#30 : Alone? She's Bad

118 12 3
                                    

____________________________________
"Iya. Maaf."
"Aku pengen denger sekarang."
"Bye sayang."
"Tuh gitu dong. Nanti kalo udah di hotel hubungi aku."
____________________________________

Hari ini adalah hari kedua Dilla di Bali. Seharusnya hari ini Dilla dan Alvin pergi jalan-jalan seperti kemarin. Namun, Alvin lupa akan janjinya kepada Pacarnya untuk pergi ke Pantai Sanur.
Dilla mengerti keadaan Alvin. Ia pun berencana akan pergi sendiri . Ia tak khawatir akan hal itu, karena ini bukan pertama kalinya di Bali.

Ia telah bersiap-siap untuk pergi. Ia lebih memilih jumpsuit panjang karena hari ini tak secerah kemarin.

Saat ia tiba di mall, ia bisa melihat orang berlalu-lalang dengan teman ataupun pacarnya.Dilla menghela napas kasar karena menyadari dirinya pergi ke sini seorang diri.Dilla mengabaikan perasaan sepinya kali ini. Toh, ia tak sendirian di dalam mall ini. Masih ada orang yang berkunjung. So, it's no problem for her.

Baru saja masuk ke mall tersebut, Dilla langsung mencari toko eskrim. Dilla segera memesan eskrim vanilla kesukaannya. Setelah ia mendapat apa yang ia mau, ia memilih duduk di dekat jendela toko eskrim tersebut.
Dilla baru saja menyuapkan 1 suapan eskrimnya. Tapi terhenti karena melihat seseorang yang ia kenal. Lelaki itu sedang berjalan ke arahnya dan sepertinya pria itu tahu jika Dilla berada disana. Anhar menatap Dilla sambil memberikan senyumnya kepada Dilla.

"Sendiri disini?" Tanyanya saat ia sudah duduk di samping Dilla.

"Kamu? Ngapain disini?" Tanya Dilla dengan antusias.

Anhar malah mengembangkan senyumnya saat menatap wajah Dilla. Kini Dilla ada di hadapannya.

"Pacar kamu gak ikut?" Tanyanya lagi.

Entah kenapa pertanyaan Anhar membuat Dilla tak nyaman. Namun, Dilla mencoba menjawabnya dengan biasa.

"Enggak. Dia kayaknya gak tertarik ikut ke Bali."

"Ah gitu. Padahal kalo aku jadi pacar kamu, aku bakalan ikut kamu kesini." Ucapnya sambil tersenyum polos.

"Terus kamu di Bali sama siapa?" Sambungnya.

"Sepupu aku tinggal disini."

Baru saja Anhar akan mengatakan sesuatu kepada Dilla, ponselnya berbunyi.

"Hallo ada apa?"

"Pak! Obat untuk klinik baru aja dateng. Tapi orangnya beda sama di foto. Gimana?"

"Lah kenapa?"

"Gak tahu saya juga pak. Katanya memang di ganti. Tapi saya hubungi susah. Saya takut dia orang jahat."

"Oke saya kesana. Bilang sama Gina untuk siapkan tiket kesana."

"Siap. Nanti saya hubungi Gina."

Anhar menutup teleponnya. Ia mendesah pelan karena rencananya mengikuti Dilla ke Bali gagal karena ia harus pergi lagi. Meskipun ia sekarang sedang bertemu dengan Dilla, namun harapan untuk lebih lama bersama dengan Dilla kali ini gagal.

"Mau kemana?" Tanya Dilla karena ia tak sengaja mendengar obrolan Anhar.

"Pulang kayaknya. Katanya ada sedikit masalah di klinik." Jawabnya.

"Oh gitu. Kapan?"

"Nanti sore. Kenapa? Mau ikut?" Tanya Anhar sambil mengeluarkan senyumnya.

Dilla menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum.

"Ya udah kalo gak mau ikut. Aku duluan ya."

Dilla mengangguk sambil tersenyum. Namun sebelum Anhar pergi, ia mengusap kepala Dilla sebentar. Dilla terdiam dengan perlakuan Anhar. Pipinya mendadak merona setelah Anhar pergi.
Dilla meringis dalam hatinya karena menyadari kebodohannya. Ia masih saja merona saat berdekatan dengan Anhar. Ia masih berharap jika Anhar bisa duduk lebih lama di hadapannya hanya sekedar untuk mengobrol dengannya.
Ponselnya pun berbunyi tanda pesan masuk.

Be My Future [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang