#32 : Kaget!

97 9 1
                                    

____________________________________
"Lo harus berusaha lebih kuat buat dapetin sepupu gue." Ucap Alvin sambil menepuk pundak Anhar.
____________________________________

Sekarang Hadi sedang menuju ke hotel yang Dilla tempati. Baru saja beberapa menit lalu ia sampai di bandara Ngurah Rai dan langsung pergi menuju hotel yang di tempati Dilla.
Saat sudah sampai di hotelnya, Hadi segera bertanya ke bagian resepsionis. Ia langsung menanyakan Alvin, karena ia tahu Alvin pemilik hotel ini.
Seorang wanita berseragam dari bagian resepsionis pun menelpon seseorang saat ia bertanya ingin bertemu Alvin. Dia mungkin menelpon Alvin, pikir Hadi.

Tak lama kemudian muncul pria tinggi dengan menggunakan kemeja putih dan celana jeans hitam selutut di hadapannya.

"Alvin?" Tanya Hadi untuk memastikan jika lelaki di depannya adalah Alvin.

"Iya. Maaf siapa ya?" Tanyanya dengan bingung.

"Gue Hadi. Pacar Dilla." Jawab Hadi.

"Oh! Ternyata lo mau nyusul. Pantes aja nanya hotel ini."

Hadi mengangguk dan mengeluarkan senyum terbaiknya.

"Dilla di kamar 220. Kalo mau kesana, Silahkan!" Ucapnya.

"Disini ada kamar kosong?" Tanya Hadi.

Hadi menatap pegawainya sebagai isyarat agar menjawab pertanyaan Hadi. Karena ia sebagai pemilik hotel, tak tahu mengenai kamar kosong di hotelnya.

"Kebetulan kamar sebelahnya kosong. Jika mau di ambil, silahkan." Ucap perempuan dari bagian resepsionis.

"Saya ambil. Terus nanti tolong bawa coklat panas ke kamar gue setengah jam lagi."

Perempuan itu pun hanya mengangguk dan memberikan kunci kamar yang baru saja di pesan Hadi. Hadi pamit kepada Alvin untuk beristirahat karena ia baru saja sampai Bali.

Lain halnya Hadi yang masuk ke kamarnya untuk sejenak beristirahat. Anhar langsung menghampiri Alvin setelah Hadi pergi ke kamarnya.
Sebenarnya mereka berdua berada di pesawat yang sama, namun Anhar sedikit menyamar agar tak ketahuan.

"Lo Alvin?" Tanya Anhar.

Alvin menatapnya asing dan pada akhirnya mengangguk.

"Bisa bicara empat mata sebentar?"

Alvin mengangguk meskipun ia tak tahu siapa lawan bicaranya.

Beberapa menit kemudian Hadi telah mandi dan berganti pakaian. Rasanya segar sekali, udara Bali memang enak pada malam ini. Setelah berganti pakaian, ada yang mengetuk pintu kamarnya. Ia membukanya, ternyata seseorang membawakan coklat panas yang tadi ia pesan.
Dengan segera ia meminumnya dan pergi ke kamar Dilla. Tapi saat ia akan pergi ke kamar Dilla, ia melihat seorang perempuan berseragam akan masuk ke kamar Dilla.
Tapi aku mencegah wanita itu, hingga ia menoleh kepada Hadi.

"Biar saya aja yang bawa makanannya." Ucap Hadi.

Dia masih binggung menatapnya.

"Saya pacarnya, mau bikin surprise. Jadi biar saya aja yang bawa." Sambungnya.

Wanita itu mengangguk mengerti dan memberikan nampan berisi makan malam dan obat Dilla kepada Hadi.
Hingga saat ia akan kembali kepada pekerjaannya, Alvin menghampirinya.

"Gimana? Dilla udah minum obat?" Tanya Alvin kepada pegawainya.

"Tadi Pak Hadi ambil makanan itu. Katanya mau bikin surprise buat pacarnya."

Alvin mengangguk mengerti kemudian ia mempersilahkannya kembali kepada pekerjaanya.
Anhar mendengar perbincangan mereka. Hingga saat pegawai itu pergi, Alvin sadar jika Anhar mendengarnya.

"Lo harus berusaha lebih kuat buat dapetin sepupu gue." Ucap Alvin sambil menepuk pundak Anhar.

Anhar sudah menceritakan bagaimana hubungan dengan Dilla dan Anhar pun menyuruh Alvin untuk menutup mulut tentang kehadirannya di Bali. Bukan hanya Dilla yang tak boleh mengetahuinya, tapi Hadi juga.

Terlihatlah seorang wanita yang Hadi rindukan tengah tidur dikasur dengan nyenyak saat ia membuka kamarnya. Ia tidur dengan memegang MP4 dan telinganya di tutupi earphone. Sepertinya Dilla tertidur saat sedang mendengarkan musik.
Pandangan Hadi pun beralih pada kaki kanan Dilla yang di gips.

Ia menyimpan nampan berisi makanan dan obat Dilla di meja dekat kasur dan mendekat ke tepi kasur yang di tempati Dilla.
Ia memandang wajah Dilla yang sedang tertidur dengan tenang. Tapi pada akhirnya, ia tetap membangunkan Dilla untuk memakan makanannya dan obatnya.
Ia melepas earphone di telinganya dan menyimpan MP4 tersebut. Hadi dengan pelan mengusap kepalanya.

"Bangun hey, makan dulu. Biar cepet sembuh." Ucap Hadi sambil terus mengusap pelan kepalanya agar ia bangun.

Dilla tak memberikan respons untuk bangun, bahkan ia tak bergerak sedikitpun.
Akhirnya Hadi menepuk-nepuk pelan bahunya agar Dilla terbangun. Ia pun bangun dengan wajah yang sangat lucu menurut Hadi.
Dilla masih belum sadar jika di sampingnya adalah Hadi. Saat ia rasa matanya sudah menerima cahaya lampu dengan baik, ia melihat ke arahnya. Ekspresi Dilla tentu saja kaget sedangkan Hadi hanya tersenyum padanya.

"Goodnight sayang. Makan dulu ya." Ucap Hadi.

"Kok kamu disini?" Tanyanya sambil mengucek matanya. Mungkin dia memastikan bahwa itu benar-benar Hadi.

"Ini surprise." Ucapnya sambil tersenyum padanya.

Dia bangkit dari tidurnya hendak duduk, Hadi membantunya untuk duduk karena tahu kakinya tidak bisa banyak bergerak.
Dia masih binggung melihat Hadi. Seakan-akan ia tak percaya bahwa Hadi sekarang ada di sampingnya. Hadi tersenyum puas karena surprisenya benar-benar berhasil.
Hadi membawa nampannya di depan Dilla.

"Ini bener kamu?" Tanyanya.

"Ini aku." Ucap Hadi membawa kedua tangan Dilla ke pipinya.

Dilla merasa canggung dan seperti ini dengan Hadi. Hingga membuatnya melepaskan tangannya di pipi Hadi.

"Aku percaya sekarang." Ucap Dilla.

Dilla pun memakan makan malamnya dan segera minum obat.

"Kenapa? Masih belum percaya aku ada di sini?" Tanya Hadi sambil mengerutkan alis.

"Kok kamu kesini? Bukannya." Ucapan Dilla terpotong oleh Hadi.

"Pacar aku sakit masa sih aku diem aja."

Dilla tentu saja tersenyum saat mendengar perkataan Hadi. Senyuman yang membuat Hadi tenang seketika dan melupakan hal yang penting hari ini.

"Thank's." Ucap Dilla.

Hadi mengangguk. Tapi tak lama kemudian dia pun berbicara lagi.

"Jalan yuk. Bentar aja." Ucapnya.

"Kakinya?" Tanya Hadi.

"Pake kruk. Tuh!" Ucapnya sambil menunjuk kruk di dekat pintu.

"Jangan! Udah malem. Mending kamu tidur aja."

"Please. Aku mau jalan."

Dilla memandang Hadi penuh harap.

"Besok aja ya. Aku janji bakal ngajak kamu jalan-jalan."

"Sekarang. Please sayang."

Dilla benar-benar memohon untuk hal ini. Hadi tampak kesusahan untuk mengabaikan Dilla. Apalagi jika Dilla memohon padanya seperti itu. Sepertinya ucapan terakhir yang di ucapkan Dilla benar-benar membuat Hadi menurutinya.

"Oke. Tapi 10 menit."

Dilla mengembangkan senyumnya kepada Hadi. Ia pun berjalan mencari sweater sedangkan Hadi membawa kruk untuk membantu Dilla berjalan.

"Mau kemana?" Tanya Hadi setelah mereka berdua telah berada di luar hotel.

"Duduk disana kayaknya enak." Tunjuk Dilla pada taman hotel.

Mereka berdua pun melangkahkan kakinya seperti yang di inginkan Dilla. Ia sangat senang sekali bisa merasakan suasana malam yang indah. Di temani lampu-lampu malam yang sangat indah, Dilla bahkan sejenak melupakan kakinya dan beberapa beban di pikirannya.

"You'll be better without Anhar. I can!!" Ucapnya dalam hati.

Be My Future [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang