#46 : Ajakan Anhar

91 10 0
                                    

____________________________________
"Itu sih tergantung lo sendiri. Apa niat lo terima tawaran Anhar? Apa niat lo itu bantu Anhar atau malah niat lo itu mau balik lagi sama Anhar?"
____________________________________

"Dilla!" Panggil Ibunya sambil membuka pintu kamar.

"Iya bu? Kenapa?" Tanya Dilla sambil melepas earphone di telinganya.

"Kamu udah gak demam kan?"

Dilla pun memegang keningnya untuk memeriksa suhu tubuhnya. Suhu tubuhnya sudah kembali normal, namun ia masih saja berdiam diri di kamar.
Ia pun mengangguk.

"Kenapa gak keluar rumah?"

"Ibu ngusir Dilla?" Tanyanya heran.

"Bukan gitu. Ibu gak suka aja liat kamu di kamar terus."

"Oke kalau gitu. Dilla makan diluar."

Ibu tersenyum sambil meninggalkan kamar Dilla. Dilla pun bersiap-siap untuk pergi meskipun ia tak tahu akan pergi kemana.
Ia berjalan dan tiba-tiba ada mobil yang berhenti.

"Mau kemana?" Tanya Anhar.

Dilla membulatkan matanya karena terkejut. Ia tak menyangka jika ia bertemu Anhar di pinggir jalan seperti ini.

"Gak tahu. Mau cari makan aja."

"Masuk yuk aku anter. Anginnya gede nanti kamu masuk angin."

Ia tersenyum manis kepada Dilla. Ia sempat sedikit canggung mendapat senyuman itu. Namun ia menutupinya dengan segera masuk ke dalam mobil Anhar.
Selama perjalanan, tak ada obrolan sedikit pun diantara mereka. Anhar sebenarnya ingin sekali banyak berbincang dengan Dilla. Tapi kejadian di klinik saat itu selalu terbayang di benaknya.

"Aku gak bisa kayak gini lagi di belakang Hadi. Aku gak mau nyakitin dia."

Anhar mengerutkan alisnya sambil terus menatap Dilla.

"Ini salah. Semua yang kita lakuin sejak pengumuman pernikahan Fira itu memang salah."

Setelah Anhar menahan mulutnya di mobil, ia pun akhirnya memulai obrolan saat mereka telah memesan makanan.

"Angin gede gitu jalan sendirian? Emang tadi tuh mau kemana?"

"Nggak tahu. Tadi Ibu nyuruh keluar gitu katanya gak suka liat aku di kamar terus. Ya udah aku keluar tapi gak tahu juga harus kemana."

Setelah mendengar penjelasan Dilla, ia malah tertawa. Dilla pun bingung mengapa Anhar tertawa.

"Kenapa ketawa?" Tanyanya bingung.

Anhar menggeleng-gelengkan kepalanya dan berhenti tertawa karena pelayan telah membawa pesanan mereka.

"Dari kapan kamu di kamar terus?" Tanya Anhar.

"Baru juga hari ini."

"Kenapa di kamar terus? Emang Hadi kemana?"

"Dia di luar kota katanya ada urusan kerjaan."

"Oh gitu. Kamu mau gak ikut aku?"

"Kemana?"

"Sepupu aku dari Malaysia lusa mau nikah. Gimana?"

Dilla terdiam. Ia baru saja akan menolaknya tapi tangan Anhar memegang tangan Dilla.

"Please. Di pernikahan nanti, anggap aja aku itu temen bukan pasangan."

Dilla pun segera melepaskan pegangan tangan Anhar lalu mengangguk.

"Oke. Jam berapa?"

"Pagi berangkat. Nanti aku jemput kamu."

Be My Future [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang