#20 : Kapan Sadar?

152 11 5
                                    

____________________________________
Ucapan Dilla terpotong oleh Hadi yang tiba-tiba memeluk Dilla. Hadi pun berbisik pada Dilla.
"I love you Dilla.."
____________________________________

Dilla sekarang baru saja bangun dari tidurnya, namun saat ia akan berdiri ia merasa lemas sekali. Bahkan meskipun ia berbaring rasa lemasnya tetap saja terasa.
Ibu Dilla dari tadi mengetuk-ngetuk pintu oleh Dilla dihiraukan. Ia ingin sekali membuka pintunya, tapi entah mengapa badannya sangat lemas sekali.
Pintu terbuka, Ibu dan Ayahnya menghampiri Dilla.

"Kenapa Dill?" Tanya Ayah Dilla cemas.

"Nggak yah. Cuman lemes aja. Berdiri pun susah." Jawab Dilla dengan pelan.

Ayahnya langsung memegang kening Dilla.

"Panas banget. Bu bawain kompresan. Dilla panas banget." Ucap Ayahnya.

Ibunya pun memegang kening Dilla untuk memeriksa suhu tubuh Dilla juga.

"Iya panas banget. Ibu ambil dulu kompresan." Ucap Ibunya.

Ia segera pergi dari kamar Dilla. Tapi tak lama kemudian Ibu Dilla datang membawa kompresan bersama Hadi. Dilla mengerutkan alisnya karena Ibunya datang bersama Hadi.

"Kenapa dia tiba-tiba disini?" Tanya Dilla dalam hati.

Hadi pun memegang kening Dilla dan meletakkan handuk kecil di kening Dilla.

"Panas banget Dill." Ucapnya.

"Ibu bawa makan dulu ya. Kemarin malem kamu gak makan." Ucap Ibu Dilla.

Dilla mengangguk sedangkan Hadi menatap Dilla khawatir.

"Ayah kerja dulu ya. Kalo ada apa-apa call me. Okay?" Ucap Ayah.

Dilla mengangguk sambil tersenyum.

"Hadi nitip Dilla ya. Kalo ada apa-apa telepon om aja." Ucapnya kepada Hadi.

Sebelum pergi, Ayah Dilla mengusap pelan rambut Dilla.
Dilla hanya terdiam sambil memandang kamar yang sudah tak asing lagi baginya. Keadaannya saat ini terasa gugup karena ia hanya berdua bersama Hadi.

"Lagi-lagi lo gak makan. Padahal harusnya gue kemaren ajak lo makan dulu sebelum pulang." Ucap Hadi.

"Cuman lemes aja kok. Gak usah khawatir."

"Gimana gak khawatir. Lo udah sakit hampir 1 minggu."

Dilla hanya bisa menatap Hadi dan tersenyum polos padanya. Tak lama kemudian Ibu Dilla pun datang membawa makanan.

"Makan dulu. Ibu ada urusan. Nanti Ibu kesini lagi." Ucapnya.

"Nitip sebentar ya." Sambung Ibunya kepada Hadi.

Hadi hanya mengangguk. Ibu Dilla pun langsung pergi dari kamar Dilla.
Dilla langsung memakan makanan yang di bawa Ibunya dan tak lupa juga untuk minum obat.

"Ada kabar dari Anhar?" Tanya Dilla saat telah meminum obatnya.

"Gak tahu. Gue belum kesana lagi." Jawabnya.

"Kesana yuk." Ucap Dilla meminta.

Hadi hanya menatapnya bingung. Bisa-bisanya ia masih bertekad ingin pergi ke rumahsakit padahal keadaannya pun sedang sakit.

"Lo lagi sakit. Jangan aneh-aneh deh."

"Hadi please... Gue pengen ketemu Anhar." Ucap Dilla sambil memegang telapak tangan Hadi untuk memohon.

Hadi melepaskan telapak tangan Dilla.

"Bentar gue mau nanya. Sebenarnya apa sih yang buat lo khawatir banget sama Anhar? Lo masih sayang sama Anhar?" Tanya Hadi.

Be My Future [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang