#25 : First Date

96 12 1
                                    

____________________________________
"Kenapa sih liatin terus?" Tanya Dilla.
"Kamu cantik." Jawabnya sambil tersenyum.
____________________________________

Mereka berdua terdiam menatap apa yang ada di hadapan mereka. Karena mereka berdua merasa canggung, mereka lebih memilih menatap apa yang ada di depannya. Padahal di hadapan mereka hanya ada anak laki-laki yang sedang memakan eskrim.

"Mau eskrim?" Tanya Hadi kepada Dilla.

"Masih pagi."

"Kepalanya masih sakit?" Tanya Dilla karena ia tahu jika kepala Hadi terbentur keras sehingga membuatnya terbangun.

"Eh. Kamu tahu?"

"Iya. Sekarang udah gak apa-apa?" Tanya Dilla lagi.

"Iya gak apa-apa. Gak keras kok." Jawab Hadi sambil tersenyum untuk mempertegas jika Hadi baik-baik saja.

"Gak keras? Tapi aku sampe bangun."

Hadi menjawabnya dengan anggukan kepala dan senyum andalannya. Setelah itu Hadi terus saja menatap Dilla tanpa bosan. Hingga akhirnya Dilla sadar dan merasa risih dengan tatapan Hadi kepadanya.

"Kenapa sih liatin terus?" Tanya Dilla.

"Kamu cantik." Jawabnya sambil tersenyum.

Dilla hanya tersenyum karena ia pun bingung harus berkata apa.

"Bentar ya." Ucapnya dan langsung bergegas pergi entah kemana.

Tak lama kemudian, Hadi datang dengan membawa kantung plastik yang berisi makanan.
Ia membuka kantung plastiknya ternyata isinya cemilan-cemilan berupa yoghurt dan macam-macam kripik. Perlahan ia membuka yoghurt dan memberikannya pada Dilla.

"Nih."

"Yoghurt? Kok tahu?" Tanya Dilla kepada Hadi.

"Gak inget waktu itu pernah bilang suka makan yoghurt pagi-pagi?"

Dilla terdiam sebentar mengingat apa yang di ucapkan Hadi. Ia berpikir keras karena ia tak mengingatnya.

"Gak inget." Ucap Dilla sambil menggelengkan kepala.

"Waktu aku ajak sarapan dulu di deket kampus. Katanya kamu suka minum yoghurt habis sarapan." Jelas Hadi.

"Ah iya. Inget."

Ia meminum yoghurt tersebut hingga tak sadar jika cara meminumnya seperti anak kecil. Ada sisa-sisa yoghurt di sekitar mulut Dilla.

Hadi menatapnya hanya menggeleng-gelengkan kepala. Padahal umurnya sudah 20-an, tapi masih saja seperti anak kecil.
Hadi mengambil sapu tangan dari saku celananya dan langsung mengusap sisa yoghurt yang ada di mulut Dilla. Dilla sempat terdiam sebentar menyadari perbuatan Hadi padanya.

"Makasih." Ucap Dilla setelah Hadi selesai dengan perbuatannya.

Hadi mengembangkan senyumnya dan menatap ke arah Dilla. Dilla baru merasa jika Hadi benar-benar sangat tampan. Apalagi jambulnya membuatnya tambah tampan.
Dilla merasa bodoh karena baru menyadari jika Hadi adalah pria yang benar-benar tampan. Padahal teman-teman-temanya bahkan Clara sudah beberapa kali mengatakan kepadanya jika Hadi benar-benar tampan.
Namun dulu Dilla merasa jika Hadi adalah pria yang biasa saja. Tapi ternyata ia baru sadar dengan beberapa perkataan teman-temannya. Saat ini Hadi benar-benar tampan menurut Dilla.

"Mau ke mobil?" Tanya Hadi.

Dilla mengerutkan alisnya sambil menatap Hadi yang tiba-tiba saja menanyakan hal tersebut.

"Kenapa? Kamu mau di mobil?"

Lagi-lagi perasaan asing muncul pada hati Dilla saat mengucapkan kata 'aku' kepada Hadi.

"Nonton film di mobil? Pernah?" Tanya Hadi lagi.

Dilla menggelengkan kepalanya karena ia benar-benar tak pernah merasakan menonton film di dalam mobil.

"Ya udah kita coba. Mau?"

Dilla terdiam untuk memikirkan tawaran Hadi. Tapi tak lama kemudian ia mengangguk setuju.

Dilla dan Hadi masuk ke dalam mobil. Hadi pun memberi tahu beberapa film film yang ia punya. Yang bergenre romance, action, thriller, horror bahkan comedy pun ada.
Dilla sampai kebingungan untuk memilih film yang akan ia tonton.

"Film apa ya?" Tanya Dilla sambil memilih-milih film.

"Kamu maunya film apa?"

Dilla sempat berpikir lama. Tapi ia tiba-tiba saja ingin menonton film The Shallows. Walaupun sebenarnya ragu karena menurutnya itu adalah film yang cukup menegangkan.
Ia tak tahu mengapa ia ingin menonton film tersebut. Tiba-tiba saja ia ingin menonton film tersebut walaupun ia tahu jika ia tak menyukai film bergenre seperti itu. Thriller.

"Beneran mau nonton The Shallows?"

Hadi merasa aneh terhadap keputusan Dilla karena memilih film The Shallows. Hadi benar-benar tahu jika Dilla bukan tipe wanita yang menyukai film thriller atau semacamnya.
Sebelum mereka berpacaran pun, Hadi sempat mengajaknya menonton film bergenre horror dan semacamnya. Namun Dilla menolaknya karena tak menyukai film bergenre seperti itu.

"Iya cepet! Waktu aku nggak banyak."

"Sok sibuk banget sih." Ucapnya sambil mencubit pipi Dilla.

"Ih!"

Dilla menepis pelan tangan Hadi agar menjauh dari pipinya.
Tak lama kemudian, film tersebut mulai. Dilla sedikit merapatkan tubuhnya kepada Hadi. Sedangkan Hadi hanya menggeleng-gelengkan kepala. Baru saja film itu dimulai, tapi reaksi wajah Dilla telah berubah.
Scene paling menegangkan di film ini benar-benar membuat Dilla memegang tangan Hadi dengan erat hingga Hadi merasa kesakitan karena pegangan tangan Dilla yang terlalu erat.
Dilla sebenarnya sangat ingin bersembunyi di tubuh Hadi karena takut. Tapi ia menahannya. Entah kenapa ia menahan diri untuk melakukan itu. Padahal Hadi pun tak akan keberatan jika Dilla melakukan itu.
Lelaki di samping Dilla adalah pacarnya, tapi anehnya Dilla menahan diri untuk berdekatan dengan Hadi. Ada perasaan asing saat Dilla sangat dekat dengan Hadi. Dan anehnya saat mereka sedang berduaan, Dilla selalu saja mengingat Anhar dalam benaknya.

Dilla menyesal karena telah memilih film ini. Keningnya sekarang basah dengan keringat. Sekuat inikah efeknya film ini padanya?
Padahal ia menontonnya bersama dengan Hadi. Ia tak habis pikir jika ia harus menonton film seperti ini sendirian. Yang ada ia malah akan jatuh pingsan.
Dari dulu ia memang tak bisa nonton film bergenre thriller atau horror dan semacamnya. Pernah sewaktu SMP ia di ajak menonton film thriller di bioskop oleh Alvin.
Alhasil, ia pulang sendiri ke rumah karena merasa tegang tak karuan padahal itu baru seperempat jalan cerita. Kemampuannya menonton memang payah.

Filmnya pun selesai. Dilla bernapas lega. Hadi mematikan laptopnya dan langsung menatap kening Dilla yang bercucuran keringat. Dia mengambil tisu yang ada di sebelahnya lalu mengusapkannya pada kening Dilla yang basah.

"Tegang banget kayaknya?" Ledeknya.

Dilla hanya menatapnya tajam.

"Lagian siapa suruh pengen film The Shallows."

Hadi tertawa karena sejak tadi ia melihat wajah Dilla saat ketakutan.

"Aku cuma mau terbiasa aja."

Hadi berpikir sebentar.

"Kamu mau terbiasa? Berarti kamu harus sering nonton yang gini sama aku." Ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya.

Dilla mengerutkan alisnya karena mengetahui jika ini hanyalah keinginan Hadi.

"Uh itu sih modus." Uca

Be My Future [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang