#38 : I Want Go Home Please

91 8 1
                                    

____________________________________
"Iya pokoknya jemput ya. Dan kamu jangan kaget kalo lihat penampilan aku."
"Ada apa? Kamu makin jelek?"
"Ih dasar. Udah ah."
"Haha. Oke jangan ngambek gitu lah."
____________________________________

Dilla berjalan secepat yang ia bisa untuk keluar dari toko ini. Walaupun ia mendengar Hadi memanggil namanya, tapi tetap saja ia tak membuat Dilla menghentikan langkahnya.
Saat ia telah berada di luar toko kebetulan ada taksi kosong, seakan-akan taksi itu mendukung Dilla untuk menjauh dari Hadi.
Ia segera masuk ke dalamnya namun tangan Hadi menghalanginya.

"Itu gak seperti yang kamu lihat." Ucap Hadi kepada Dilla.

Dilla melepaskan tangan Hadi di tangannya dan segera masuk ke dalam taksi itu.
Akhirnya supir itu pun mengemudikan mobilnya.
Ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Ia bertekad untuk tidak menangis karena hal tadi. Yang akan ia lakukan adalah menjauh sebentar dari Hadi.
Tadi saat ia berkeliling, ia sempat bertanya pada Rena orang-orang yang selalu bertemu Hadi disini. Ia hanya menyebutkan Lendra dan 1 perempuan berambut hitam panjang.
Ia sudah bertanya pada Rena apa wanita berambut hitam panjang itu saudaranya, tapi Rena menjawab tidak. Bahkan Ayahnya Hadi pun pernah mengatakan pada Rena bahwa jarang sekali saudaranya mengunjungi toko itu.
Maka dari itu ia menolak penjelasan dari Hadi. Bukankah semuanya telah jelas?

Tak lama kemudian, ia sampai di hotel. Ia segera membayarnya dan masuk ke dalam kamarnya.
Dilla menghempaskan tubuhnya ke kasur karena merasa sangat lelah. Sebenarnya ia ingin berteriak, tapi itu serasa tak mungkin jika di lakukan di tempat ini.
Ia bangkit dan segera mengemas barang-barangnya. Ia berniat untuk pulang ke rumah saat ini juga karena tugasnya pun disini telah selesai.
Saat semua barang telah ia rapihkan ke dalam koper. Ada seseorang yang membuka kamarnya, Dilla sontak terkejut dan langsung melihat ke arahnya yang ternyata itu Hadi.
Setelah mengetahui jika itu Hadi, ia memalingkan wajahnya dari Hadi dan berusaha mengambil kopernya untuk segera pergi dari sini.
Tapi saat ia akan pergi, Hadi mencegahnya dengan menahan tangan Dilla.

"Tolong dengerin penjelasan aku dulu." Ucapnya memohon pada Dilla.

"Apa lagi yang perlu di jelasin. Semua udah jelas."

"Trust me. Dia cuman temen."

"Please biarin aku pulang. Aku pengen sendiri." Pinta Dilla kepada Hadi.

Hadi hanya terdiam dan tak lama akhirnya mengangguk setuju.

"Aku anter ke bandara oke?"

"Gak perlu, ada taksi kok."

Ia berjalan keluar dari keluar dari hotel ini dengan kaki yang masih di gips. Ia langsung menaiki taksi yang kebetulan sedang kosong. Tapi saat ia akan menutup pintunya Hadi menghampirinya dan memberikannya kruk.
Sebenarnya ia sudah terbiasa dengan kakinya. Tapi di karenakan ia pulang sendirian, ia pun menerima kruk tersebut.
Ia menerimanya lalu segera menutup pintunya. Hadi menatap Dilla dengan tatapan sedih karena Dilla tak mempercayai penjelasannya mengenai Ayu.
Hanya butuh waktu setengah jam untuk Dilla agar sampai di bandara. Supir itu membantunya untuk keluar dari mobil dan membawakan koper dari bagasi.
Ia segera memesan tiket dan selagi ia menunggu jadwal keberangkatannya ia malah memikirkan kejadian yang membuatnya ingin pulang.
Ia benar-benar tak menyangka jika Hadi akan melakukan hal yang seperti itu di belakangnya. Ia bahkan terlalu bodoh karena telah percaya kepada perasaan Hadi yang tak akan menyakitinya.
Selama di perjalanan, tatapannya kosong menatap sesuatu yang tak jelas. Ia terus saja melamun sampai ia transit.

From : Hadi Putra❤
"Udah sampe mana?"

Dengan cepat dan singkat ia membalasnya.

Be My Future [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang