#3 : Masa Lalu Bersama Adi

398 18 3
                                    

____________________________________
"Tapi, aku gak bisa cinta sama kamu. Jadi please, jangan buat aku tambah nyakitin kamu." Jelas Dilla dengan air mata yang mengalir di pipinya.
____________________________________

Setelah ia menonton tv selama hampir 1 jam, ia berniat untuk pergi ke kamarnya sambil membawa Macbook nya.

"Mau kemana?" Tanya Ibunya saat melihat Dilla membawa Macbook nya.

"Ke kamar bu."

Ia menyimpan Macbook nya di tempatnya. Saat ia akan keluar dari kamar, tatapannya jatuh pada boneka burung hantu di atas rak buku.

"Kamu masih sayang sama Anhar?" Tanya Adi tiba-tiba.

"Emang ada apa?" Tanya Dilla sambil menatap Adi.

"Aku cinta sama kamu Dill dan aku juga mau kamu juga cinta sama aku. Apa kamu mau jadi pacar aku?"

Dilla mengangguk. Kemudian ia mendapatkan senyuman dan pelukan dari Adi. Ia berpikir tak ada salahnya untuk menjadikan Adi sebagai pacarnya.
Sebenarnya ia frustasi karena saat Anhar menyatakan perasaannya dulu, ia malah menolaknya. Seandainya saja ia menerimanya dulu, pasti ia akan meminta penjelasan pada Anhar karena ia memiliki hak sebagai pacarnya.
Ia pun berhak menampar Anhar saat melihat Anhar dengan Reva sedang bersama.

Dulu, alasan Dilla tak menerima pernyataan cinta Anhar karena ia masih bingung terhadap perasaannya dan tak mau terluka seperti teman-temannya dulu. Namun ia rasa keputusannya dulu sangat salah dan ia merasa lebih terluka di banding teman-temannya.
Saat itu, ia merasa bahagia dan nyaman saat bersama dengan Anhar tapi ia masih belum mengetahui apa yang ia rasakan itu adalah sayang.
Setelah Anhar menyatakan cinta kepada Dilla, mereka semakin dekat. Walaupun Anhar ditolak tapi Anhar bertekad agar Dilla benar-benar yakin bahwa apa yang Dilla rasakan selama ini adalah rasa sayang.
Karena Anhar dan Dilla semakin dekat, ia sekarang yakin bahwa yang di rasakannya itu adalah rasa sayang. Dilla sempat memberitahu Anhar mengenai hal ini. Anhar pun memeluknya dan mengelus tangan Dilla dengan pelan.
Tapi walaupun Dilla telah yakin akan perasaannya tetap saja mereka tak pacaran.
Dan beberapa hari setelah itu, Dilla melihat Reva sedang mengelus-ngelus rambut Anhar di kantin. Membuat perasaannya hancur.

"Ini buat kamu." Ucap Adi pada Dilla saat bertemu di tempat favorit mereka berdua.

"Boneka burung hantu? Thank's." Ucap Dilla begitu antusias karena ia sangat menyukai apa saja yang berbau burung hantu.

Adi mengangguk sambil tersenyum pada Dilla. Ia senang karena Dilla antusias seperti itu.

Saat Dilla menyadari jika memori itu hadir lagi di pikirannya, ia segera menutup pintu dengan kencang dan langsung pergi keluar dari kamar.
Hanya karena selembar kertas itu, memorinya beberapa tahun kebelakang kembali lagi.
Ia berlari ke halaman belakang rumahnya. Ia berharap ia akan tenang jika berada disana. Semoga saja kebun belakang rumahnya membuatnya sedikit tenang.

Dilla sedang berdandan secantik mungkin karena hari ini Adi berulang tahun. Ia ingin memberikan yang sesuatu yang spesial pada Adi.
Sudah 1 jam lebih ia berdiam di meja riasnya karena rambutnya. Sebenarnya Dilla tinggal berangkat saja. Namun kepercayaan dirinya sangat lemah pada rambutnya. Ia sudah melakukan beberapa gaya. Entah itu di ikat, di blow, di curly dan dibiarkan terurai. Tapi pada akhirnya ia membuat rambutnya di ikat namun ada beberapa rambut disisi kanan dan kirinya yang di biarkan terurai. Ia sengaja melakukan itu agar sedikit menutupi pipinya yang chubby.
Ia akhirnya berangkat ke tempat yang telah di tentukan untuk mereka berdua yaitu di sebuah cafe bernuansa outdoor yang sangat indah pemandangannya. Ia sengaja memilih tempat itu karena ia ingin untuk kali ini mereka pergi ke cafe bernuansa outdoor.

Setelah sampai di cafe tersebut. Dilla mencari-cari keberadaan Adi. Ia menghubungi nomor Adi, tapi sepertinya ia sedang menghubungi orang lain. Ia kembali menaruh ponselnya pada tasnya dan membawa kotak kecil dari tasnya.
Ia melihat Adi sedang berdiri memegang ponselnya dan sedang memarahi pelayan disana.
Dilla mendekat pada Adi hingga sedikit terdengar olehnya keluhan Adi karena kopi panas tak sengaja mendarat di belakang kemejanya. Namun pelayan itu meninggalkan Adi.
Dilla mengeluarkan sapu tangan dari tasnya untuk membersihkan kemejanya dari kopi yang masih berada pada kemejanya. Karena bagian punggung Adi yang terkena kopi, ia menghampiri Adi dari belakang dan mencoba membersihkannya dari kemeja Adi.

Adi dengan kasar menghindar dari Dilla yang hendak membersihkan kemejanya.

"Udah gue bilang. Gak usah tangan lo sentuh-sentuh gue. Gue gak mau kemeja gue di pegang sama lo." Bentak Adi.

Saat Adi berbalik dan menatap orang yang baru saja ia bentak. Ia sempat kaget karena Dilla orang yang membersihkan kemejanya dari kopi. Ia kira itu seorang perempuan yang menggodanya dari tadi. Karena dari tadi ia terus saja diikuti oleh seorang perempuan.

Dilla terdiam. Ia masih kaget dengan bentakkan Adi padanya.

"Ah sayang. Maaf aku kira wanita yang dari tadi ngikutin aku. Maaf sayang. Aku gak nyangka kalo itu kamu." Ucap Adi merasa bersalah. Ia memegang tangan Dilla. Tapi Dilla menghempaskannya. Ia tak mau tangannya di pegang oleh Adi.

"Ayo duduk. Aku udah pesen makanan buat kita berdua." Ucapnya lagi sambil menuntun lengan Dilla untuk duduk.

Namun lagi-lagi Dilla menolaknya. Dilla menyimpan sapu tangan dan kotak kecil sebagai hadiah darinya pada meja.
Lalu tanpa mengatakan apapun, ia pergi dengan sedikit berlari dari tempat itu.
Adi sempat mengejarnya karena ia benar-benar tak sengaja membentaknya. Tapi ia kehilangan jejak.
Adi mengerang frustasi atas kejadian ini. Ia mencoba berkali-kali menghubungi Dilla tapi Dilla tak bisa di hubungi karena ponselnya tak aktif. Dilla sengaja menonaktifkan ponselnya karena ia tahu Adi pasti akan berkali-kali menghubungi.
Dilla pergi dari tempat itu karena kaget, tak ada laki-laki yang pernah membentaknya seperti itu.
Seakan sadar dari tingkah buruknya itu, Dilla memutuskan untuk berhenti berpacaran dengan Adi di karenakan dia tak mencintainya.
Ia hanya ingin berpacaran dengan Adi. Tapi ia sadar sekarang bahwa tingkahnya buruknya ini akan melukai Adi.
Ia menghidupkan ponselnya dan ponselnya beberapa kali berbunyi akibat notifikasi dari Adi.
Ia mengetik pesan untuk Adi.

"Maaf aku gak bisa lagi. Aku mau putus. Tapi bukan berarti kejadian yang tadi. Aku gak pernah sayang sama kamu. Maaf sebelumnya."

Pesan itu langsung di baca oleh Adi dan ia pun langsung menelpon Dilla.

"Sayang apa maksudnya pesan kamu?"

"Maaf. Tapi itu semua bener. Aku gak pernah sayang sama kamu."

"Ini cuman alasan kan? Jangan bercanda kamu."

"Gak. Aku kali ini serius."

"Kita harus omongin ini 4 mata. Bukan kayak gini."

"Iya."

Dan besoknya mereka bertemu di suatu tempat. Dilla sangat merasa bersalah pada Adi. Tapi jika di lanjutkan, Adi pun akan merasa lebih sakit. Maka dari itu Dilla memilih memberitahunya sekarang.

"Kenapa? Itu cuman alasan kan?" Tanya Adi.

"Aku sebenarnya nerima kamu karena frustasi dulu aku nggak bisa nerima Anhar. Awalnya aku yakin kalo aku bisa cinta sama kamu. Tapi nyatanya itu salah besar. Semakin lama berhubungan sama kamu, aku semakin yakin kalo aku gak bisa mencintai seseorang semudah itu setelah Anhar. Aku ini pribadi yang rumit. Setelah Anhar ninggalin aku, aku sulit percaya sama pria lain. Tapi aku percaya sama kamu, kalo kamu gak akan pergi. Tapi, aku gak bisa cinta sama kamu. Jadi please, jangan buat aku tambah nyakitin kamu." Jelas Dilla dengan air mata yang mengalir di pipinya.

Dilla tak menyangka dengan kata-kata yang baru saja ia katakan kepada Adi. Tapi nyatanya, ucapan yang di katakan Dilla benar adanya.
Dilla terisak. Menyadari dirinya terlalu bodoh karena mencintai Anhar dan bahkan sekarang ia telah menyakiti sahabat Anhar.
Adi sempat tak percaya akan kata-kata tang baru saja Dilla katakan. Ia terkejut karena air mata Dilla keluar saat mengucapkan kata tersebut. Ia menatapnya dengan sedih dan memeluknya agar membuatnya tenang.
Adi benar-benar tak menyangka jika sahabatnya itu membuat Dilla begitu menderita.

Be My Future [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang