinya sudah berada di kamarnya. Padahal seingatnya, Hadi mengantarnya ke rumah.

"Ayo makan obat dulu. Nanti tidur lagi." Ucapnya memberikan Dilla air minum dan obatnya.

Dilla meminumnya. Setelah melihatnya meminum obatnya, Ibu Dilla menyuruhnya beristirahat. Dilla mengangguk kemudian Ibunya keluar dari kamar Dilla agar ia bisa beristirahat.
Setelah Ibunya keluar dari kamarnya, Dilla mencari-cari ponselnya untuk mengirim pesan untuk Hadi.

To : Hadi Putra
"Thank's buat hari ini. Maaf kalo gue bikin repot."

beberapa menit kemudian ia mendapat balasan dari Hadi.

From : Hadi Putra
"Sama-sama. Istirahat aja, lo demam."

Saat membaca balasan dari Hadi, Ia menyimpan ponselnya dan tidur kembali karena kepalanya sangat pusing.

Dilla berlari keluar dari kampusnya untuk menemui Anhar yang telah berjanji akan mengajaknya pergi ke suatu tempat.
Dilla sangat senang karena Anhar akan mengajaknya ke pantai. Ia menemukan Anhar telah menunggunya di tempat yang telah di janjikan.
Dilla menghampiri Anhar dan langsung masuk ke mobilnya karena ia benar-benar tak sabar untuk pergi ke pantai. Anhar hanya tersenyum melihat Dilla begitu semangat bersamanya.
Saat mereka berdua telah sampai di tujuan mereka, Dilla langsung keluar dari mobil dan melihat pemandangan di hadapannya. Air lautnya begitu biru bahkan lebih biru dari langit membuat matanya tak berhenti membuatnya terkagum-kagum.
Dilla membalikkan badannya untuk berterimakasih kepada Anhar karena telah mengajaknya ke tempat indah seperti ini. Anhar tak ada di belakangnya. Pandangannya mencari-cari keberadaan Anhar. Hingga pada akhirnya Dilla menemukan Anhar sedang bersama seorang wanita di dekat mobil.
Anhar melambaikan tangan kepada Dilla. Anhar dan wanita itu masuk ke dalam mobil dan meninggalkan Dilla sendirian pantai itu.
Dilla menatapnya tak percaya. Hingga pada akhirnya ia menangis.

Dilla benar-benar menangis dalam tidurnya.

"Lo tega, Anhar!"

Be My Future [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang