#19 : Tak Sadar

159 11 3
                                    

____________________________________
Hadi meringis dalam hati menatap ekspresi Dilla yang mengkhawatirkan Anhar.
"Apa Anhar penting banget buat lo?" Tanya Hadi kepada Dilla dalam hati.
____________________________________

Dilla semakin cemas saja saat mendengar Anhar kekurangan banyak darah. Yang lebih di khawatirkan lagi, Hadi belum kembali dari IGD. Ia takut terjadi hal yang buruk pada Anhar.
Clara bertanya bagaimana ceritanya bisa begini. Dilla menjelaskan semuanya.
Pada akhirnya Clara bercerita tentang hal-hal yang lucu agar membuat Dilla sedikit tenang dan tak terlalu khawatir tentang keadaan Anhar.
Tiba-tiba pintu terbuka tanda ada orang yang masuk ke ruagan tersebut. Dilla berharap Hadi datang dengan membawa kabar baik. Tapi matanya terbelalak kaget saat mengetahui Ibu Anhar menghampirinya.

Ia rindu sekali kepada Ibu Anhar. Saat ia SMA, Dilla akrab sekali dengan Ibunya Anhar karena Ibu Anhar adalah tipe orang yang cepat akrab dengan siapapun.

"Dilla!" Ucap Ibu Anhar dari dekat pintu.

Ia menghampiri Dilla yang berada di tempat tidur dan tak lupa memeluknya. Dilla pun membalas pelukannya.

"Tante kangen Dill." Ucap Ibu Anhar.

"Dilla juga kangen."

Ibu Anhar melepaskan pelukannya dan menatap Dilla yang menurutnya sudah terlihat dewasa dan semakin cantik.

"Tambah cantik aja kamu." Ucapnya kepada Dilla.

"Ah. Tante juga makin cantik kok."

"Kata temen kamu, katanya kamu pingsan. Tante buru-buru kesini."

"Tante gak nyangka akhirnya Anhar ketemu lagi sama kamu. Pantas saja akhir-akhir ini dia beda." Sambungnya.

"Dilla cuman shock aja tante." Ucapnya sambil tersenyum.

"Jadi gimana ceritanya bisa kayak gitu?"

Dilla menceritakannya mulai dari tiba-tiba telepon Anhar mati sampai Dilla bertemu seorang pria yang membawa ponsel Anhar.

"Dill! Tante ke IGD dulu. Tante belum sempat lihat Anhar." Ucapnya.

Dilla pun mempersilahkannya. Setelah Ibu Anhar pergi, tatapan jatuh kepada Clara yang hanya menatapnya bingung.

"Ciee Ibu mertua. Udah akrab aja. Nikah gih! Gue pengen makan sate." Ucap Clara polos.

Reza yang sedang memainkan ponselnya pun langsung menggeleng-gelengkan kepala saat mendengar perkataan konyol Clara.

"Kalo mau makan sate beli aja. Gak usah nunggu gue nikah." Ucap Dilla.

"Mau yang gratisan."

Clara mengedipkan matanya kepada Dilla. Sedangkan Dilla hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kalo mau yang gratisan, lo suruh aja Hanif buat traktir lo. Beres." Ucap Reza menimpali perkataan Clara.

Dilla tertawa mendengarkan ucapan Reza dan mengacungkan jempol kepada Reza karena perkataannya sangat tepat sekali.
Clara hanya terdiam. Ia kehabisan kata-kata untuk membalas perkataan Reza.

Sudah hampir malam, tapi Hadi belum juga ada kabar. Ibu Anhar pun tak kembali lagi ke ruangan Dia. Disini, hanya ada Reza dan Dilla karena tadi Clara pamit karena Ayahnya menyuruhnya pulang.

Hanya ada mereka berdua di ruangan itu tapi Dilla merasa dirinya sendirian karena Reza sejak tadi memainkan ponselnya. Reza lebih memilih memainkan game di ponselnya dari pada mengajak bicara Dilla. Dilla hanya menatap Reza dengan tajam karena Reza mengacuhkannya.
Tak lama kemudian Hadi datang ke ruangannya dengan melemparkan senyum andalannya.

Be My Future [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang