Sudah beberapa hari aku berpacaran dengan Anhar. Walaupun sebenarnya aku sedang sibuk menyusun skripsi, tapi aku mencoba selalu menghubunginya. Dia pun sama, meski hari demi hari ia sibuk di klinik tapi setidaknya setiap harinya selalu ada kabar.
Saat Anhar libur, dia sering menyempatkan datang ke kampus atau bahkan membantuku menyusun skripsi.Karena pekerjaan masing-masing, kami berdua belum sempat pergi berdua ke suatu tempat. Paling aku dan Anhar hanya pergi makan siang bersama di dekat kampusku.
Hari ini, Kami berniat untuk pergi menonton film karena kebetulan aku dan Anhar sedang santai.
Aku hampir siap untuk pergi hanya tinggal menunggu Anhar datang menjemputku. Dan di rumah aku hanya di temani si Bibi yang sedang membersihkan halaman rumah."Eh.. non mau kemana udah cantik?" Tanya si Bibi.
"Mau jalan bentar bi, kalo Ibu sama Ayah nyari bilang aja Dilla pergi sama Anhar." Ucapku.
"Oke non."
Aku meminum jus yang tadi ku buat sendiri sambil menunggu Anhar.
Aku menatap jam tanganku yang menunjukan jam setengah 7 malam.
Aku menghembuskan napas dengan kasar merasa kesal menunggu Anhar. Ibu dan Ayah pun belum pulang dari pernikahan teman mereka sejak tadi siang.
Tiba-tiba orang yang ku tunggu-tunggu pun datang. Aku sempat berpamitan pada si Bibi sebelum menghampiri Anhar."Maaf telat. Tadi ke klinik bentar." Ucap Anhar merasa bersalah.
"Iya, gak apa-apa. Yuk berangkat." Ajakku.
Anhar membukakan pintu mobilnya untukku. Aku tak lupa mengucapkan terimakasih sambil tersenyum.
Di perjalanan, aku dan Anhar hanya bisa bertatapan sesekali sambil di temani lagu There For You dari Martin Garrix feat Troye Sivan."Apaan sih liatin mulu." Ucapku pada Anhar yang sesekali menatapku.
"Kamu cantik." Ucap Anhar sambil tersenyum padaku.
Aku tersenyum sebentar padanya dan langsung membuang muka dengan melihat ke jendela.
Aku sedikit kaget karena tiba-tiba Anhar memegang tangan kananku, refleks aku menoleh ke arah Anhar.
Tanpa ku sadari, Akhirnya kami sudah sampai di tujuan. Kami berdua pun berjalan menuju lift untuk membawa kami ke lantai bioskopnya.
Tapi sebelum kami mengantri untuk membeli tiket, ada seorang laki-laki yang menghampiri kami.
Awalnya aku tak mengenalinya, tapi lama kelamaan aku mengingatnya. Dia adalah adik kelas ku di kampus."Kak Dilla?" Sapa Adit dengan riang.
Aku tersenyum padanya.
"Kakak kesini sama siapa?" Tanya Adit.
"Ini Anhar." Ucapku memperkenalkan mereka berdua.
"Anhar, Ini Adit adik kelasku."
Mereka berdua pun bersalaman. Namun aku merasa ada kejanggalan saat melihat ekspresi muka Anhar.
Tapi aku tak terlalu memikirkannya bisa saja itu hanya perasaan."Kesini sama siapa?" Tanyaku pada Adit.
"Sendiri aja kak. Gimana kalo barengan?" Ucap Adit.
Aku menoleh pada Anhar dengan maksud meminta pendapatnya.
Anhar mengangguk tandanya setuju.
Adit tersenyum padaku dan langsung membelikanku popcorn, nachos dan cola. Aku padahal sudah menolaknya, tapi dia tetap saja menyuruhku membawanya.
Awalnya aku hanya berbincang-bincang biasa dengan Adit. Namun, lama kelamaan dia keterusan berbincang denganku. Hingga aku rasa Anhar di cuekkan oleh kami berdua.
Entah ini perasaanku saja atau tidak. Tapi aku rasa Adit sepertinya tidak suka pada Anhar. Buktinya saja, hanya aku yang daritadi di ajak berbincang dengannya.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya kami bertiga masuk kedalam auditoriumnya dan langsung duduk sesuai dengan tiket masing-masing.
Saat akan masuk ke auditorium, Anhar merangkul pundakku. Aku menoleh padanya."Kenapa?" Tanyaku. Karena melihat raut wajahnya yang kurang bersahabat.
Bibirnya mendekat ke telingaku untuk berbisik.
"Kapan berduanya kalo gini? Katanya mau quality time?" Ucap Anhar dengan raut wajah yang mendung."Nanti kita quality time. Sabar aja." Bisikku juga.
Kami bertiga pun masuk. Namun baru juga seperempat jalan cerita.
"Hey. Kok tangan kamu dingin banget?" Tanya Anhar sambil mengedipkan sebelah matanya padaku.
Awalnya aku tak mengerti apa yang dimaksud Anhar. Tapi akhirnya pun aku mengerti.
"Iya, aku lemes banget. Padahal tadi makan koq." Ucapku berbohong.
Aku menatap Adit yang mendengar percakapanku dengan Anhar. Kemudian melanjutkan kembali sandiwaranya.
"Ya udah kita keluar dulu bentar." Ucap Anhar.
"Ini filmnya gimana?" Tanya Adit.
"Kalo Dilla tangannya udah lemes sama dingin suka pingsan kalo nggak di atasi cepet-cepet." Ucap Anhar berbohong.
"Sorry! Gue sama Dilla ke luar bentar." Ucap Anhar meminta izin pada Adit.
"Lah.. Tapii.." Ucap Adit terpotong karena tiba-tiba aku pingsan. Lebih tepatnya pura-pura pingsan.
"Tuh kan. Pasti dia nggak minum obat sebelum makan tadi. Gue bawa dulu ke klinik, dia emang punya maag yang parah." Ucap Anhar.
"Lo gak apa-apa gak ikut. Gue dokter kok, jadi gue tahu apa yang harus gue lakuin." Sambung Anhar.
Sepertinya Adit menyetujuinya karena aku merasa tubuhku di angkat oleh seseorang yang pastinya Anhar.
Aku mendengar petugas banyak yang bertanya kepada Anhar ada apa denganku."Gak apa-apa. Dia emang suka gini pak kalo telat makan." Ucap Anhar.
Berkali-kali Anhar di desak untuk membawaku ke ruangan khusus, tapi Anhar pun berkali-kali menolaknya.
Aku tak tahu di bawa kemana oleh Anhar, tapi aku merasa sepertinya aku di dudukan di mobil.
Aku membuka mataku, dan benar ternyata aku memang di dudukan oleh Anhar di mobil."Akting kamu bagus banget. Berbakat jadi aktris." Ucap Anhar padaku sambil mencubit pelan pipiku.
"Kamu juga yang awalan bohong sama Adit."
Dia tersenyum padaku. Kemudian dia berjalan lalu duduk di sebelahku.
"Terus sekarang kita mau kemana?" Tanya Anhar sambil menoleh ke arahku.
"Terserah aja. Kemana aja sih oke." Ucapku.
"Ya udah kalo gitu. Kita cari makan aja." Ucap Anhar sambil menghidupkan mobil.
"Makan aja? Bosen banget sih." Ucapku murung.
"Ya terus kemana?" Tanya Anhar sambil mengemudi.
"Terserah kamu aja deh. Asal tempatnya harus bagus." Ucapku menatap pada Anhar.
"Oke siap. Aku tahu tempat bagus kalo jam segini." Ucap Anhar membuat mobil yang di keendarainya lebih kencang.
Aku di mobil hanya diam sambil kadang menatapnya.
"Adit emang gitu ya orangnya kalo di kampus?" Tanya Anhar membuka pembicaraan.
"Iya emang suka gitu. Dia pernah bilang suka juga sama aku."
"Terus kamunya?"
"Ya enggak lah. Lagian aku gak suka sama orang yang lebih muda."
"Ah keliatan kok kalo dia suka sama kamu."
Aku menatap wajahnya yang tampak kesal. Sepertinya ia kesal pada Adit karena telah mengganggu waktu berdua kami. Aku sih tak masalah, tapi sepertinya Anhar hanya ingin berduaan denganku.
"Jadi jealous nih ceritanya?"
"Nggak. Cuman sayang waktu aja, lagian kita sekarang gak banyak punya waktu bareng."
"Ahh.. Bohong. Masa jealous sama Adit sih."
"Iya aku jealous. Jelas?"
"Sudahku duga. Dari tatapan kamu ke Adit udah keliatan kok."
Anhar hanya diam. Tapi dari samping aku bisa melihat wajah nya yang tak suka pada Adit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Be My Future [REVISI]
RomanceSEDANG PROSES REVISI DON'T COPY MY STORY⚠⚠ "Aku mencintainya, tapi bodohnya aku selalu membuatnya sedih dan kecewa. Sungguh! Aku tak bermaksud. Aku ingin mengulang waktu indah bersamanya. Tapi, sekarang Dilla milik Hadi." {Anhar Faishal} "Aku menc...